Hari Bumi dan Keluarga Pelangi
What about all the things that you said we were to gain?
What about killing fields? Is there a time?
What about all the things that you said were yours and mine?
Did you ever stop to notice all the blood we’ve shed before?
Did you ever stop to notice this crying Earth, these weeping shores?
-Michael Jackson, Earth Song
Sungguh ku akui, tema hari ini sangat menarik. Apresiasi tertinggi
bagi admin yang mengusulkan tema ini. Hari Bumi, yang secara internasional
diperingati setiap tanggal 22 April, setahu saya dimulai dari sebuah gerakan
reformasi lingkungan di Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Tidak, saya tidak
akan berbicara tentang sejarah Hari Bumi atau skenario sosial politik yang
melatarbelakanginya, yang mana sudah banyak dibahas dan dapat ditemukan hanya
dengan memasukkan beberapa kata kunci terkait pada laman pencarian Google. Saya justru tertarik dengan
sebuah kata yang ditulis oleh admin pengusul tema ini, yaitu Kalpavriksha. Setelah mencari tahu lebih
lanjut, Kalpavriksha atau yang orang
Indonesia pada umumnya lebih kenal dengan sebutan Kalpataru, dalam mitologi
Hindu diyakini sebagai sebuah pohon yang menjadi sumber kehidupan manusia di
Bumi. Untuk itu, pada masa Orde Baru kita mengenal adanya Penghargaan
Kalpataru, yang diperuntukkan bagi pihak-pihak yang menaruh kepedulian lebih
terhadap pelestarian lingkungan hidup serta melakukan aksi nyata atas kepedulian
tersebut, seperti penanaman pohon. Tidak, saya juga tidak akan berbicara
tentang Kalpataru baik sebagai keyakinan maupun penghargaan. Namun, terkait
Hari Bumi dan aksi tanam pohon sebagai simbol dari pelestarian lingkungan
hidup, saya jadi terpantik untuk menulis tentang sebuah komunitas internasional
bernama Rainbow Family.
Bagi teman-teman yang belum pernah mendengar atau tahu sama sekali
mengenai Rainbow Family, mungkin ada
baiknya bertanya pada Paman Google
untuk mendapatkan gambaran awal mengenai komunitas ini, karena saya akan
langsung membahas mengenai kaitan antara Rainbow
Family dan Hari Bumi. Di rumah kontrakan yang saya tempati saat ini, saya
tinggal bersama dua orang anggota Rainbow
Family. Ya, meskipun komunitas ini tidak memiliki ikatan keanggotaan yang
resmi, tetapi dua orang teman serumah saya ini sudah beberapa kali mengikuti
perkumpulan komunitas ini (dikenal dengan sebutan “Rainbow Gathering”), bahkan turut bergabung dalam grup Facebook komunitas tersebut. Dua orang
teman saya ini, Patricia dan Cyril, sekarang sedang aktif mempersiapkan Rainbow Gathering skala internasional
yang akan diadakan di Pulau Jawa pada akhir bulan ini. Ya, mungkin waktu
tersebut sengaja dipilih karena bertepatan dengan Hari Bumi. Nah, karena
persiapan tersebut, alhasil rumah sekarang ini dipenuhi para Rainbowers (bukan istilah resmi) dari
seluruh penjuru dunia. Hingga tulisan ini saya tulis, saat ini di rumah sudah
ada Flo dari Jerman, Anton dari Rusia, dan Koji dari Jepang, serta dua orang
lagi yang saya sudah sempat berkenalan namun lupa nama mereka karena belum
sempat mengobrol. Sebagai tambahan, tetangga depan rumah adalah Rainbowers dari Indonesia bernama
Brigail.
Selama bermalam-malam mereka selalu berdiskusi mengenai Rainbow Gathering ini. Alhasil saya pun
jadi penasaran untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai mereka, kegiatan yang
mereka lakukan, serta visi dan misi yang mereka miliki dalam komunitas
tersebut. Orang pertama yang saya tanya tentu saja adalah pasangan saya sendiri
yang pernah satu kali mengikuti Rainbow
Gathering pada tahun 2013 di Pulau Kalimantan. Pasangan saya memberikan pandangan
yang cukup kritis mengenai komunitas ini. Seperti dapat dibaca dalam berbagai
sumber, Rainbow Family memiliki fokus
pada perdamaian dunia dan egalitarisme, dengan isu ekologi sebagai salah satu
konsentrasinya. Seperti yang bisa dibaca dari berbagai sumber pula, Rainbow Family dan ritual Gathering-nya menuai beberapa
kontroversi. Menurut penuturan pasangan saya, kontroversi tersebut muncul
karena adanya pergeseran makna dan pola dalam komunitas itu sendiri ketika
melakukan ritual perkumpulan mereka, termasuk ketika ritual tersebut diterapkan
di negara dengan kondisi masyarakat yang sangat unik, yaitu Indonesia.
Berdasarkan observasi saya selama beberapa hari terakhir, sebenarnya Rainbow Family memiliki visi dan misi
yang sangat mulia. Saking mulianya,
visi dan misi tersebut menjadi utopis. Kepedulian akan lestarinya lingkungan
hidup menjadi salah satu hal yang mempersatukan Rainbow Family, setidaknya itu yang saya temukan dari Patricia,
Cyril, Anton, Flo, Koji, dan Brigail. Dalam praktiknya, salah satu kegiatan
yang mereka lakukan ketika Gathering
adalah menanam pohon di lokasi Gathering
tersebut. Jadi, Gathering yang
diselenggarakan oleh Rainbow Family
ini biasanya berlangsung selama satu bulan atau lebih. Mereka akan berkemah di
sebuah hutan yang jauh dari peradaban dalam kurun waktu tersebut. Praktisnya,
mereka melepaskan segala atribut modernitas dan menjalani kehidupan layaknya
suku pedalaman selama Gathering
berlangsung. Menariknya, ketika Gathering
ini adalah skala internasional, maka kita akan menemukan seluruh pegiat Rainbow Family dari berbagai negara
tumpah tuah di sana; puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan. Lalu, mengapa
tadi saya mengatakan “utopis”? Bayangkan saja, dengan banyaknya orang yang
tinggal di dalam hutan dalam jangka waktu yang cukup lama, tidak bisa
dipungkiri bahwa akan ada bagian dari sistem ekologi itu sendiri yang
terganggu, bukan? Padahal, cita-cita mulia dari Rainbow Family itu sendiri adalah untuk melanggengkan sistem
ekologi yang ada.
Saya tidak akan menulis panjang lebar mengenai Rainbow Family di sini. Selain karena saya belum melakukan penelitian
lebih lanjut, juga karena saya ingin memantik rasa penasaran teman-teman
terhadap komunitas yang menurut saya unik dan menarik ini. Satu hal yang ingin
saya sorot dari kaitan antara Hari Bumi dan Rainbow
Family adalah, mengutip kata Flo, tidak semua aktivis lingkungan hidup mengerti
dan paham betul mengenai apa yang mereka bela dan perjuangkan. Terlalu banyak
faktor yang mempengaruhi di sana; intrik sosial, politik, budaya, dan lain
sebagainya. Pun dengan Rainbow Family,
tidak semua para pegiat dalam komunitas tersebut mengerti dan paham betul
mengenai apa yang dicita-citakan. Menurut pasangan saya, tidak semua orang
dalam Rainbow Family merupakan sosok-sosok
seperti Flo dan Anton yang cukup kritis dan well-literate.
Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat komunitas ini sesungguhnya
memiliki potensi untuk membawa perubahan pada masyarakat dunia, mengingat
posisinya sebagai salah satu komunitas internasional terbesar di Bumi.
Pada akhirnya, apabila ingin menjadikan Hari Bumi bukan hanya sebagai
sebuah perayaan melainkan juga sebagai momen reflektif, ada baiknya kita
mengerti dan memahami terlebih dahulu mengenai apa yang harus kita bela dan
perjuangkan untuk melestarikan lingkungan hidup. Dan tentu saja, itu bukan
sesuatu yang mudah, karena memahami isu ekologi berarti kita juga harus mampu
memahami segala intrik sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang
berjalin-kelindan di dalamnya. Langkah riil yang bisa dilakukan ya apa lagi
kalau bukan membaca lebih banyak dan berbincang dengan lebih banyak orang
mengenai hal ini. Pada tataran praktis, bisa kita mulai dengan membuang sampah
pada tempatnya; satu hal sederhana yang belum disadari dan dipraktikkan oleh
banyak dari kita. Selain itu, ada baiknya kita menanam pohon Kalpavriksha kita sendiri, terlepas dari
apapun keyakinan kita. Lagipula, Bumi adalah milik kita bersama. Kalau bukan
kita yang menjaganya, siapa lagi?
What have we done to the world? Look what we’ve done.
What about all the peace that you pledge your only son?
What about flowering fields? Is there a time?
What about all the dreams that you said was yours and mine?
Did you ever stop to notice all the children dead from war?
Did you ever stop to notice this crying earth, these weeping shores?
-Michael Jackson, Earth Song
2 komentar
Menarik ini. Rainbow Family. Di Jogja ada komunitasnya?
ReplyDeleteada Mod.. the thing is, mereka gak punya struktur organisasi, jadi gak ada kantor sekre dsb. Tapi aku ada kontak beberapa anggotanya kalau kamu tertarik, atau bisa datang langsung ke world gathering yang bakal mereka mulai selenggarakan akhir bulan ini.
Delete