The Time Traveler
“It a
was a blessing and a curse. It could be a salvation or destruction.”
–Park Sun Woo (Nine: Nine Times Time Travel, 2013)
“So
many people have regrets in their hearts.” –Park Jung Woo (Nine: Nine
Times Time Travel, 2013)
“Hating
your family will only hurt you.” –Oh Chul Min (Nine: Nine Times Time
Travel, 2013)
If I could,
I would turn back the time. That’s what people say. But if we really got the chance to turn back
in time, what would we do? Undo some mistakes? Say what’s left unsaid? Do
what has been undone? Prevent some
damages that have been made? Or
perhaps, prevent the person we love
from death? Even the smallest thing
we change from the past could change our entire future. But who knows that it’s a good thing? There must be some consequences, right? Indeed, there’s no such a
free thing in this world. There’s
always a price to pay. And human
lives by reaping what they sow. Birth,
fate, and death; these three things
are God’s biggest mystery. But what
if we, humans, try to mess with those things? What would happen when a human tries to play
as God? It’s all happening in a drama
series called “Nine: Nine Times Time Travel”, where a man takes a risky chance to travel back in time, changing not only his life, but also everyone surround him.
Park
Sun Woo (Lee Jin Wook) adalah seorang news
anchor yang tampan dan sukses. Namun, di balik segala kesempurnaan yang ia
miliki, ia menyimpan masa lalu yang kelam, yang membuat keluarganya kini
tercerai berai. Pada suatu hari, ia mendapat sebuah kabar yang mengejutkan dan
mengharuskannya pergi ke Nepal. Di sana ia menemui juniornya, reporter Joo Min
Young (Jo Yoon Hee), yang tengah ditugaskan oleh stasiun televisi tempat mereka
bekerja untuk melakukan reportase di Himalaya. Sun Woo menyatakan bahwa ia
ingin mengencani Min Young, bahkan menikah dengan wanita itu, tetapi hanya
untuk waktu enam bulan saja. Min Young yang terbiasa dengan sikap aneh
seniornya itu pun tidak menganggap serius pernyataan Sun Woo, meskipun ia tidak
dapat memungkiri perasaannya bahwa ia telah lama menyukai pria itu. Tanpa Min
Young ketahui, tujuan utama Sun Woo ke Nepal adalah untuk mengidentifikasi
jenazah yang diduga adalah kakak Sun Woo. Ternyata benar, itu adalah jenazah
Park Jung Woo (Jeon No Min).
Park
Sun Woo teringat bahwa terakhir kali ia bertemu dengan almarhum sang kakak
adalah setahun yang lalu. Waktu itu Park Jung Woo meminjam sejumlah uang
kepadanya dan mengatakan hal-hal aneh mengenai kembali ke masa lalu, yang tidak
terlalu ditanggapi oleh Sun Woo. Sejak itu sang kakak menghilang, kemudian
ditemukan meninggal dunia setahun kemudian. Seluruh barang-barang peninggalan
sang kakak yang ditemukan di Nepal kemudian diberikan kepada Sun Woo, termasuk
sebatang dupa yang ditemukan dalam genggaman jenazah sang kakak. Sesuatu yang
aneh terjadi ketika Sun Woo menyalakan dupa itu. Ia mengalami mimpi yang terasa
begitu nyata. Namun pada waktu itu ia tidak terlalu mengambil pusing peristiwa
aneh tersebut. Ia pun kembali ke Korea Selatan. Pada suatu hari, Sun Woo
membuat gempar pemberitaan dengan mengajukan pertanyaan kontroversial ke salah
satu tokoh ternama di dunia kesehatan Korea Selatan, dokter Choi Jin Chul (Jung
Dong Hwan). Rupanya, orang itu memiliki keterkaitan dengan meninggalnya ayah
Sun Woo dua puluh tahun silam, yang berujung pada hancurnya keluarga mereka.
Ada
satu alasan besar mengapa Park Sun Woo nekad untuk mengonfrontasi dokter Choi.
Ia didiagnosa menderita tumor otak stadium lanjut dan dokter memprediksi ia
hanya dapat menjalani hidup normal selama enam bulan ke depan saja. Selebihnya,
hanya waktu yang dapat menjawab. Sahabatnya, dokter Han Young Hoon (Lee Seung
Jun), menyarankan Sun Woo untuk berhenti bekerja dan melakukan perawatan
sepenuhnya di rumah sakit, namun Sun Woo menolak. Ia ingin menghabiskan sisa hidup
normalnya bersama wanita yang ia cintai, Joo Min Young. Sun Woo mati-matian
menyembunyikan penyakitnya itu dari Min Young, meskipun akhirnya wanita itu
mengetahui semuanya dari dokter Han. Walaupun sempat terkejut, Min Young pun memutuskan
untuk melakukan apapun yang Sun Woo inginkan, karena ia mencintai pria itu.
Hingga pada suatu hari, Sun Woo menemukan keajaiban dari dupa yang ditinggalkan
oleh almarhum kakaknya.
Park
Sun Woo menemukan bahwa dupa itu dapat membawanya ke masa dua puluh tahun
silam. Ia pun tahu bahwa sang kakak meninggal dunia dalam misi pencariannya
terhadap sembilan batang dupa lainnya yang konon berada di Himalaya. Mengikuti
jejak sang kakak, Sun Woo mencari benda itu, dan untungnya, ia berhasil
menemukannya dengan selamat. Berbekal sembilan batang dupa ajaib itu, Sun Woo
memulai petualangannya untuk kembali ke masa lalu. Misinya adalah satu,
menuntaskan apa yang sang kakak inginkan, yaitu mencegah kematian ayah mereka,
yang Sun Woo yakini sebagai akar kehancuran keluarga mereka dulu. Satu dua hal
kecil yang Sun Woo tinggalkan ketika ia kembali ke masa lalu sedikit banyak
membawa perubahan di masa depan. Ia bahkan melakukan kontak dengan dirinya dua
puluh tahun lalu, Park Sun Woo remaja (Park Hyunsik), dan sahabatnya, Han Young
Hoon remaja (Lee Yi Kyung).
Perubahan
yang terjadi hanya disadari oleh Park Sun Woo dalam alam sadarnya. Sementara
itu, karena ia menceritakan soal dupa ajaib itu kepada dokter Han, sahabatnya itu
pun menyadari perubahan yang terjadi dalam ingatannya. Sedangkan, orang-orang
lain tidak menyadari perubahan tersebut. Dengan demikian, masa yang telah
berjalan sebelum Sun Woo berkelana ke masa lalu tertinggal hanya sebagai alam
alternatif bagi Sun Woo dan dokter Han. Namun ia menemukan hal lain ketika
melakukan perjalanan ke masa dua puluh tahun silam, bahwa ada hal lain yang
merisaukan kakaknya, Park Jung Woo muda (Seo Woo Jin), pada waktu itu, yaitu
kehilangan wanita yang dicintainya. Sun Woo pun memulai perubahan besar dengan
menyatukan kembali kakaknya dengan wanita itu. Namun tanpa ia sadari,
langkahnya itu justru membawa Sun Woo pada satu hal yang tak pernah ia duga.
Bahwa dengan mewujudkan kebahagiaan sang kakak, kebahagiaannya sendiri justru
terancam, dan nyawa sang ayah juga tetap tak terselamatkan.
“Nine:
Nine Times Time Travel”, yang kerap disebut dengan judul “Nine”, adalah serial
drama yang ditayangkan oleh stasiun televisi kabel tvN. Serial ini terdiri dari
20 episode dan mengudara pada bulan Maret hingga Mei 2013. Lahir dari tim yang
sama yang memproduksi serial drama hits
“Queen In Hyun’s Man”, “Nine” memadukan unsur melodrama, romance, fantasy, dan thriller dengan apik nan cerdas.
Kualitas serial ini terbukti dengan dibelinya lisensi untuk membuat remake serial “Nine” oleh stasiun
televisi Amerika Serikat, ABC. Berpusat pada kehidupan seorang news anchor Park Sun Woo, “Nine” tidak
hanya mengisahkan bahwa hidup adalah soal pilihan, melainkan juga bagaimana
manusia harus menjalani konsekuensi atas pilihan-pilihan yang telah mereka
ambil. Bahwa mendapatkan kesempatan untuk kembali ke masa lalu merupakan
harapan sekaligus kutukan. Bahwa hal itu dapat menjadi berkah sekaligus
musibah.
Dalam
hidup ini berlaku hukum sebab dan akibat. Akan selalu ada konsekuensi atas
segala sesuatu yang kita pilih. Akan selalu ada risiko atas segala sesuatu yang
kita lakukan. Setiap pilihan dan setiap tindakan di masa lalu adalah pembentuk
dan pembawa diri kita sekarang ini. Begitu pula dengan setiap pilihan dan
setiap tindakan pada saat ini akan membentuk dan membawa diri kita di masa
depan kelak. Seperti apa yang terjadi ketika Park Sun Woo mengambil pilihan
untuk kembali ke masa lalu dan melakukan perubahan atasnya, maka masa depan pun
turut berubah, meskipun dalam bentuknya yang paling sederhana, yaitu ingatan.
Salah satu alasan ia kembali masa lalu dan mengubahnya adalah karena
penyesalan; suatu perasaan yang memang manusiawi. Namun manusia hidup dengan
menuai apa yang telah mereka tanam; hukum sebab akibat. Dan ketika rasa
penyesalan itu muncul, alih-alih terlarut di dalamnya, selayaknya kita
melakukan refleksi atas hal-hal yang telah lalu, karena tak ada kata terlambat
bagi masa depan yang lebih baik.
Pada
dasarnya hidup memang soal pilihan. Terkadang manusia terpaku pada ambisi
mereka untuk memilih yang terbaik. Seperti yang dilakukan Park Sun Woo ketika
ia berusaha mengubah masa lalu keluarganya. Namun sesungguhnya, hidup bukan
sekadar persoalan memilih yang terbaik, melainkan memilih yang sesuai dan
sepadan. Mungkin memang seseorang harus jatuh ke titik yang paling dalam untuk
dapat bangkit kembali. Mungkin memang seseorang harus merasakan sakit yang
begitu pahit untuk dapat mensyukuri setiap jengkal kebahagiaan yang ia miliki.
Mungkin memang yang terbaik bagi satu belum tentu terbaik pula bagi yang lain. Mungkin
memang seseorang harus melewati penderitaan terlebih dahulu untuk mendapatkan
akhir yang bahagia. Seperti kata orang, tak ada capaian tanpa pengorbanan,
karena sesungguhnya seseorang akan mengerti arti kebahagiaan yang ketika ia
pernah merasakan kesedihan.
Beberapa
rahasia di dunia ini ditakdirkan untuk selamanya menjadi rahasia. Park Sun Woo
berkata dalam serial ini, “Some secrets
are kept as secrets for a reason.” Ya, memang selalu ada alasan di balik
setiap hal yang menjadi rahasia di muka bumi ini. Namun sesungguhnya, tak ada
rahasia yang abadi. Meskipun rahasia itu telah pergi dibawa mati oleh si
pembawa, namun jejak-jejaknya yang tertinggal selalu dapat terlihat oleh
generasi berikutnya. Ia akan terungkap seuatu saat kelak, entah bagaimana
caranya. Sebuah rahasia dapat memberi pengaruh begitu besar tidak hanya bagi
yang menyimpannya, melainkan juga orang-orang di sekitarnya, seperti apa yang
terjadi pada Park Jung Woo. Rahasia yang disimpan begitu rapat oleh Jung Woo
akhirnya terbongkar oleh adiknya, Sun Woo. Rahasia yang telah memberi perubahan
signifikan terhadap nasib keluarga mereka. Rahasia yang menjadi awal dari
segala problematika, yang meskipun terlalu menyakitkan ketika ia terurai satu
persatu, harus terungkap pada akhirnya.
Ketika
di dunia ini hanya ada satu bentuk kejahatan, yaitu pencurian, lalu pencurian
atas apakah yang paling kejam? Bagi beberapa orang, pencurian yang paling kejam
adalah pencurian atas kenangan. Park Sun Woo berkata dalam serial ini, “Memory? What if it’s a memory? What’s the
big deal about it? It’s only a memory, it’s not the reality.” Mungkin
kalimat itu terasa sederhana, namun sesungguhnya itu adalah ungkapan sarkas
mengenai betapa menakutkannya ketika kenangan yang kita miliki tak lagi menjadi
bagian dari realita itu sendiri. Terkadang, baik disadari maupun tidak,
kenangan adalah hal luar biasa yang sanggup menguatkan manusia; yang sanggup
memberi mereka pijakan ketika dunia mereka serasa goyah dan tak bersahabat;
ketika kenyataan yang ada di hadapan tak lagi serasa nyata. Kenangan adalah
harta, yang tak akan terganti dan sanggup ditukar oleh apapun di dunia ini.
Untuk
serial drama yang ditayangkan oleh stasiun televisi kabel, “Nine” meraih rating yang cukup tinggi dengan menembus
angka 5%. “Nine” juga meraih berbagai penghargaan dalam ajang-ajang populer di
Korea Selatan. Plot yang solid menjadi kekuatan serial ini, bagaimana skenario
disusun dengan sedemikian rapi dan cerdasnya sehingga setiap adegan memiliki
makna bagi satu dan yang lainnya. Alur time
travel yang menjadi latar belakang cerita pun dirangkai dengan apik dan
sangat detail sehingga sama sekali tidak membingungkan dan jauh dari kata
membosankan. Karakterisasi yang kuat serta pemilihan pemeran yang tepat pun
menjadi keunggulan bagi “Nine”. Bukan hal yang mudah untuk menyandingkan dua
lini masa berbeda dalam satu cerita, apalagi menghadirkan dua orang berbeda
untuk memainkan karakter yang sama dalam dua lini masa tersebut. Namun tim
produksi “Nine” sanggup mengeksekusi ide brilian tersebut dengan cemerlang. This series is surely in a different quality
with another series I’ve ever watch. Moreover,
the cinematography is fantastic. This series is brilliant and indeed a must
watch.
“History
of mankind proves that the arrogance of a man, of believing that he is the only
who could change the world, has led many heroes to their doom.” –Joo
Min Young (Nine: Nine Times Time Travel, 2013)
“For
the people who have kept their roles in my life, for those who chose that fate,
for being a true friend to me every time for every life, I’m thankful.”
–Park Sun Woo (Nine: Nine Times Time Travel, 2013)
“When
I learned that I was going to die soon, I realized something. That I had loved
her for those 5 years. I realized that there was not a moment that I didn’t
love her. But it was too late. So I wanted to be with her for the remaining
months to giver her everything I could. If she knew that I was sick, I thought
that I would never see the smile of the girl I love again. That’s why I wanted
to keep it a secret. What importance does that smile have? I’m trying my best
to be cheerful, but I feel like I want to cry multiple times a day. It’s not
just a smile, it’s everything for me.” –Park Sun Woo (Nine: Nine Times
Time Travel, 2013)
Tags:
hyungsik
jeon no min
jo yoon hee
kdrama
lee jin wook
lee seung jun
lee yi kyung
nine
nine times time travel
seo woo jin
ze:a
0 komentar