Tentang Relasi Jarak Jauh: Peringatan Satu Bulan
Begitu banyak yang ingin aku
sampaikan padamu. Namun begitu sedikit yang terucap dari mulutku setiap kali
kita terhubung melalui jaringan telepon. Begitu banyak yang ingin aku katakan
padamu. Namun bahkan ketika memulai menulis ini aku merasa bingung harus mulai
dari mana. Aku sungguh ingin bertemu. Semoga kau tidak mengingkari janjimu
untuk datang minggu depan.
Sesungguhnya aku pun tidak
percaya bahwa akhirnya aku melewati satu bulan pertama ini. Tidak bisa
dikatakan berhasil, memang, karena aku merasa bahwa dua minggu pertama aku
habiskan dengan sangat tidak produktif. Semua mulai berubah sejak kedatanganmu
pertengahan bulan lalu. Terima kasih untuk menyuntikkan kehidupan itu padaku.
Bicara soal rasa, tentu saja aku masih merasa sedih karena tidak bisa berada
dekat denganmu. Namun, yang berbeda mungkin sekarang aku sudah mulai jarang
menangis (kecuali ketika menonton adegan sedih dalam film atau serial drama
Korea). Sepertinya rasa sedih itu sendiri sudah menjadi bagian dari diri dan
jiwaku sehingga merasuk ke alam bawah sadar. Aku selalu sedih sampai-sampai
tidak merasakannya, karena terlalu terbiasa. Lagu-lagu dalam playlist “loneliness mixtape” pun sudah
tidak mempan lagi untuk membuatku menangis. Mungkin karena sudah kebal.
Seperti halnya sedih, pun
demikian dengan rindu. Rindu telah menjadi bagian dari diri dan jiwaku. Aku
selalu rindu. Terutama pada malam hari hingga menjelang dini hari.
Kemudian soal rasa takut. Apakah
aku masih merasa takut? Ya, tentu saja. Terlebih lagi beberapa hari lalu
tiba-tiba dirimu mengajukan pertanyaan yang membuatku cukup terkejut. Atas
pertanyaanmu itu, jujur aku tidak tahu harus merasa bagaimana. Namun, dua hal,
yaitu takut dan bahagia; keduanya pada saat yang bersamaan, itulah yang ku
rasa. Maka dari itu, waktu itu aku meminta waktu untuk memikirkan jawabannya
terlebih dahulu. Dan ya, aku telah memberikan jawabannya. Hanya saja, kita
masih butuh bertemu untuk membicarakannya.
Satu hal yang ku ingin kau tahu
dan kau perlu tahu: sebanyak kau menginginkannya, bahkan mungkin lebih daripada
kau menginginkannya, aku pun ingin menikahimu. Jadi, ku mohon, bersabarlah.
Selebihnya, kau pun tahu; aku mencintaimu.
Tags:
disclosure
0 komentar