Akhirnya
kita semua tiba di penghujung bulan Oktober, bulan yang 31 hari yang lalu saya
nobatkan sebagai bulan patah hati, the
month of broken heart. Karena itu, tema artikel di blog ini sepanjang bulan
Oktober adalah patah hati. Jika sebelumnya saya membuka tema bulan ini dengan
membuat daftar delapan lagu Barat yang paling mematahkan hati dari para
penyanyi wanita (bagi yang terlewat bisa membaca lagi di sini), maka sekarang
saya akan menutup tema bulan ini dengan membuat sebuah daftar lain. Masih
tentang lagu-lagu patah hati, daftar ini adalah daftar sepuluh lagu Indonesia
yang paling mematahkan hati dari para band dengan vokalis pria. Itulah sebabnya
mengapa artikel ini diberi judul “Melancholic
Bastards”. Selain terinspirasi dari nama salah satu grup band favorit saya,
Melancholic Bitch, judul ini juga menggambarkan betapa hebatnya kekuatan musik
mereka sehingga mampu meluluhlantakkan hati para pendengarnya. What a bastard, right? So, saya ingatkan
sekali lagi bahwa daftar ini saya susun murni berdasarkan selera saya pribadi,
bukan atas dasar survei atau jajak pendapat dari manapun. Silakan menikmati,
dan selamat menyambut bulan November. Let’s
move on from this month of broken heart.
10. ADA Band – Setengah
Hati (2004)
Membuka
daftar ini di posisi sepuluh, ada ADA Band dengan lagu hits mereka, “Setengah
Hati”. Lagu ini pertama kali dirilis pada tanggal 1 Juli 2004, sebagai bagian
dari album kelima ADA Band, “Heaven of Love”. Dari judul saja sudah terbaca
betapa nelangsanya lagu ini, “Setengah Hati”. Lagu ini berkisah tentang
seseorang yang cintanya tak terbalas. Pada hakikatnya, sebuah relasi cinta
adalah dua arah. Apabila hanya satu arah saja, maka dapat terbayang sudah rasa
sakit yang harus ditanggung oleh pihak yang mencinta itu. “Tertegun ku memandangmu, saat kau tinggalkan ku menangis. Bodohnya ku
mengerang pun, jelas sudah takkan kau pedulikan cintaku. Mestinya t’lah ku
sadari, berapa perih cinta tanpa balasmu. Harusnya tak ku paksakan, bila
akhirnya ‘kan melukaiku.” Namun terkadang, seseorang tak dapat memilih
kepada siapa ia jatuh cinta. Bahkan ketika cinta itu hanya sepihak saja, ia
rela menanggung segala kesakitan itu. Bahkan ketika cinta itu hanya berbalas
dengan setengah hati saja, telah sanggup membuatnya merasa terobati. “Mungkin ku tak akan bisa, jadikan dirimu
kekasih yang seutuhnya mencinta. Namun ku relakan diri, jika hanya setengah
hati, kau sejukkan jiwa ini.”
9. Kerispatih –
Tertatih (2010)
Berikutnya,
di posisi sembilan, ada Kerispatih dengan lagu pertama yang mereka rilis paska
hengkangnya mantan vokalis, Sammy Simorangkir, yang bertajuk “Tertatih”. Lagu
ini sekaligus menjadi debut bagi vokalis baru mereka, Fandy Santoso, yang
berhasil memberikan warna vokal yang baru nan segar pada melodi Kerispatih,
yang memang terkenal sebagai grup band melankolis. Dari seluruh lagu Kerispatih
yang ada, yang kebanyakan memang lagu patah hati, mengapa lagu ini yang masuk
dalam daftar? Alasannya adalah vokalis baru mereka yang impresif. Jujur saya
sedikit merasa pesimis dengan Kerispatih setelah mereka kehilangan Sammy yang
notabene adalah ‘nafas’ dari musik mereka. Namun melalui lagu ini, mereka
berhasil membuktikan bahwa mereka sanggup hidup dengan mempertahankan kualitas
musik dan vokal yang tak kalah dengan ketika Sammy masih ada dulu. Untuk
tingkat kegalauan lagu ini sendiri, tak perlu dipertanyakan lagi. Judulnya saja
sudah “Tertatih”, apalagi liriknya, membuat hati orang terseok-seok ketika
mendengarnya. “Aku berjalan di dalam
kesendirian, aku mencoba tak mengingatmu dan mengenangmu. Aku t’lah hancur
lebih dari berkeping-keping, karena cintaku karena rasaku yang tulus padamu.
Begitu dalamnya aku terjatuh dalam kesalahan rasa ini.” Dirilis pada tahun
2010 sebagai bagian dari album kompilasi, “Kerispatih and Friends”, lagu ini mengisahkan
perasaan kehilangan seseorang yang baru saja berpisah dengan orang yang
dicintainya begitu dalam. I’m a big fan
of rock ballad, and this song is
really satisfying my ears and soul. Ah,
and I love the progressive drum sounds
the most at the repeated chorus part near the end of the song. “ ... dan aku tertatih. Semua yang pernah
kita lewati tak mungkin dapat ku dustai, meskipun harus tertatih.”
8. Samsons – Luluh
(2007)
Di
posisi berikutnya yaitu posisi delapan, ada grup band Samsons dengan lagu hits
mereka yang berjudul “Luluh”. Dirilis pada tahun 2007 sebagai bagian dari album
kedua Samsons yang bertajuk “Penantian Hidup”, “Luluh” adalah lagu rock ballad dengan sentuhan musik orkestra.
This song is totally my style!
Melodinya menusuk hati sejak bagian intro
terdengar, gesekan biola dan denting piano di sepanjang lagu, iringan paduan
suara yang mendampingi vokal melankolis Bams, hingga bagian paling akhir yang
ditutup dengan sempurna. I really love
how this song progresses from the beginning until the very end. Ditambah
lagi, saya sangat menyukai videoklip yang dibuat untuk lagu ini, dengan Andhika
Pratama dan Renata sebagai model di dalamnya. Jalan cerita videonya pun sejalan
dengan kesedihan lagu ini, mematahkan hati. “Ingin
ku yakini cinta takkan berakhir, namun takdir menuliskan kita harus berakhir.”
Berkisah tentang seseorang yang tak sanggup merelakan kepergian orang yang ia
cintai, “Luluh” adalah lagu patah hati yang tak boleh dilewatkan begitu saja. “Segenap hatiku luluh lantak mengiringi dukaku
yang kehilangan dirimu. Sungguh ku tak mampu ‘tuk meredam kepedihan hatiku untuk
merelakan kepergianmu.”
7. Peterpan – Tak Ada
yang Abadi (2008)
Di
posisi tujuh ada satu lagu dari Peterpan yang bertajuk “Tak Ada yang Abadi”.
Lagu ini dirilis pada bulan Agustus 2008 sebagai bagian dari album kelima
Peterpan, “Sebuah Nama Sebuah Cerita”. Album ini adalah album the best of sekaligus album terakhir di
mana Ariel dan kawan-kawan menggunakan nama Peterpan, sebelum akhirnya
mengganti nama mereka dengan Noah. Lagu ini bercerita tentang perasaan
seseorang yang berada di ambang perpisahan dengan orang yang dicintainya. “Takkan selamanya tanganku mendekapmu.
Takkan selamanya raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku tak
bertahan melawan waktu. Dan semua keindahan yang memudar. Atau cinta yang t’lah
hilang.” Tak ada yang abadi. Tak ada detak jantung yang sanggup bertahan
melawan waktu. Tak ada keindahan yang tak memudar. Tak ada cinta yang tak
menghilang. Wew, despite all Ariel is surely a great poet. “Biarkan aku bernafas sejenak, sebelum hilang.” Dengan melodi yang
menyayat hati, lagu ini sanggup mengiris-iris perasaan para pendengarnya. “Tak ada yang abadi, tak ada yang abadi, tak
ada yang abadi, tak ada yang abadi ...”
6. Sheila on 7 – Waktu
yang Tepat untuk Berpisah (2002)
Beranjak
ke posisi enam, ada grup band kebanggaan kota Yogyakarta, Sheila on 7 atau yang
kerap disebut sebagai SO7, dengan lagu ballad
mereka yang bertajuk “Waktu yang Tepat untuk Berpisah”. Hmmm, dari judulnya
saja sudah sanggup membuat para pendengarnya menghela nafas panjang. Lagu ini
dirilis pada tahun 2002 sebagai bagian dari album ketiga SO7, “07 Des”, yang
didaulat sebagai album Indonesia terlaris pada tahun 2002-2003 atas penjualan
yang mencapai jutaan salinan. SO7 terkenal dengan lirik-liriknya yang sederhana
namun puitis, serta musiknya yang easy-listening
namun addictive, begitu juga dengan
lagu ini, dan itulah kekuatan utama dari lagu yang super menyayat hati ini. “Dan bila kau harus pergi jauh dan takkan
kembali, ku akan merelakanmu bila kau bahagia, selamanya, di sana, walau
tanpaku. Ku akan mengerti, cinta, dengan semua yang terjadi, pastikan saja
langkahmu tetap berarti. Bisakah aku tanpamu? Sanggupkah aku tanpamu?”
Apakah benar-benar ada waktu yang tepat untuk berpisah? Apakah ada hujan yang
membawa kehangatan? Apakah ada badai yang memberi kelembutan? Apakah ada
perpisahan yang tidak membawa luka? “Aku
tak pernah mengharap kau ‘tuk kembali saat kau temukan duniamu. Aku tak pernah
menunggu kau tuk kembali saat bahagia mahkotamu. Bila kedamaian selimutmu,
jangan kau kembali.” Pada akhirnya, kita memang harus merelakan orang yang
paling kita cintai sekalipun untuk pergi ketika waktunya tiba, atau setidaknya
mencoba untuk merelakan, seperti makna dari lagu ini. “Sehangat pelukan hujan saat kau lambaikan tangan, tenang wajahmu
berbisik, inilah waktu yang tepat ‘tuk berpisah. Selembut belaian badai saat
kau palingkan arah, jejak langkahmu terbaca, inilah waktu yang tepat ‘tuk
berpisah.”
5. Dewa – Pupus (2002)
Daftar
lima teratas dibuka dengan sebuah lagu dari grup band legendaris Indonesia,
Dewa 19, “Pupus”. Lagu ini dirilis pada tanggal 5 April 2002 sebagai bagian
dari album kelima Dewa 19, “Cintailah Cinta”. Pada waktu itu, Dewa 19
menggunakan nama Dewa (sebelum akhirnya sekarang kembali menggunakan nama Dewa
19), untuk menandai kembalinya mereka ke industri musik setelah lama vakum.
Selain itu, “Cintailah Cinta” adalah album kedua Dewa 19 dengan formasi yang
baru paska bergabungnya Once sebagai vokalis (menggantikan Ari Lasso) dan Tyo
Nugros sebagai penggebuk drum. Album ini adalah salah satu album favorit saya,
karena hampir seluruh lagu dalam album tak ada yang tak enak didengar. Selain
itu, album ini adalah album terakhir yang merupakan sisa-sisa ‘kebaikan masa
lalu’ Dewa 19, karena yahhh seperti kita tahu (atau setidaknya yang terlihat
oleh saya seperti itu) bahwa kemampuan Ahmad Dhani untuk merangkai lirik
sepertinya sudah jauh berkurang saat ini. Anyway,
this song is everlasting. It’s a hymn for everyone who has an unrequited
love. “Aku tak mengerti apa yang ku rasa,
rindu yang tak pernah begitu hebatnya. Aku mencintaimu lebih dari yang kau
tahu, meski kau takkan pernah tahu. Aku persembahkan hidupku untukmu, telah ku relakan
hatiku padamu. Namun kau masih bisu diam seribu bahasa, dan hati kecilku
bicara.” Mungkin memang tak ada hal lain selain doa, yang bisa membantu
mereka yang cintanya tak berbalas. “Semoga
waktu akan mengilhami sisi hatimu yang beku. Semoga akan datang keajaiban
hingga akhirnya kau pun mau.” Satu
kata untuk lagu ini; legendaris. “Baru
kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan. Kau buat remuk s’luruh hatiku.”
4. Naff – Terendap
Laraku (2003)
“Terendap
Laraku”, sebuah lagu dari grup band Naff, ada di posisi empat dalam daftar ini.
Well, mungkin kalian akan terkejut
melihat lagu ini ada dalam daftar. Mereka yang berusia lebih tua dari saya
mungkin baru teringat lagi akan lagu ini ketika membacanya dalam daftar ini.
Mereka yang berusia lebih muda dari saya mungkin malah baru menyadari bahwa
Indonesia punya lagu seperti ini. Yup,
saat ini Naff memang sudah tidak seaktif grup band lain, namun yang pasti
mereka sempat meninggalkan beberapa lagu hits yang sampai sekarang masih
terngiang dan teringat di benak saya, salah satunya adalah “Terendap Laraku”. It’s a genre that I love the most; rock ballad. Dirilis pada tahun 2003
sebagai bagian dari album ketiga Naff yang merupakan album self-titled, lagu ini mengisahkan seseorang yang tak sanggup menepiskan
masa lalunya, yang hingga kini masih menyisakan luka mengendap dalam relung
jiwa. “Resah jiwaku menepi, mengingat
semua yang terlewati saat kau masih ada di sisi, mendekapku dalam hangatnya
cintamu. Lambat sang waktu berganti, endapkan laraku di sini, coba ‘tuk lupakan
bayangan dirimu yang selalu saja memaksa ‘tuk merindumu.” Terkadang, tak
peduli seberapa lama waktu yang telah berlalu, akan selalu ada kenangan tentang
seseorang bagi seorang lainnya yang takkan tergerus zaman. “Lihatlah aku di sini, melawan getirnya takdirku sendiri. Tanpamu aku
lemah dan tiada berarti.” Dan pada akhirnya, luka hati selalu membawa
kontemplasi diri. “Sekian lama aku
mencoba menepikan diriku di redupnya hatiku. Letih menahan perih yang ku
rasakan, walau ku tahu ku masih mendambamu.”
3. Padi – Semua Tak
Sama (2001)
Membuka
posisi tiga teratas dalam daftar ini adalah “Semua Tak Sama” dari the one and only, Padi. Again, it’s a rock ballad (yeahhh!).
Dirilis pada bulan Maret 2001 sebagai bagian dari album kedua Padi, “Sesuatu
yang Tertunda”, lagu ini berkisah tentang seseorang yang terikat pada bayangan
orang yang ia cintai pada masa lalunya. Well,
luka tak akan terasa begitu menyakitkan apabila cinta tak begitu dalam, bukan? “Dalam benakku lama tertanam sejuta bayangan
dirimu. Redup terasa cahaya hati mengingat apa yang t’lah kau berikan. Waktu
berjalan lambat mengiring dalam titian takdir hidupku. Cukup sudah aku tertahan
dalam persimpangan masa silamku.” Ironisnya, dalam cinta dan luka, segala
yang menghantui justru semakin terasa nyata ketika kita berusaha
menyingkirkannya. “Ku coba ‘tuk melawan
getir yang terus ku kecap, meresap ke dalam relung sukmaku. Ku coba ‘tuk
singkirkan aroma nafas tubuhmu, mengalir mengisi laju darahku.” Memang,
akan terasa sangat sulit untuk tidak melakukan perbandingan ketika kita pernah
merasakan cinta yang begitu sempurna bagi kita. Tak ada yang sanggup
menggantikan apa yang menjadi kehilangan kita. Tak ada yang sanggup mengisi apa
yang menjadi kekosongan kita. “Semua tak
sama, tak pernah sama, apa yang ku sentuh, apa yang ku kecup. Sehangat pelukmu,
selembut belaimu, tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu.” Namun
bagian akhir dari lagu ini seolah memberi tamparan bagi kita yang tak sanggup
melepaskan masa lalu. Pada akhirnya, tak ada yang harus dilakukan selain
merelakan. “Sampai kapan kau terus
bertahan? Sampai kapan kau tetap tenggelam? Sampai kapan kau mesti terlepas?
Buka mata dan hatimu, relakan semua.”
2. Romeo – Bunga
Terakhir (1999)
Tiba
di posisi dua, adalah one-hit-wonder
milik Romeo, “Bunga Terakhir”. Lagu ini dirilis pada tahun 1999 sebagai lagu
debut dari album perdana Romeo. Mengapa lagu ini berada di posisi runner-up? Well, this song is one of a
kind one-hit-wonder. It’s classic and
legendary. Saya sangat menyukai sentuhan musik orkestra dalam melodi lagu
ini. Ditambah lagi, vokal baritone
Bebi yang dalam dan berat semakin menambah nuansa melankolis dalam lagu ini. Soal
lirik, tak perlu ditanya lagi; sederhana namun menghanyutkan. “Kaulah yang pertama menjadi cinta,
tinggallah kenangan. Berakhir lewat bunga, seluruh cintaku untuknya.” Lagu
ini berkisah tentang seseorang yang melepaskan cinta pertamanya. “Betapa cinta ini sungguh berarti, tetaplah
terjaga. Selamat tinggal kasih, ku telah pergi selamanya.” Yah, cinta
pertama akan selalu jadi yang paling berkesan, bukan? Karena dari dia lah kita
mengenal cinta, bagaimana rasanya mencintai dan dicintai. Baik disadari maupun
tidak, cinta pertama membentuk kepribadian kita, bagaimana kita memperlakukan
cinta kita di masa depan. “Bunga
terakhir, ku persembahkan kepada yang terindah, s’bagai satu tanda cinta
untuknya. Bunga terakhir, menjadi satu kenangan yang tersimpan, takkan pernah
hilang ‘tuk selamanya.”
1. KLa Project – Semoga
(1990)
Akhirnya
tiba di posisi nomor satu. Jawara dalam daftar ini tak lain tak bukan adalah
grup band legendaris Indonesia, KLa Project, dengan salah satu lagu hits
legendaris mereka pula, yang bertajuk “Semoga”. Lagu ini dirilis sebagai bagian
dari album kedua KLa yang berjudul “Kedua”, yang dirilis pada tahun 1990 (wow,
umur lagu ini sama dengan umur saya!). Mengapa lagu ini menduduki puncak
daftar? Pertama, melodinya yang menyayat hati. Dibandingkan versi aslinya,
sebenarnya pertama kali saya mendengarkan lagu ini adalah versi aransemen ulang
yang mereka buat untuk konser “KLakustik” pada tahun 1996, yang selanjutnya
termuat dalam album live concert
berjudul sama. On that version, the arrangement is just awesome! It’s incorporating classical orchestra music
and modern pop, with all elements
from piano, violin, guitar, and even drum are blending perfectly. Kedua, liriknya yang begitu
mengena. “Merenungkanmu kini, menggugah haruku.
Berbagai kenangan berganti, masa yang t’lah lalu. Sebenarnya ku ingin menggali
hasrat untuk kembali. Melukiskanmu lagi, di dalam benakku. Perlahan terbayang
pasti garis wajahmu. Kehangatan cinta kasih dapat ku baca jelas di situ.” Yup, lagu ini bercerita tentang
seseorang yang menengok kembali ke masa lalunya, dan menyadari bahwa ia telah
begitu kehilangan selama ini. “Lihatlah
ku di sini, memendam rindu. Setiap ku berseru, yang ku sebut hanya namamu.”
Lirik pada bagian chorus dari lagu
ini sungguh mengena; adakah waktu mendewasakan kita? Wahhh. It hits me right in the heart since the
first time I heard it. Mendengarkan lagu ini membuat saya berkontemplasi;
memikirkan kembali bagaimana saya bisa sampai pada titik ini, menelusuri jejak
kenangan satu persatu serta apa-apa saja yang telah dan mungkin saya lewatkan
selama ini. This song makes us
reminiscing, and that’s the power of
it. It’s everlasting. “Adakah waktu mendewasakan kita? Ku harap
masih ada hati bicara. Mungkinkah saja terurai satu persatu pertikaian yang
dulu, bagai pintaku? Semoga.”
Wrote by Mashita Fandia