• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

footer logo

pieces of me

“What is a wizard, you ask? A ruler of the wind. A caller of rain on dry lands. Who leaps through space. And governs the world with a swift blade, but handles that sword like a gentle flower. A wizard’s duty is to aid the helpless.” –Jeon Woo Chi (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)

“I always sense that someone like you would come.” –Young Widow (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)

“Magic is only an illusion.” –Master (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)

“If you don’t know that you don’t know reality, then you don’t know what you really know.” –Chorangyi (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)

Judul               : Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard (전우치)
Genre              : fantasy adventure, action comedy
Sutradara         : Choi Dong Hoon
Rilis                 : 23 Desember 2009
Durasi              : 119 menit
Distributor       : CJ Entertainment
Pemain            : Kang Dong Won, Im Soo Jung, Kim Yoon Seok, Yoo Hae Jin

"Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard" official poster - source: www.asianwiki.com


South Korea has many A-list actors that rarely could be seen on television, when the television industry is probably the most effective and efficient way to get international recognition because of its Korean drama series. Nonetheless, these kind of actors were gaining recognition for their acting capability through big screen. With only one or two movies in a year, they successfully capture audiences’ heart, not only domestically but also internationally. One of them is Kang Dong Won. I’ve seen him in several movies, but this one has captured my attention in an instant. It’s a 2009 movie titled “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard”, or also known as “Woochi: The Demon Slayer”. Based on a Korean folktale about a legendary wizard of Joseon Dynasty, director and scriptwriter Choi Dong Hoon retold it in a whole new modern rendition.
Kisah ini dimulai pada zaman Dinasti Joseon, ketika kekuatan jahat yang berwujud goblin dikurung di sisi tergelap penjara khayangan dan dijaga oleh mahadewa dan seruling saktinya. Akibat perhitungan hari yang salah oleh tiga dewa Tao (Kim Sang Ho, Joo Jin Mo, Song Young Chang), para goblin kabur ke bumi dengan membawa seruling sakti milik mahadewa, membuatnya menghilang untuk selamanya. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kecerobohan dan kelalaian mereka, ketiga dewa itu turun ke bumi untuk menangkap kembali para goblin. Mereka bertiga menemui Hwadam (Kim Yoon Seok), seorang master sihir Tao yang tersohor di Dinasti Joseon. Ketika mereka tengah dalam pengejaran atas goblin-goblin itu, mereka berhadapan dengan Jeon Woo Chi (Kang Dong Won) yang tak sengaja menemukan para goblin ketika ia tengah menjalankan misinya bersama sang peliharaan, Chorangyi (Yoo Hae Jin). Mereka berdua menculik seorang janda muda (Im Soo Jung) yang hendak dihukum mati. Pada awalnya, Woo Chi hanya berniat memanfaatkan gadis itu, namun ia terpesona pada sang gadis sehingga ia menolongnya.
Adalah sang Master (Baek Yoon Sik), guru sihir dari Jeon Woo Chi, yang kemudian membuat kesepakatan dengan Hwadam untuk membagi dua seruling sakti yang telah berhasil mereka rebut dari para goblin. Masing-masing bagian mereka bawa dan simpan untuk diamankan, karena para goblin masih berkeliaran di luar sana. Namun setelah kembali ke kediamannya, Hwadam menyadari bahwa dirinya telah dirasuki oleh goblin. Kondisi semakin kacau ketika Hwadam, alih-alih melawan keberadaan goblin dalam dirinya, justru berubah menjadi kekuatan jahat itu sendiri. Ia pun pergi membunuh Master untuk mendapatkan separuh bagian dari seruling sakti. Hwadam menuduh Woo Chi sebagai pembunuh sang Master. Karena reputasi Woo Chi yang memang murid nakal dan berandalan, tiga dewa termakan hasutan Hwadam dan menyegel Woo Chi beserta Chorangyi dalam sebuah lukisan. Hingga 500 tahun kemudian, ketika tiga dewa telah terbiasa hidup di bumi, membaur dengan manusia, para goblin bermunculan kembali. Dengan menghilangnya Hwadam dari radar mereka, tiga dewa terpaksa meminta bantuan pada Woo Chi, dengan melepas mantra yang telah menyegelnya selama 500 tahun.


"Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard" official still cut photo - source: www.asianwiki.com


Dirilis pada musim liburan Natal, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” merajai box office Korea Selatan, meraup penjualan tiket hingga mencapai lebih dari 6,1 juta tiket dan menjadi film terlaris ketiga pada tahun 2009. Hingga artikel ini ditulis, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” berada di posisi 28 dalam daftar film terlaris sepanjang masa di Korea Selatan, dan mengukuhkan nama Choi Dong Hoon sebagai sutradara pencetak box office, setelah dua film sebelumnya, “The Big Swindle” (2004) dan “Tazza: The High Rollers” (2006). Kesuksesan ini kemudian diikuti dengan “The Thieves” (2012), yang kini menduduki posisi 2 sebagai film terlaris sepanjang masa di Korea Selatan. Apa yang membuat “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” kemudian menjadi film yang layak ditonton? Berikut ini adalah beberapa faktor yang patut diperhatikan dalam film ini.
First, more-than-just-an-eye-candy gorgeous actor Kang Dong Won’s transformation. “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” sendiri merupakan ground breaking performance bagi aktor tampan bertalenta Kang Dong Won, karena untuk pertama kalinya ia memilih karakter yang jauh berbeda dari peran-peran yang pernah ia bawakan sebelumnya. Semenjak namanya melejit melalui film “A Romance of Their Own” (2004), yang terkenal juga dengan judul “Temptation of Wolves”, Kang membuktikan bahwa dirinya bukan hanya aktor bermodal tampan. Melalui film-film selanjutnya, “Duelist” (2005), “Maundy Thursday” (2006), “Voice of a Murderer” (2007), dan “M” (2007), Kang memperlihatkan kapasitas akting papan atas dengan menghidupkan karakter yang misterius, dark, dan unik. Perannya sebagai Jeon Woo Chi menunjukkan bahwa ia juga sanggup bertransformasi menjadi karakter yang playful dan lively, dengan tetap mempertahankan sisi unik dari dalam dirinya, sesuatu yang sangat langka bisa didapatkan dari sosok Kang. Dalam sebuah wawancara, ketika ditanya mengapa ia bersedia membawakan peran Jeon Woo Chi, Kang menjawab bahwa ia ingin menjadi aktor yang dicintai oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia. Dan pilihannya tidak salah. Up to this date, Jeon Woo Chi is my favorite Kang’s role ever.
Second, the unique plot development of folklore-based story. Kisah mengenai Jeon Woo Chi adalah salah satu legenda paling populer di masyarakat Korea Selatan. I love folktale! Moreover, I love the way it had been modified with more modifications. Dengan basis cerita yang telah mengakar kuat dalam budaya mereka, Choi Dong Hoon dengan cerdas dan berani mengembangkan cerita tersebut dengan imajinasi liarnya yang fantastis, maka terlahirlah naskah cerita “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard”. Ia menggabungkan period setting era Dinasti Joseon dengan modern setting kota Seoul masa kini dalam satu jalinan cerita yang solid dan detail. Dengan demikian film ini menawarkan paket lengkap yang sempurna dalam bentuk film hiburan untuk keluarga. Komedi yang muncul pun menjadi natural ketika karakter Jeon Woo Chi diceritakan mengalami ‘jetlag’ di masa kini, 500 tahun setelah ia dibekukan dalam mantra. Bagi Choi yang terkenal sukses dengan karya heist film-nya, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” merupakan tantangan baru, karena untuk pertama kalinya ia menggarap film fantasy adventure.


"Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard" official still cut photo - source: www.asianwiki.com


Third, Choi Dong Hoon’s first attempt to do some CG special effects in his film. Faktor ini mungkin bisa menjadi bumerang bagi Choi, mengingat teknologi yang digunakan belum secanggih Hollywood. Meskipun demikian, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” menampilkan animasi yang cukup rapi. Walaupun masih jauh dari kata sempurna, it was a good attempt. Fourth, the moral of the story. Bukan Choi Dong Hoon namanya ketika ia tidak menyisipkan pesan-pesan moral dalam cerita yang dibangunnya. Melalui tokoh Jeon Woo Chi, kita melihat bagaimana seorang pemuda mencari jati dirinya, mencari tempatnya dalam hidup, menemukan tujuannya. Bagaimana ia, meskipun seorang penyihir yang dianggap berandalan dan suka bertindak semaunya sendiri, memperjuangkan apa yang ia yakini adalah benar demi melindungi orang-orang yang ia kasihi. Bagaimana ia, meskipun dengan caranya sendiri yang kadang disalahpahami oleh kebanyakan orang, memperjuangkan apa yang ia percaya adalah benar.
Last, it’s totally entertaining! Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” menyajikan paket lengkap hiburan keluarga. Terlebih lagi, film ini dirilis ketika musim liburan akhir tahun 2009, timing yang tepat di mana para orang tua mengajak anak-anak mereka untuk menonton film di bioskop, begitu pula dengan para kaum muda dan rekan-rekan mereka. Tidak seperti film-film Choi Dong Hoon sebelumnya yang memiliki rating dewasa karena muatan adegan kekerasan dan seksual di dalamnya, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” memiliki rating remaja atau yang terkenal dengan sebutan PG-13 sesuai standar MPAA. Film ini jelas adalah jenis film yang digemari oleh kalangan semua umur. As a note, Kang Dong Won’s portrayal as Jeon Woo Chi is very adorable (okay, I’m being biased here, but whatever!); a kind of hero that every children would fall into.
Secara keseluruhan, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” adalah sebuah film aksi fantasi, dengan unsur komedi yang sangat menghibur. Tidak hanya aktor tampan Kang Dong Won saja yang bersinar penampilannya dalam film ini, Choi Dong Hoon’s regular, aktor kawakan Kim Yoon Seok, juga tampil penuh kharisma sebagai antagonis Hwadam. Selain itu, aktor komikal Yoo Hae Jin serta tiga aktor senior Kim Sang Ho, Joo Jin Mo, dan Song Young Chang merupakan mood-booster dengan pesona mereka yang luar biasa menghibur. Aktris utama dalam film ini, Im Soo Jung, juga tak kalah bersinar bersanding dengan para aktor itu. She makes an adorable couple with Kang. Overall, “Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard” is a great mood-boster movie to watch during your leisure time. And yes, it is totally recommended!



“Everyone carries their past sins with them. The beauty of life is that good deeds can erase it.” –Taoist God (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)

“Beauty often shrouds the poison within.” –Jeon Woo Chi (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)

“Life is indeed a dream.” –Jeon Woo Chi (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)


“I would rather die as an honorable dog than live as a filthy human.” –Chorangyi (Jeon Woo Chi: The Taoist Wizard, 2009)
Wrote by Mashita Fandia
“Be strong, my brother, that’s the only way for you to survive.” –Jung Chung (New World, 2013)

“What if like a fucking miracle I pull through? Do you think you can take on me?” –Jung Chung (New World, 2013)

“I’ll  be damned. How low the almighty has fallen.” –Lee Joong Gu (New World, 2013)

“What a beautiful day to die.” –Lee Joong Gu (New World, 2013)

Judul            : New World (신세계)
Genre           : crime drama, thriller, action, noir film
Sutradara      : Park Hoon Jung
Rilis              : 21 Februari 2013
Durasi           : 134 menit
Distributor    : Next Entertainment World (NEW)
Pemain         : Lee Jung Jae, Choi Min Sik, Hwang Jung Min, Park Sung Woong, Song Ji Hyo

"New World" official poster - source: www.asianwiki.com


There’s a movie that I love so much. It’s a western movie titled “The Departed”. Starring Leonardo DiCaprio and Matt Damon, it tells a story about an undercover cop in a mafia organization and an undercover mafia in a police department. Then I found out later that “The Departed” was a remake of a Chinese movie titled “Infernal Affairs”. Both the original and the remake are so great. Since then I have interest in this kind of movie. Therefore, when I heard that there’s a Korean movie that brought up this theme, suddenly I became eager to watch it. It’s titled “New World”. And after I watched it, I was speechless. It’s over my expectation, in a good way. It’s way more complicated, thrilling, and surprising. It’s in a different level from “The Departed” and “Infernal Affairs”, in a good way. It’s darker and brilliant.
Kisah ini berpusat pada Lee Ja Sung (Lee Jung Jae), seorang polisi yang menyamar sebagai anggota geng mafia selama delapan tahun lamanya. Adalah Kang Hyung Chul (Choi Min Sik), polisi atasan Ja Sung yang menempatkannya dalam misi berbahaya itu. Tidak ada orang lain di kepolisian yang mengetahui posisi Ja Sung sebagai mata-mata selain polisi Kang, Komisaris Polisi (Joo Jin Mo), dan juga rekanan polisi yang menyamar sebagai guru catur Ja Sung, Shin Woo (Song Ji Hyo), yang juga berperan sebagai perantara informasi antara kepolisian dan Ja Sung. Kini, setelah delapan tahun, Ja Sung telah menjadi tangan kanan kepercayaan Jung Chung (Hwang Jung Min), Executive Director dari Goldmoon, sebuah perusahaan yang didirikan oleh gabungan tiga geng mafia terbesar di Korea Selatan; Jaebum, Jaeil, dan Northmoon. Chung adalah third in line dalam organisasi, yang berarti ia merupakan orang ketiga pemegang kekuasaan tertinggi.
Pada suatu hari, Chairman Goldmoon meninggal dunia akibat kecelakaan mobil, yang membuat kursi kepemimpinan di Goldmoon kosong. Dengan meninggalnya sang pemimpin, tugas Ja Sung pun akan segera berakhir. Apalagi dengan kondisi istrinya yang akan segera melahirkan, Ja Sung semakin resah dengan posisinya yang terombang-ambing dan tidak menentu. Namun yang terjadi sungguh di luar dugaan Ja Sung. Ia menemukan dirinya terlibat konflik suksesi berdarah antara hidup dan mati dalam perebutan tampuk kekuasaan Goldmoon antara Chung dan pesaingnya, Lee Joong Gu (Park Sung Woong), Managing Director sekaligus fourth in line. Di sisi lain, alih-alih menuntaskan tugasnya, polisi Kang justru memberi Ja Sung tugas baru, yang sama sekali tidak ada dalam perjanjian mereka sebelumnya delapan tahun yang lalu. Tugas baru yang akan mengubah tidak hanya jalan hidup Ja Sung, melainkan juga Goldmoon, selamanya.

"New World" official still cut photo - source: www.hancinema.net


“New World” menuai tanggapan positif dari para kritikus film, tidak hanya dalam negeri Korea Selatan saja, melainkan juga dunia. Bahkan Sony Pictures dikabarkan telah membeli hak cipta atas remake film ini dengan harga yang cukup tinggi. Di Korea Selatan sendiri, “New World” merupakan box office dengan total penjualan tiket mencapai lebih dari 4,6 juta tiket. Hingga artikel ini ditulis, film ini menduduki peringkat 49 film terlaris sepanjang masa di Korea Selatan. Dalam sebuah sumber disebutkan bahwa “New World” merupakan seri pertama dari trilogi yang dirancang oleh sutradara sekaligus penulis naskah Park Hoon Jung, namun hingga saat ini belum ada kabar lebih lanjut mengenai sekuel yang akan dirilis. For those movie lovers generally, and crime drama movie lovers especially, I can guarantee that you will like, no, fall in love, with this movie. Why? Here some reasons that I can mention.
First of all, the interesting theme. Since I read Mario Puzo’s “The Godfather”, I had been interested in any mafia and gangster theme. Moreover, Francis Ford Coppola’s movie rendition of “The Godfather” was through the roof and I love it so much. Instead of many hardcore action scenes, the theme was built in a solid story that focuses more on its psychological war and mind-trick games between the characters in it. And I like this kind of story. Sutradara dan penulis naskah Park Hoon Jung dengan jenius menerapkan sistem yang sama untuk tema mafia dalam “New World”. Konflik yang terjadi dalam film ini, lebih dari sekadar mempertunjukkan aksi-aksi perkelahian yang berdarah-darah, menekankan fokus pada konflik psikologis yang terbangun pada setiap karakter di dalamnya. Film ini mengajak para penontonnya berpikir dan turut terlarut.
Second of all, the intriguing plot. “New World” has this solid plot so that we could see every character’s growth in this story, especially the main character Lee Ja Sung. Not to mention that actor Lee Jung Jae did very great portraying this depressed police undercover in a mafia organization. The conflict is built in neat and clever details. It looks like Park Hoon Jung knows very well how to keep the tense from the very beginning until the very end of the story. And yes, “New World” also has a surprising twist that could surprise (literally) its audiences. Penonton sukses dibuat penasaran dengan langkah apa yang selanjutnya akan diambil oleh tiap karakter. Dari awal hingga akhir, mereka akan kesulitan untuk menebak bagaimana ujung dari kisah ini. Begitu banyak kejutan, begitu banyak hal-hal tak terduga. Bahkan hingga film ini selesai, “New World” masih menyisakan misteri yang tak terungkap.

"New World" official still cut photo - source: www.hancinema.net


Third of all, the essential message. It’s something that can’t be left out from a motion picture, the story that brings an essential message for its audiences. “New World” tells us about loyalty, and more of it, it reminds us again that life is about choices we make, indeed. At least once in their lifetime, people have to make one big and crucial choice. A choice that could turn their whole life around. And at least once in their life, people can make one big and crucial mistake with their choice. A mistake that could turn their whole world upside down. No matter what they would choose, people only need to remember one thing; knowing what’s good for them, because there’s nothing perfect in this world. Indeed it’s important to know the good side to lay your loyalty in this life. Because not every thing that seems good is really good beyond it, so follow your heart.
Last but not least, the deep impact. What makes a movie like “The Godfather” everlasting? It’s because it has this kind of ability to leave a deep impact in every person who watches it. And I felt exactly the same feeling after I finished watching “New World”. There are so many factors in a movie that could build the deep impact. In “New World”, I would say that those factors, beside solid storyline and brilliant twist that I’ve already mentioned before, are strong characterization and beautiful scoring. Park Hoon Jung menjatuhkan pilihan yang luar biasa dengan jajaran pemainnya. Mulai dari tiga karakter utama yang dihidupkan dengan sempurna oleh aktor kawakan Choi Min Sik, aktor serba bisa Hwang Jung Min, dan aktor berkarisma Lee Jung Jae, hingga karakter pendukung yang dibawakan secara total oleh Park Sung Woong dan Song Ji Hyo. Ditambah lagi, “New World” memiliki theme song yang sanggup melekat di benak para penontonnya, sesuatu yang jarang ditemui di film-film lainnya. Kualitas theme song dan scoring garapan Jo Yeong Wook ini terbukti dengan meraih penghargaan sebagai Best Music dalam ajang 2013 Grand Bell Awards. Indeed, musik adalah satu faktor penting dalam membangun mood sebuah film, dan Jo Yeong Wook berhasil melakukan kerja yang brilian dengan musik untuk “New World”. It’s dark, mysterious, yet beautiful and addictive.
Overall, Park Hoon Jung did a marvelous job with “New World”. Tidak hanya meraih keuntungan secara komersil di box office Korea Selatan, “New World” juga berjaya dalam nominasi berbagai ajang penghargaan bergengsi di Negeri Ginseng tersebut. Berkat perannya sebagai Jung Chung yang eksentrik, aktor Hwang Jung Min meraih penghargaan untuk kategori Best Actor dalam ajang 2013 Blue Dragon Film Awards. Puncaknya adalah dibelinya lisensi atas Hollywood remake dari film ini oleh Sony Pictures pada akhir tahun 2013 lalu. Akankah remake “New World” menuai sukses seperti “The Departed” yang merupakan remake dari “Infernal Affairs”? Saya tidak akan menaruh ekspektasi terlalu tinggi, namun setidaknya saya berharap remake ini jatuh ke tangan sutradara yang baik sehingga Hollywood tidak akan menghancurkan ‘esensi’ dan karisma “New World”. In the end, please watch this movie, and I hope you would like and enjoy it as much as I do. Especially to those who claim themselves as a criminal movie lover, “New World” is a must-watched.



“What a twist.” –Kang Hyung Chul (New World, 2013)

“What’s the grand plan? There’s must be one now. Can’t even tell me that? Shut up and do what I’m told? What am I to you all? Even those scumbags trust me, why can’t my own guys? I follow all your orders! Fuck that! Fuck your protocols! My neck is on the line here. I’m a cop too. We’re on the same side, right?” –Lee Ja Sung (New World, 2013)

“Didn’t think I’d see you again. It’s so good to see you.” –Jung Chung (New World, 2013)


“It’s time to choose a side. Listen to me, you’ll stay alive that way.” –Jung Chung (New World, 2013)
Wrote by Mashita Fandia
“With my eyes closed, I think of you and I can’t hear anything else. Inside the memories that left in my heart, I have never forgotten you even once.” –Jung Joon Young, I’m Nobody (OST. Pretty Man) [translated lyrics]

Second runner-up ajang pencarian bakat Superstar K4, rocker Jung Joon Young, untuk pertama kalinya turut berpartisipasi dalam mengisi jajaran soundtrack serial drama. Ia merilis lagu berjudul “I’m Nobody”, atau yang dikenal juga dengan judul “Only a Day”, untuk theme song serial drama “Pretty Man”. Lagu ini dirilis sebagai single “Pretty Man OST Part 5” pada tanggal 2 Januari 2014 dan memuat dua versi berbeda. Versi pertama adalah versi original yang menonjolkan warna musik Jung, yaitu rock ballad. Sementara itu versi kedua, yang disebut sebagai drama version karena versi ini merupakan lagu yang diputar sebagai background music (BGM) dalam serial drama “Pretty Man”, memiliki tempo yang lebih slow dari versi original dengan aransemen blues ballad.
“I’m Nobody” is a song about someone who’s begging for a second chance to be with their beloved one. And it’s okay even if it’s just for one day, because they’re nobody without their love. “With my eyes closed, I think of you and I can’t hear anything else. Inside the memories that left in my heart, I have never forgotten you even once.” When it comes to the one we love, that person never leaves our thought, no matter how busy the traffic inside our brain is. When it comes to the one we love, that person never leaves our sight, no matter how long we shut our eyes. “Inside the memories that fill up my heart, these unknown feelings I have are wanting you.”
When it comes to the one we love, that person is engraved in every bit of our memory. It’s left in there, filled the heart up, and lingered forever. When it comes to the one we love, even just one day would feel so precious. “Just for one day, just for one day today, just be in my arms like this, then I will wipe away your tears. I love you, I love you, I will always be by your side until whenever, I will live for you.” When it comes to the one we love, all we ever want to do is being beside them, wiping their tears, giving our all to make them happy. And when we realize that everything had passed, we wish that we could have a one more day. Just a day would be enough. “I’m nobody without your love.”
Sebagai soundtrack, lagu ini menjadi theme song bagi kisah cinta antara karakter Dokko Ma Te (diperankan oleh Jang Geun Suk) dan Kim Bo Tong (diperankan oleh IU). Terutama pada beberapa episode terakhir di mana perasaan mereka tengah diuji dengan kondisi dan situasi yang bergulir di antara mereka. I have to say that Jung Joon Young did a very great job with “I’m Nobody”, his self-written and self-composed song. Dari dua versi yang ada, kedua-duanya memiliki keindahannya masing-masing, and I like both. But I love the original version a little bit more, because its rock ballad arrangement which goes well with Jung’s husky voice. It shows the true color of Jung’s music and originality. Moreover, the solo melogy guitar part is very enchanting. No need to say more, it’s a beautiful piece of art from the gorgeous rocker.

“Inside the memories that fill up my heart, these unknown feelings I have are wanting you.” –Jung Joon Young, I’m Nobody (OST. Pretty Man) [translated lyrics]




“Du nuneul gameun chae neoreul tteoollyeo deulliji anha amureon sorido
(With my eyes closed, I think of you and I can’t hear anything else)
Nae gaseum soge namgyeojin gieokdeul dan han beondo na neol ijeun jeogi eobseo
(Inside the memories that left in my heart, I have never forgotten you even once)

Haruman oneul haruman
(Just for one day, just for one day today)
Idaero nae pum ane angyeoisseojwo geuttae geu nunmul dakkajulge
(Just be in my arms like this, then I will wipe away your tears)
Saranghae neoreul saranghae
(I love you, I love you)
Eonjena neoui yeope naega isseulge naneun neol wihae saragalge
(I will always be by your side until whenever, I will live for you)

Nae maeumsoge gadeuk chan gieokdeul alsu eomneun nae gamjeongdeuri neol wonhae
(Inside the memories that fill up my heart, these unknown feelings I have are wanting you)


I’m nobody, I’m nobody
I’m nobody without your love, I’m nobody”
Wrote by Mashita Fandia
“I’m saying that I love you, from the first moment I saw you. I’m saying that I love you, don’t you hear my words? From the beginning, we were looking at a love that wouldn’t be. Maybe we can’t reach each other. Even so, should I still try to take a step forward?” –Lee Jang Woo, Saying I Love You (OST. Pretty Man) [translated lyrics]

Aktor Lee Jang Woo menyumbangkan suara emasnya untuk mengisi jajaran soundtrack serial drama yang ia bintangi, “Pretty Man”. Ia merilis sebuah lagu ballad R n’ B berjudul “Saying I Love You”, atau yang dikenal juga dengan judul “I’m Saying I Love You”, sebagai single pada tanggal 18 Desember 2013. Suara lembut Lee berpadu apik dengan melodi manis dari lagu yang menyayat hati ini, yang berkisah tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan. Setelah sebelumnya juga pernah merilis beberapa single, melalui lagu ini Lee sekali lagi membuktikan bahwa ia tak hanya sekadar seorang aktor yang bisa bernyanyi, melainkan seorang aktor sekaligus penyanyi berbakat yang tak dapat dipandang sebelah mata. Meskipun dalam serial ini cintanya bertepuk sebelah tangan, lagu ini jelas-jelas membuatnya tidak dipandang sebelah mata.
“Saying I Love You” is a song about someone who’s deeply in unrequited love with somebody, because that somebody is deeply in unrequited love too with someone else. “You’re looking somewhere else, while I was always standing beside you. If you turned your head the slightest bit, you would be able to know my heart, you would be able to see me. You’re only getting further and further away, while I was always here beside you. My love couldn’t reach you, maybe you’re just getting further away, maybe I’ll have to let you go.” Sometimes, we can’t control our heart. Even though our logical brain has already said that this love, this feeling, is good for nothing, somehow we can’t just stop and throw it away. Feeling isn’t something that can be switch on and off easily. And so, even though they know very well that they can’t reach that person, they bravely confess their feeling. “I’m saying that I love you, from the first moment I saw you. I’m saying that I love you, don’t you hear my words? From the beginning, we were looking at a love that wouldn’t be. Maybe we can’t reach each other. Even so, should I still try to take a step forward?”
Some loves just aren’t meant to be. And for them, maybe it’s the one. Instead of coming closer, that person is fading away. That’s what it will take from an unrequited love. Even though we can’t control our heart, we definitely can make a choice over it, whether to keep going on with that one-sided love and being hurt all by ourselves, or just moving on no matter how hard it would take. “The laughter steadily fades away, even though I really like your bright smile. If my happiness becomes your misfortune, maybe I should stop, maybe I’m afraid to stop here.” Letting go is another form of love. I believe that. And some feelings are just meant to be let go. “I’m saying that I’m sending you away, to that place I first saw you. I’m saying that I’m sending you away, to a place where you can always laugh. From the beginning, we were looking at a love that wouldn’t be. Maybe I can’t reach you, so I have to send you away like this.” Though it’s hard, though it will be like hell, we have to let go. “Truthfully that’s not it, my heart’s not like that, I can’t send you away even if I die.” And believe, there will be an open door for every closed one.
Dibawakan oleh Lee Jang Woo, “Saying I Love You” menggambarkan kisah cinta yang dialami oleh karakter David Choi yang diperankannya sendiri dalam serial drama “Pretty Man”. David jatuh cinta pada Kim Bo Tong (diperankan oleh IU), yang hati dan pikirannya selalu tertuju pada Dokko Ma Te (diperankan oleh Jang Geun Suk). I fell in love with this song since the first time I heard it. Karakter David Choi yang diperankan Lee Jang Woo menyanyikan lagu ini dalam salah satu episode “Pretty Man”, ketika ia mengungkapkan perasaannya kepada Kim Bo Tong. Meskipun hasilnya sudah dapat ditebak, sesungguhnya saya lebih menyukai Kim Bo Tong berpasangan dengan David Choi ketimbang Dokko Ma Te. He made this sincere and beautiful song for her. And what more can I say? This is heart-wrenchingly sweet.

“I’m saying that I’m sending you away, to that place I first saw you. I’m saying that I’m sending you away, to a place where you can always laugh. From the beginning, we were looking at a love that wouldn’t be. Maybe I can’t reach you, so I have to send you away like this.” –Lee Jang Woo, Saying I Love You (OST. Pretty Man) [translated lyrics]




“Dareun gotman barabonda ni gyeote hangsang naega seoinneunde
(You’re looking somewhere else, while I was always standing beside you)
Aju jogeumman gogaereul dollyeodo naui mameun neukkil su isseultende nal bol su isseultende
(If you turned your head the slightest bit, you would be able to know my heart, you would be able to see me)

Deo jeomjeom meoreojyeoman ganda neul yeojeonhi nan ni gyeote meomulleo inneunde
(You’re only getting further and further away, while I was always here beside you)
Naui sarangeun tto neoege dachi motago meoreojyeoman ganabwa bonaejwoya hanabwa
(My love couldn’t reach you, maybe you’re just getting further away, maybe I’ll have to let you go)

Neol saranghandan mallya neol cheoeum bon geu sunganbuteo
(I’m saying that I love you, from the first moment I saw you)
Neol saranghandan mallya i mari deulliji ahnni
(I’m saying that I love you, don’t you hear my words?)
Urin cheombuteo dan han saramman barabwaseo
(From the beginning, we were looking at a love that wouldn’t be)
Majuchil su eomnabwa geuraedo hangeoreum dagagabonda
(Maybe we can’t reach each other, even so, should I still try to take a step forward?)

Useumi jeomjeom sarajinda haemalge utdeon moseubi cham johasseonneunde
(The laughter steadily fades away, even though I really like your bright smile)
Naui haengbogi neoui bulhaengi doel georamyeon geuman dwoya hanabwa yeogiseo meomchulkkabwa
(If my happiness becomes your misfortune, maybe I should stop, maybe I’m afraid to stop here)

Neol bonaejundan mallya neol cheoeum bwatdeon geu jariro
(I’m saying that I’m sending you away, to that place I first saw you)
Neol bonaejundan mallya haneobsi utdeon goseuro 
(I’m saying that I’m sending you away, to a place where you can always laugh)
Urin cheombuteo dan han saramman barabwaseo
(From the beginning, we were looking at a love that wouldn’t be)
Majuchil su eomnabwa geuraeseo ireoke bonaejuryeohae
(Maybe I can’t reach you, so I have to send you away like this)

Sasil geuge aninde mameun geuge aninde naneun jugeodo neol bonael suga eomneunde

(Truthfully that’s not it, my heart’s not like that, I can’t send you away even if I die)”
Wrote by Mashita Fandia
“It’s a strange thing with people.Staying with someone when he’s sick, it can be better than a doctor sometimes. Something that can even save someone taking his last breath like a thread of some sort. But people don’t really know about it when it’s there. Only when they get really sick, they realize it.” –Oh Jin Hee (Emergency Couple, 2014)

“That’s why people say you finally realize only after you get sick, who is on your side or not.” –Oh Chang Min (Emergency Couple, 2014)

“The one who loves more is the weak one. But in love, the weak one is the happier one.” –Shim Ji Hye (Emergency Couple, 2014)

Oh Chang Min: “Is it possible to love the same person again after we become distant?”
Shim Ji Hye: “Of course you can meet and love again. And it’s possible that it could get much deeper than the first time.”
(Emergency Couple, 2014)

“The feeling of truly loving someone, how many times do you think it comes in a lifetime? You don’t know how precious and rare that feeling is, do you?” –Shim Ji Hye (Emergency Couple, 2014)

As a human, we can never predict where our lives lead us to. Life does surprise us many times. At one time it could separate us from the one we hold most dear. At another time, just like that, it could bring us to meet that person again, suddenly and unknowingly. What if, after many years have passed by, an estranged couple that had been separated by divorce is destined to meet again? What if, after many years have gone by, two distant people that used to be so close are fated to see each other again? It happens in drama series titled “Emergency Couple”, where a divorced couple are brought together again in the Emergency Room unit of a hospital as intern doctors, after six years of separation. Will they make it up this time? Or will it just lead to another break up? Well let’s take a look at the Emergency Room(ance).
Oh Chang Min (Choi Jin Hyuk) dan Oh Jin Hee (Song Ji Hyo) saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah di usia muda; keputusan yang berujung pada berbagai konsekuensi yang harus mereka hadapi. Orang tua Chang Min menentang pernikahan mereka, sehingga pria itu terpaksa menghentikan pendidikan dokternya karena sang orang tua tak lagi membiayai, tepat ketika pria itu menjelang kelulusannya. Sementara Jin Hee pun harus berhenti dari pekerjaannya sebagai ahli gizi. Satu tahun masa pernikahan, masalah mulai bermunculan di antara mereka berdua. Chang Min kini bekerja sebagai salesman di perusahaan farmasi, sedangkan Jin Hee berkutat sebagai istri rumah tangga. Keadaan memburuk, dan ketegangan yang terjadi kemudian berpuncak pada konflik yang membuat mereka berdua memutuskan untuk bercerai.
Enam tahun kemudian, keadaan telah menjadi jauh berbeda. Oh Chang Min telah menyelesaikan pendidikan dokternya yang sempat tertunda. Sementara Oh Jin Hee juga berhasil lulus dari sekolah kedokteran. Pada suatu hari, mereka tak sengaja bertemu kembali pada sebuah acara pernikahan teman mereka, di mana Chang Min bernyanyi untuk temannya, sang mempelai pria, sedangkan Jin Hee menjadi pianis atas permintaan temannya, sang mempelai wanita. Reaksi atas pertemuan itu tentu saja sangat buruk. Mereka bertengkar, sebuah kondisi yang masih sama persis ketika mereka berpisah enam tahun yang lalu. Namun, pertemuan itu tak akan menjadi yang pertama dan satu-satunya. Hari berikutnya, mereka mendapati bahwa mereka berdua sama-sama menjadi dokter internship, di rumah sakit yang sama, dalam satu tim yang sama, sama-sama ditempatkan di Unit Gawat Darurat (Emergency Room).
Tidak ada satu rekanan kerja mereka pun yang mengetahui fakta bahwa Oh Chang Min dan Oh Jin Hee adalah pasangan mantan suami-istri, termasuk dokter jaga di Unit Gawat Darurat, dokter Gook Cheon Soo (Lee Pil Mo), yang bertugas memantau dan membimbing para dokter internship. Berada dalam satu tim bersama Chang Min dan Jin Hee sebagai sesama dokter internship adalah si seksi Han Ah Reum (Clara), pemuda polos nan ceria Im Yong Gyu (Yoon Jong Hoon), dan pasangan suami-istri Park Sang Hyuk (Lim Hyun Sung) dan Lee Young Ae (Chun Min Hee). Bekerja bersama mereka di Unit Gawat Darurat adalah residen Kim Min Ki (Kwon Min) dan Jang Dae Il (Heo Jae Ho), serta suster Heo Young Ji (Lee Sun Ah), Son Ye Seul (Choi Yoo Ra), dan Choi Mi Jung (Kim Hyun Sook). Bergabung kemudian bersama mereka adalah ahli bedah, dokter Shim Ji Hye (Choi Yeo Jin), mantan kekasih Dokter Gook yang baru saja kembali dari Amerika Serikat.
Bersama para personil di Unit Gawat Darurat lainnya, hari-hari Oh Chang Min dan Oh Jin Hee sebagai dokter internship pun dimulai. Selain harus berkutat dengan pekerjaan mereka sebagai dokter yang setiap hari menghadapi kondisi kritis di Unit Gawat Darurat, Chang Min dan Jin Hee juga harus menghadapi dilema terkait perasaan mereka yang rupanya belum tuntas dan mulai tumbuh kembali. Belum juga mendapatkan pencerahan atas perasaan mereka masing-masing, Chang Min harus meladeni sang ibu yang bersikeras menjodohkannya dengan seorang wanita pilihannya, yang ternyata tak lain tak bukan adalah Han Ah Reum. Di lain pihak, Jin Hee tanpa sengaja telah meluluhkan hati Dokter Gook dan membuat pria itu jatuh cinta padanya. Meskipun sadar akan posisi masing-masing, Chang Min dan Jin Hee tak dapat memungkiri bahwa masih ada dan akan selalu ada sesuatu yang istimewa di antara mereka berdua. And so, the love-hate relationship between Chang Min and Jin Hee begins again in the Emergency Room(ance).
“Emergency Couple”, atau yang dikenal juga dengan judul “Emergency Man and Woman”, adalah serial drama yang terdiri dari 21 episode. Serial ini mengudara di stasiun televisi kabel tvN dan ditayangkan pada bulan Januari hingga April 2014. Berkat popularitasnya, serial yang pada awalnya direncanakan hanya berjumlah 20 episode ini mengalami penambahan satu episode. “Emergency Couple” meraih rating hingga angka 5%, sebuah angka yang tinggi untuk serial yang mengudara di kanal televisi kabel. Dengan unsur komedi dan melodrama, serial berlatar belakang dunia medis ini berfokus pada dua karakter utama yang merupakan pasangan mantan suami-istri. Mereka bertemu kembali sebagai dokter internship, enam tahun setelah resmi bercerai dan tidak pernah bertemu. Tidak hanya menghadirkan perjalanan sepasang anak manusia dalam menemukan kembali cinta mereka, “Emergency Couple” juga menceritakan pencarian dan penemuan mereka atas makna dan tujuan hidup yang sesungguhnya.
There’s always two things about an estranged couple that reunites again after years. And for the note, these things are applied for couples who’ve been through a hurtful separation. The first thing is fear. Ya, rasa takut. Ketika dua orang berpisah, terlepas pada akhirnya perpisahan itu merupakan keputusan bersama, selalu ada pihak yang menyakiti dan disakiti. Dan sesungguhnya, tak ada perpisahan yang mudah, baik bagi pihak manapun. Mereka berdua sama-sama tersakiti; sakit yang baik mereka sadari maupun tidak, membuat mereka jauh dan terasing dari satu sama lain. Ketika mereka bertemu kembali bertahun-tahun kemudian, muncul rasa takut itu. Bagi yang menyakiti, takut orang itu tak lagi melihatnya dengan cara yang sama seperti dulu. Bagi yang disakiti, takut perasaannya akan menjadi lemah kembali, setelah apa yang ia lalui selama itu untuk mencapai tempatnya yang sekarang. Namun ketika jalinan takdir membawa mereka untuk bertemu kembali, alasannya adalah satu, yaitu bahwa sudah saatnya bagi mereka untuk menghadapi rasa takut itu, bukan menghindarinya. Terlepas dari bagaimana pun akhirnya nanti, setidaknya tak akan ada lagi ganjalan bagi mereka untuk menjalani hari-hari mendatang.
The second thing about an estranged couple that reunites again after years is negotiation. Setelah mereka berurusan dengan rasa takut mereka, pekerjaan rumah selanjutnya adalah negosiasi, baik dengan diri mereka sendiri maupun dengan orang itu. Tahap inilah yang akan menentukan ke mana hubungan mereka akan dibawa selanjutnya. Karena sesungguhnya, tak ada mantan pasangan yang sanggup ‘berteman’ ketika masih ada secercah perasaan dalam hati mereka untuk satu sama lain. Ketika itu yang terjadi, maka negosiasi menjadi krusial. Bagi yang menyakiti, apakah ia siap untuk merangkai kembali puing-puing relasi yang pernah ia hancurkan sebelumnya. Bagi yang disakiti, apakah ia siap untuk memaafkan sepenuhnya dan membangun kepercayaan kembali, dengan segala risiko yang ada. Karena semuanya tak lagi sama seperti dulu. Karena semuanya kini telah berbeda. Pilihan ada dan terbuka bagi setiap pihak.
Indeed, for some couples, they need to be separated from each other in order to realize that they really meant for each other. Indeed, for some people, there is one person in their life whom they always forgive no matter how bad that person hurts them. Indeed, for some people, there is one person in their life whom they always crawl back to no matter how far they’ve gone away from that person. Indeed, for some people, there is one person in their life who will always have a special place in their hearts. Dikatakan mudah, tidak juga. Dikatakan susah, tidak juga. Namun akan selalu ada seseorang bagi seorang lainnya; seseorang yang merupakan ‘Achilles’ heels’ bagi seorang lainnya; seseorang yang merupakan kunci, pemegang kelemahan sekaligus sumber kekuatan, yang tak akan lekang seberapa lama dan jauh pun mereka terpisah. And it can’t be resist that it’s easy coming back into someone once we figure it out that they’ve been there all along. And it can’t be denied that it’s easy to start over with the one you hold so dear.
We only live once, so seize every day you have. And as long as we believe, there’s no mistake, for mistake is a part of lesson that brought us to this point where we’re standing now. Tidak ada kata terlambat dalam memperjuangkan impian dan cita-cita dalam hidup, selama masih ada kesempatan. Mengambil keputusan untuk berpisah bukan berarti sebuah kesalahan, meskipun terkadang muncul rasa penyesalan atasnya. Karena sesungguhnya, perpisahan itulah yang memberi pelajaran dan menguatkan mereka. Berkat perpisahan itu mereka menyadari ada suatu hal lain yang lebih besar untuk dicapai dan diraih terlebih dahulu. Berkat perpisahan itu mereka memahami makna pertemuan dan cinta yang sesungguhnya. Berkat perpisahan itu mereka menyadari apa yang benar-benar penting dan berarti bagi mereka. Maka berbahagialah mereka yang pernah melakukan kesalahan dan memetik pelajaran atasnya.
Popularitas serial “Emergency Couple” terbukti dengan dibelinya hak siar serial ini oleh stasiun televisi di beberapa negara Asia, bahkan hingga Amerika Serikat. Pasangan tokoh utama, aktor Choi Jin Hyuk dan aktris Song Ji Hyo, berhasil merebut hati penonton dengan chemistry luar biasa yang mereka tampilkan dalam serial drama ini. And indeed, I adore this couple so much! Mereka berdua juga didukung dengan penampilan jajaran aktor dan aktris pendukung yang tak kalah mengagumkannya. Di satu sisi, serial ini mengundang gelak tawa dan decakan berkat komedi dan romantisme yang dihadirkannya. Di sisi lain, serial ini juga sanggup membuat para penontonnya meneteskan air mata berkat melodrama yang disajikannya. Secara keseluruhan, “Emergency Couple”  merupakan serial paket lengkap yang menghibur. It’s definitely worth to spend your time for this series.

“Just do what your heart tells you. That’s the right answer.” –Gook Cheon Soo (Emergency Couple, 2014)

“Even if he loves someone to death and marries her, it’s hard to be happy all the time. We’re the same way. Marriage is not something anyone can force into.” –Oh Tae Seok (Emergency Couple, 2014)

“Listen carefully. You still don’t know? My heart is thumping because of you. Actually, it’s been a while but I didn’t want to admit it.” –Oh Jin Hee (Emergency Couple, 2014)

“The Emergency Room where life and death intersect multiple times a day. At this place, this battlefield, we learn and realize things we did not know before. A place where many people are united as one heart solely to save people. So at this place, miracles occur. We experience those amazing miracles and learn from their pure passion.” –Oh Jin Hee & Oh Chang Min (Emergency Couple, 2014)


“There’s no such thing as a perfect life. As you live, unexpected accidents occur, and irreversible mistakes are made. However, everytime we fall and get hurt in life, we find ourselves always changing for the better. By learning about the other’s pains, or by maturing a little bit more. Could that be where love starts? So, even though we may make mistakes and fail again, we will continue to grow and try.” –Oh Jin Hee & Oh Chang Min (Emergency Couple, 2014)
Wrote by Mashita Fandia
“In the place where the heart is, there’s time.” –Dokko Ma Te (Pretty Man, 2013–2014)

“Money is a living being. If you bring it up with care, money will grow to unimaginable amount too. But, if it grows too big it will eat me up. In the end, a person like me disappears, and only money remains.” –Dokko Ma Te (Pretty Man, 2013–2014)

“A woman has to be with a man who loves her more than she does.” –Lee Mal Ja (Pretty Man, 2013–2014)

Where could be the address of happiness? Is it in every penny we own? Fancy house, expensive car, is it in those material things? Beauty looks, good-looking partner, is it in those physical things? Family, best friends, is it in those nice people around us? Or maybe, is it just as simple as breathing, being able to live one more day? Or, could it be what people referred as love? Loving and being loved, is that it? Anyway, people live in search of happiness, or at least they think they do. But, where could we find it? It’s in a drama series titled “Pretty Man”, when a man who’s well-known as the most handsome man in the town, wonder around to find the address of his happiness. And while doing so, he also finds out the there’s more to life than just his gorgeous look, money, beautiful and successful women, and social status.

"Pretty Man" official poster - source: wiki.d-addicts.com


Dokko Ma Te (Jang Geun Suk), terkenal sebagai pria paling tampan di kampung halamannya sejak ia masih duduk di bangku sekolah. Sejak kepindahannya ke Ulsan, seketika ia menjadi idola. Dibesarkan oleh seorang single mother dengan latar belakang ekonomi yang pas-pasan, Ma Te bertekad untuk menjadi sukses dan kaya raya demi memberikan kehidupan yang layak bagi sang ibu. Adalah Kim Bo Tong (IU/Lee Ji Eun), anak gadis dari teman ibunya yang juga tetangga mereka di Ulsan. Ia tergila-gila kepada Ma Te sejak pertama kali melihat lelaki itu. Di pikirannya hanya ada Ma Te dan tujuan hidupnya adalah untuk menjadi istri Ma Te. Segera setelah lulus sekolah, Ma Te pun hijrah ke Seoul untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Dengan memanfaatkan ketampanannya, ia pun mengencani seorang perempuan kaya raya yang berusia jauh lebih tua darinya, Jaek Hee (So Yu Jin). Berkat wanita itu pula, kini Ma Te telah memiliki rumah dan mobil mewah.
Pada suatu hari, sang ibu meninggal dunia dan kejadian itu mengubah jalan hidup Dokko Ma Te. Adalah Hong Yoo Ra (Han Chae Young) wanita cantik dan misterius yang kemudian datang dalam kehidupan Ma Te, setelah sebelumnya pria itu gagal mendekatinya. Selepas kepergian ibunya, Yoo Ra datang membawa informasi mengenai ayah kandung Ma Te dan siapa jati diri pria itu sebenarnya. Mengetahui bahwa sang ayah adalah Park Ki Suk (Dokko Young Jae), Presiden Direktur dari MG Group, salah satu perusahaan terbesar di Korea Selatan, Ma Te merasa geram karena menyadari bahwa sang ibu selama ini hidup dalam penderitaan akibat statusnya sebagai seorang wanita simpanan. Ma Te pun menerima tawaran Yoo Ra untuk bekerja sama demi membalas dendam terhadap Na Hong Ran (Kim Bo Yeon), istri Park Ki Suk yang telah membuat hidup ibu Ma Te menderita. Di sisi lain, Yoo Ra memiliki alasan lain dengan tujuan yang sama, yaitu mendapat hak asuh atas putrinya yang saat ini berada di tangan mantan suaminya, Park Moon Suk (Kim Young Jae), yang juga adalah anak tiri Hong Ran. Karena ulah Hong Ran, Yoo Ra terpaksa bercerai dengan Moon Suk dan hidup terpisah dengan anak mereka satu-satunya.
Untuk mencapai tujuannya itulah, Hong Yoo Ra membutuhkan seorang Dokko Ma Te. Alhasil, dimulailah petualangan Ma Te untuk meraih status sosial yang selama ini direnggut darinya, di bawah bimbingan Yoo Ra. Perjalanan pria itu tidak mudah dan jauh dari kata sederhana. Untuk dapat menjatuhkan Na Hong Ran, ia harus mencapai posisi yang sejajar dengan Wakil Presiden Direktur MG Group tersebut. Untuk dapat meraih posisi itu, ia harus meraih kesuksesan secara materi dan finansial. Untuk dapat mencapainya, ia harus belajar berbagai trik untuk dapat menjadi seorang pengusaha sukses. Hong Yoo Ra memberi pria itu tantangan untuk menjual ribuan pasang kaos kaki yang telah usang. Selama prosesnya, Ma Te harus “menaklukkan” beberapa orang wanita demi memperoleh informasi dan pengetahuan berharga dari para wanita tersebut.
Dimulai dengan Jaek Hee –pengusaha sukses, tempat ia belajar makna uang yang sesungguhnya; Electric Fairy (Kim Ye Won) –peramal, tempat ia belajar membaca karakter manusia; Kim In Jung (Cha Hyun Jung) –konsultan keuangan, tempat ia belajar memiliki koneksi dan jaringan sosialisasi yang luas; Myo Mi (Park Ji Yoon) –aktris papan atas, tempat ia belajar mengenai timing yang tepat; Kang Kwi Ji (Kim Bo Ra) –anak gadis dari keluarga kaya, tempat ia belajar image building; Lee Kim (Jung Sun Kyung) –jaksa, tempat ia belajar menjadi kuat, tegas, dan adil; hingga Yeo Mim (Kim Min Joo) –hacker, tempat ia belajar memanfaatkan pengetahuan. Sementara itu, Ma Te juga meminta bantuan Kim Bo Tong untuk menjual kaos kaki tersebut, yang tentu saja disambut dengan luar biasa antusias oleh gadis polos nan ceria itu. Ia mengusahakan berbagai cara agar dapat membantu pria yang digilainya itu.
Ketika tengah berusaha menjual kaos kaki dari Dokko Ma Te, Kim Bo Tong bertemu dengan David Choi (Lee Jang Woo). Semenjak pertemuan itu, David jatuh hati pada Bo Tong. Di sisi lain, Bo Tong merasa senang karena ia bertemu dengan teman yang memiliki banyak kesamaan dengannya. Ia bahkan merasa seperti menemukan versi laki-laki dari dirinya sendiri dalam diri David. David yang ternyata berprofesi sebagai manajer pemasaran pun membantu Bo Tong untuk menjual kaos kakinya. Ia bahkan menyewakan kamar dengan harga murah bagi gadis itu untuk ia tempati selama tinggal di Seoul. Di luar dugaan, kedekatan Bo Tong dengan David membuat Ma Te merasa cemburu. Terbiasa mendapatkan perhatian penuh dari Bo Tong. Ma Te mulai merasa tersisihkan dengan kehadiran David di antara mereka. Namun, Ma Te harus memfokuskan dirinya pada misi dan tujuan yang ia emban terlebih dahulu, yang tanpa ia sangka, justru membawanya pada satu kenyataan besar yang sanggup merubah seluruh hidupnya.

"Pretty Man" official photo - source: www.asianwiki.com


“Pretty Man”, atau yang dikenal juga dengan judul “Pretty Boy” dan “Bel Ami”, adalah serial drama komedi romantis yang terdiri dari 16 episode. Serial ini mengudara di stasiun televisi KBS dan ditayangkan pada bulan November 2013 hingga Januari 2014. “Pretty Man” merupakan adaptasi dari manhwa (komik Korea Selatan) berjudul sama karya Cheon Kye Young. Meskipun perolehan rating serial ini jauh dari kata memuaskan, berkat popularitas pemeran utamanya, Jang Geun Suk, “Pretty Man” ditayangkan di beberapa televisi di negara-negara Asia, seperti Jepang dan Singapura. Apabila pernah menonton film barat berjudul “Bel Ami” yang dibintangi oleh Robert Pattinson, serial “Pretty Man” ini merupakan versi ringan dan menghiburnya, dengan latar belakang cerita yang sama, yaitu mengenai seorang pria yang menggunakan ketampanannya untuk memperoleh kehidupan yang mapan di kota metropolitan. Melihat dari perspektif yang lebih luas, kisah ini menceritakan perjalanan anak manusia dalam pencarian atas jati dirinya.
Orang sering berkata bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Hal ini ada benarnya. Termasuk uang. Human’s greed has no limit, but ambition has. Dalam serial ini dikatakan bahwa, “If you have big ambitions, you end up digging your own grave.” Keserakahan dan kerakusan. Hal itulah yang pada akhirnya akan membuat manusia menggali lubang kuburnya sendiri. Satu hal yang Dokko Ma Te pelajari dari Hong Yoo Ra, adalah bahwa uang tidak didapatkan secara percuma. Uang dihasilkan melalui kerja keras dan usaha. Namun lebih dari sekadar kepuasan mendapatkan uang, Ma Te menemukan sebuah kepuasan lain yang jauh melebihi itu. Yaitu kepuasan diri atas kemampuan untuk mendapatkan uang itu. Kepuasan atas segala proses yang telah dilalui. Kepuasan atas kerja keras dan usaha. It’s not about the result, but it’s about the process. Karena proses lah yang pada akhirnya memberi bekal pada manusia untuk menjalani hidupnya. Uang dapat habis, namun pelajaran yang didapat dari proses akan kekal abadi.
Orang sering berkata bahwa segala sesuatu tidak seperti kelihatannya. Pada dasarnya, selalu ada makna tersirat di balik segala yang terlihat. Orang kedua yang ditemui Dokko Ma Te dalam perjalanannya adalah Electric Fairy. Dari wanita itu, Ma Te belajar untuk melihat karakteristik orang-orang, terutama kelemahan mereka. Semuanya dimulai dengan observasi. “People keep their weaknesses covered up in order to not be vulnerable to others. First, learn to observe the body. The body speaks the truth of the heart. Through the body, you’ll find a way to the heart.” Menyimpan kelemahan mereka adalah sifat alami manusia. Namun bukan tidak mungkin untuk membaca itu semua. Apa yang ada dalam hati manusia adalah rahasia terbesar mereka. Namun tidak mustahil untuk melihat itu semua melalui gerak-gerik tubuh. “A person can’t control their own heart.” Indeed, but they can control their mind and body. Hati, pikiran, dan tubuh manusia mengalirkan energi dan sinergi yang sama. Karena selalu ada makna di balik setiap pertanda.
Orang sering berkata bahwa kejujuran yang pahit lebih baik daripada kebohongan yang manis. Namun apabila kenyataan itu berujung pada luka yang tiada akhir, masih layakkah kejujuran itu didapatkan? Is it worth the pain? Dikatakan dalam serial ini, “There are times when the facts are sources of lasting pain. There are times when it’s better not knowing the truth.” Namun ketika kebahagiaan dibangun di atas kebohongan, layakkah untuk dijalani? Mencari jawabannya mungkin akan seperti mencari mana yang lebih dulu ada di antara ayam dan telur. Membingungkan memang, namun jawabannya sederhana apabila manusia mau melihat melalui gambaran yang lebih luas. Tak ada yang abadi di dunia ini. Luka, kebahagiaan, semuanya. Luka akibat kejujuran, kebahagiaan dari kebohongan, semuanya. Pada akhirnya kejujuran tetap yang terbaik. Meskipun tak ada kebenaran absolut di muka bumi ini, setidaknya keyakinan dapat terwujud ketika manusia menjunjung tinggi kejujuran dalam dirinya.
Orang sering berkata bahwa cinta tak butuh alasan. Benarkah? Lalu bagaimana menjawab, ada orang yang kita cintai begitu dalam, dan ada pula orang yang tidak kita cintai? Karena ketika cinta tak butuh alasan, seharusnya semua orang di dunia ini saling mencintai. Jawabannya adalah pilihan. Mungkin cinta memang tak memiliki alasan, namun cinta adalah pilihan. Pilihan untuk mencintai atau tidak mencintai. Ketika David Choi, seorang pria yang begitu baik hati, tampan, bahkan memiliki banyak kesamaan dengan dirinya, datang dalam kehidupan seorang Kim Bo Tong dan menawarkan cinta padanya, wanita itu justru memilih Dokko Ma Te, pria yang telah disukainya selama bertahun-tahun secara sepihak saja. “You don’t really need a reason to love.” Begitu jawaban Kim Bo Tong ketika David mempertanyakan mengapa wanita itu lebih memilih Ma Te dan bukan dirinya. Pada dasarnya alasan itu ada, namun hanya saja terkadang manusia tak menyadarinya.

"Pretty Man' official photo - source: www.asianwiki.com


Menonton “Pretty Man” membuat saya diingatkan sekali lagi mengapa aktor tampan Jang Geun Suk memiliki begitu banyak penggemar di Asia. Meskipun rendahnya popularitas dan tingkat kesuksesan serial ini di Korea Selatan membuat Jang merasa pesimis hingga mengeluarkan pernyataan bahwa ia tak akan berakting dalam genre komedi romantis lagi, secara objektif saya menyatakan bahwa ia masih dan (mungkin) akan selalu menjadi The Prince of romantic comedy. Style­-nya yang eksentrik mungkin merupakan faktor utama mengapa ia kurang diterima penonton, namun soal kemampuan aktingnya, tak perlu diragukan lagi. Despite all opinions, the characters of this series are well-casted. Tak ada selain Jang Geun Suk, IU, Han Chae Young, dan Lee Jang Woo yang dapat menghidupkan karakter Dokko Ma Te, Kim Bo Tong, Hong Yoo Ra, dan David Choi dengan begitu pas dan sempurna. Overall, “Pretty Man” is worth-watching to spend your leisure time.



“Love, it’s very scary. It makes a sensible man into a senseless man. It makes a man in despair, laugh.” –Hong Yoo Ra (Pretty Man, 2013–2014)

“People, when they are too, too sorry, they can’t even say they’re sorry. They can’t say it because the words aren’t even enough to express their sorrow.” –Lee Mal Ja (Pretty Man, 2013–2014)


“The world cannot be explained with just the relationship between men and women.” –Dokko Ma Te (Pretty Man, 2013–2014)
Wrote by Mashita Fandia
Newer Posts Older Posts Home

About Me

About Me
29 | music | movies | cultural studies

Featured post

Out of the Woods

Let’s analogizing a (romance) relationship as a tropical forest, with all of its maze of trees, wild animals, and dangerous gorges; t...


TSOGM - a fiction

TSOGM - a fiction
Click on the picture to read the stories. Enjoy! ;)
Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ►  2020 (8)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2018 (199)
    • ►  November (21)
    • ►  October (18)
    • ►  September (19)
    • ►  August (18)
    • ►  July (17)
    • ►  June (17)
    • ►  May (20)
    • ►  April (17)
    • ►  March (19)
    • ►  February (15)
    • ►  January (18)
  • ►  2017 (223)
    • ►  December (18)
    • ►  November (23)
    • ►  October (18)
    • ►  September (18)
    • ►  August (23)
    • ►  July (17)
    • ►  June (17)
    • ►  May (17)
    • ►  April (23)
    • ►  March (17)
    • ►  February (15)
    • ►  January (17)
  • ►  2016 (38)
    • ►  December (16)
    • ►  November (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
  • ►  2015 (189)
    • ►  November (14)
    • ►  October (20)
    • ►  September (17)
    • ►  August (17)
    • ►  July (18)
    • ►  June (18)
    • ►  May (17)
    • ►  April (17)
    • ►  March (19)
    • ►  February (16)
    • ►  January (16)
  • ▼  2014 (199)
    • ►  December (16)
    • ►  November (18)
    • ►  October (18)
    • ►  September (16)
    • ►  August (16)
    • ►  July (17)
    • ▼  June (16)
      • The Taoist Wizard
      • New World
      • Only For One Day
      • Hopeless Confession
      • Emergency Couple
      • Pretty Man
      • With You
      • Feeling You
      • 14 Days
      • Triple
      • Farewell Without Farewell
      • With Sincerity, Without Fears
      • The Face Reader
      • The Thieves
      • The Girl with the Short Hair
      • Someone's Love Story
    • ►  May (17)
    • ►  April (16)
    • ►  March (17)
    • ►  February (15)
    • ►  January (17)
  • ►  2013 (195)
    • ►  December (16)
    • ►  November (15)
    • ►  October (17)
    • ►  September (15)
    • ►  August (16)
    • ►  July (17)
    • ►  June (18)
    • ►  May (16)
    • ►  April (16)
    • ►  March (16)
    • ►  February (17)
    • ►  January (16)
  • ►  2012 (215)
    • ►  December (18)
    • ►  November (20)
    • ►  October (17)
    • ►  September (18)
    • ►  August (16)
    • ►  July (18)
    • ►  June (18)
    • ►  May (19)
    • ►  April (17)
    • ►  March (20)
    • ►  February (18)
    • ►  January (16)
  • ►  2011 (18)
    • ►  December (13)
    • ►  November (5)

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Copyright © 2016 pieces of me. Designed by OddThemes & Blogger Templates