• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

footer logo

pieces of me

“If you ever leave my side, I will follow you till I die, I will follow you till the end, my love.” –Yoo Jae Ha, You In My Arms [translated lyrics]


Program acara festival musik yang menampilkan hits-hits klasik Korea Selatan yang dinyanyikan kembali oleh jajaran penyanyi masa kini, “Immortal Songs 2: Singing the Legend”, menampilkan hits-hits almarhum Yoo Jae Ha dalam episode 110. Yoo Jae Ha adalah seorang singer songwriter yang meninggal di usia muda, yaitu 25 tahun, karena kecelakaan mobil pada bulan November 1987. Naasnya, ia meninggal hanya kurang dari tiga bulan setelah album perdana dan satu-satunya, “Because I Love You”, dirilis. Dalam program “Immortal Songs 2” yang menampilkan Yoo Jae Ha sebagai legend itu, solois pria Ha Dong Kyun tampil membawakan lagu bertajuk “You In My Arms”, yang termuat sebagai salah satu hits dalam album Yoo Jae Ha.
Diciptakan sendiri oleh almarhum Yoo Jae Ha untuk cinta pertamanya, lirik lagu “You In My Arms” menggambarkan perasaan seseorang yang tengah dimabuk cinta secara puitis nan indah. The thing is, Ha Dong Kyun said in his interview before his performance that he interpreted this song in a sexual way. Well, after understanding the translation of its lyrics, I couldn’t help but thinking the same as him. When we fall in love and this love is on its peak, we couldn’t help but wanting to be always near to that person we love. If we could become anything, we would as long as we could be near to that person. Even if the world came to an end, we would follow that person up until the end. Indeed, love is like a sanctuary, a home, a place to rest, and a place we always long for.

Ha Dong Kyun ketika membawakan lagu "You In My Arms" pada program "Immortal Songs 2" Episode 110

Yoo Jae Ha adalah musisi pop pertama di Korea Selatan yang menggunakan iringan orkestra klasik dalam aransemen musiknya. Meskipun pada waktu itu gaya bermusiknya dinilai aneh, karyanya justru sangat dihargai dan dipuja-puja setelah ia meninggal dunia. Kini, Yoo Jae Ha menjadi musisi pertama di Korea Selatan yang namanya diabadikan sebagai salah satu nama festival musik. Yoo Jae Ha Music Festival yang telah diadakan selama puluhan tahun itu pun telah melahirkan banyak musisi terkenal bertalenta, seperti Yoo Hee Yeol, Cho Kyu Chan, dan lain-lain. Soal pengaruh Yoo Jae Ha sendiri dalam dunia musik Korea Selatan tidak perlu dipertanyakan maupun diragukan lagi. Posisinya sejajar dengan pionir musik pop Korea Selatan, yaitu Cho Yong Pil, Lee Moon Sae, dan Kim Hyun Sik. Bahkan ketiga sosok legendaris tersebut pernah menerima lagu karya Yoo Jae Ha.
Dalam program “Immortal Songs 2” yang mengudara di stasiun televisi KBS pada tanggal 20 Juli 2013 tersebut, Ha Dong Kyun keluar sebagai juara setelah tampil membawakan lagu “You In My Arms”. Episode tersebut kemudian ditayangkan di channel KBS World pada tanggal 10 Agustus 2013. “You In My Arms” is such a romantic song with its poetic lyrics which written for Yoo Jae Ha’s first love. Vokal Ha Dong Kyun yang karismatik melebur indah dalam melodi manis lagu ini. Penampilannya dengan sukses membuai penonton dan menjadikannya pemenang dalam episode “Immortal Songs 2” edisi spesial almarhum Yoo Jae Ha. Indeed, Yoo Jae Ha is really something, and Ha Dong Kyun isn’t just another something. All of his performances are mind-blowing.

“When the shadow hovers and you need a place to rest, come in my arms and close your eyes. Come in my arms, let’s dream about our love.” –Yoo Jae Ha, You In My Arms [translated lyrics]




“Byul haeneun bamimyeon deullyeo oneun geudaeye eumsong
(When the stars fall at night, I could hear your sweet voice)
Hayake busojineun kkotgaru dweo geudae kkot wie angeo sipeora
(I want to become a butterfly and sit on your flower)
Bamhaneul bomyeonso neukkyeoboneun geudaeye sumgyeol
(Under the night sky, I could feel your soft breath)
Dudungsil ttoganeun jjokbereul tago geudae hosuye momeulgo sipeora
(Floating on a canoe, I want to stay on your lake)


Manil geudae nae gyeoteul tteonandamyeon
(If you ever leave my side)
Kkeut kkaji ttareuri jeo kkeut kkaji ttareuri nae sarang
(I will follow you till I die, I will follow you till the end, my love)


Geudae nae pume angyeo nuneul gamayo
(Come in my arms and close your eyes)
Geudae nae pume angyeo sarange kkum na nwoyo
(Come in my arms, let’s dream about our love)

Suljane bichineun oyoppeun geudaeye miseo
(Your beautiful smile reflecting on the glass)
Sareureu dalkomhan waini dweo geudae ipsure datgeo sipeora
(I want to become sweet wine and touch your lips)
Nae chwihan du nunen neomu maneun geudaeye moseup
(In my drunken eyes I see many of you)
Salmyeosi pionaneun ajirangi dweo geudae gyoteseo memdeolgo sipeora
(I want to become your fragrance and dance around you)


Odumi chajadeuro maeum gadeuk gidael geosi piryeohal ttae
(When the shadow hovers and you need a place to rest)”
Wrote by Mashita Fandia
“Even now, I still clearly remember, that last night of October. We separated, after leaving those words that made us sad. I still could see the truth lied on that gloomy look upon your face. Without even a chance to explain, will I have to forget you?” –Lee Yong, Forgotten Season [translated lyrics]


Vokalis utama boy group B1A4, Sandeul, untuk pertama kalinya tampil secara solo dalam program acara “Immortal Songs 2: Singing the Legend” episode 75. Ia membawakan lagu berjudul “Forgotten Season” dalam edisi yang menampilkan solois pria Lee Yong sebagai legend. Pertama kali dirilis pada tahun 1982, “Forgotten Season” adalah lagu yang sangat populer pada masanya, bahkan pada masa-masa setelahnya. Lagu pop folk ini telah banyak dinyanyikan ulang oleh para penyanyi terkenal, seperti boy group DBSK dan vocal group Davichi. This song has made Lee Yong known as ‘the man of autumn’, because of its lyrics, and also, this song released in autumn. Let’s take a journey on the unforgettable “Forgotten Season”.
Released in autumn, the season of fall, “Forgotten Season” tells a story about a sad separation that happen in autumn. It’s a melancholic love song that fits so well with autumn, whether with its lyrics or its melody. “Forgotten Season” mengisahkan tentang sebuah perpisahan yang terjadi pada musim gugur. Meskipun musim-musim berlalu, ingatan tentang perpisahan itu selalu datang kembali seiring dengan musim gugur yang selalu datang menyapa setiap tahun. Musim gugur datang membawa kembali ingatan akan rasa luka akibat perpisahan. Karena perasaan yang terlampau dalam, perpisahan yang terlalu menyakitkan, maupun penyesalan yang masih tertinggal, semua ingatan akan kenangan itu melekat. Karena ucapan dan perkataan menyakitkan yang sempat terucap, maupun perasaan yang belum sempat terungkapkan, semuanya tertinggal dalam sebuah musim yang terlupakan.

B1A4 Sandeul ketika membawakan lagu "Forgotten Season" pada program "Immortal Songs 2" Episode 75

Dalam program acara “Immortal Songs 2” yang ditayangkan oleh stasiun televisi KBS pada tanggal 17 November 2012 ini, Sandeul menampilkan “Forgotten Season” sebagai lagu pop ballad dengan penghayatan yang luar biasa. Episode ini kemudian mengudara pada channel KBS World pada tanggal 8 Desember 2012. Meskipun suara Sandeul sempat ‘pecah’ di tengah lagu, penampilannya meninggalkan kesan yang mendalam. Ia dengan berani melanjutkan penampilannya hingga akhir lagu, seolah insiden suara yang ‘pecah’ tidak pernah terjadi. It’s so amazing that he shows such a great courage at that young age. After all, Sandeul’s “Forgotten Season” won’t be forgotten at all. A beautiful song meets a beautiful voice.

“Every time this season returns, it gives me a dream that you’ll be back. But this unreal dream is sad, it couldn’t come true, makes me cry.” –Lee Yong, Forgotten Season [translated lyrics]




“Jigeumdo giokhago isseoyo shiworui majimak bameul
(Even now, I still clearly remember, that last night of October)
Teut moreul iyagiman namgin chae urineun heojyotjiyo
(We separated, after leaving those words that made us sad)
Gu narui sulsulhaetdon pyeojongi gudaeui jinshirin gayo
(I still could see the truth lied on that gloomy look upon your face)
Han madi byonmyongdo motago ichyojyoya haneun gongayo
(Without even a chance to explain, will I have to forget you?)

Eonjena doraoneun gyejoreun naege kkumeul jujiman
(Every time this season returns, it gives me a dream that you’ll be back)
Ireul su omneun kkumeun seulpeoyo naerul ullyeoyo
(But this unreal dream is sad, it couldn’t come true, makes me cry)”
Wrote by Mashita Fandia
“As you always worry, you say that foolish dreams are poisonous. Just like a book that tells us about the end of the world, there’s the reality that we can’t turn back already.” –Insooni, Goose’s Dream [translated lyrics]


Program acara “Immortal Songs 2: Singing the Legend” menampilkan salah satu solois wanita legendaris Korea Selatan, Insooni, sebagai legend dalam episode 86. Insooni, yang merupakan keturunan Korea-Afro Amerika ini, mendapat julukan sebagai South Korea’s R n’ B diva. Pada episode tersebut, enam penampil mengaransemen ulang dan membawakan lagu-lagu hits milik Insooni. Salah satu dari enam penampil tersebut adalah Jung Dong Ha, vokalis dari grup band Boohwal, yang menampilkan lagu hits Insooni yang bertajuk “Goose’s Dream”, atau yang terkenal juga dengan judul “Swan’s Dream”. Dirilis pertama kali pada tahun 1997 oleh duo Carnival, lagu ini dirilis ulang oleh Insooni satu dekade kemudian, yaitu pada tahun 2007. “Goose’s Dream” versi Insooni menjadi lagu populer pada tahun tersebut dan merajai berbagai tangga lagu di Korea Selatan. Kekuatan lagu ini, selain terletak pada suara Insooni yang luar biasa, juga terdapat dalam lirik lagunya.
Turut ditampilkan dalam beberapa serial drama populer seperti “Beethoven Virus” dan “Dream High”, lirik “Goose’s Dream” mengisahkan tentang impian dan cita-cita, serta kekuatan besar yang terkandung di dalamnya. Kita tentunya akrab dengan kisah si itik buruk rupa? Atau kisah seorang putri yang dikutuk menjadi angsa dan dikurung dalam sebuah danau? Ya, judul lagu ini terinspirasi dari kisah-kisah tersebut. Sejak hadirnya kisah-kisah itu, baik itik maupun angsa telah menjadi simbol bagi orang-orang yang tidak menyerah akan mimpi-mimpinya. Dan itulah semangat yang diutarakan dalam lagu “Goose’s Dream”. Bahwa walaupun kehidupan memang tak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, meskipun kenyataan memang tak selalu seindah yang kita bayangkan, setiap orang di dunia ini pasti memiliki impian dan cita-cita, dan kita harus memegangnya dengan teguh, berjuang untuk mewujudkannya. Kerasnya kehidupan, cercaan dan makian orang-orang, jadikan semua itu sebagai dorongan untuk terus berusaha menjadi lebih baik. Yakinlah bahwa semua akan indah pada waktunya. Dan hal-hal baik selalu menanti bagi mereka yang berusaha.

Jung Dong Ha ketika membawakan lagu "Goose's Dream" pada program "Immortal Songs 2" Episode 86

Lahir dengan nama Kim In Soon, Insooni, lebih dari legendaris, ia juga merupakan sosok yang fenomenal dalam dunia musik Korea Selatan. Penampilan blasterannya membuat Insooni menjalani masa muda yang berat dan penuh diskriminasi dari lingkungan sekitarnya. Tekanan itulah yang kemudian membawanya pada dunia tarik suara. Baginya, menyanyi, lebih dari sekadar mimpi dan cita-cita, adalah sarana pengobatan. That’s why she felt so relating with this “Goose’s Dream” song. Indeed, “Goose’s Dream” is a kind of song that could get through everyone’s heart. Dan penghayatan Jung Dong Ha dalam penampilannya membawakan lagu ini pun luar biasa. Selama 15 tahun sejak masa debutnya sebagai penyanyi, Dong Ha was having rough and tough times. Through this song, he wants to show that something that has made him feels everything is gonna be okay all this time is his dream. He said before his performance, “I hope today will be a time that we can all look over the dreams we hold so dear in our hearts together.”

“Yes I have a dream, I believe in that dream, please watch over me. Standing in front of that cold wall called fate, I can firmly face it. One day I will pass over that wall and be able to fly as high as the sky. This heavy thing called life can’t tie me down. At the end of my life, on the other day that I can smile, let's be together.” –Insooni, Goose’s Dream [translated lyrics]




“Nan nan kkumi isseotjyo beoryeojigo jjitgye nam nuhayaedo
(I have a dream, even if I’m being thrown away or ripped to shreds)
Nae gaseum gipsukhi bomulgwa gachi ganjikhaetdeon kkum
(Deep in my heart, I have a dream as precious as gem)
Hok ttaeron nugungaga tteunmoreul buseum nae deungdwi heullilttaedo
(If by chance, without a reason, somebody ridicules me behind my back)
Nan chamaya haetjyo chameulsu isseotjyo keu nareul wihae
(I should be patient, I would wait just for that day)

Neul geokjeong hadeut marhajyo heotdwen kkumeun dorirado
(As you always worry, you say that foolish dreams are poisonous)
Sesangeun kkeunchi jeonghaejin chaek cheoreom imi dokiril su eomneun hyeon shirirago
(Just like a book that tells us about the end of the world, there’s the reality that we can’t turn back already)

Keuraeyo nan nan kkumi isseoyo geumkkumeul mideoyo nareul jikyeobwayo
(Yes I have a dream, I believe in that dream, please watch over me)
Jeo chagapke so inneun unmyongiran byeogape tangdanghi majichi su isseoyo
(Standing in front of that cold wall called fate, I can firmly face it)
Eonjenga na geu byeo geui neomgoseo jeo haneureul nopi nareulsu isseoyo
(One day I will pass over that wall and be able to fly as high as the sky)
Ge mugeoun sesangdo nareul mukkeulsus eoptjyo
(This heavy thing called life can’t tie me down)
Nae sarme kkeutesseo na useul keunareul hamkke haeyo
(At the end of my life, on the other day that I can smile, let's be together)”
Wrote by Mashita Fandia
“You left as if you were leaving me. You waved far into the distance. You said that someday all of this will last in our memories.” –Boohwal, Never Ending Story [translated lyrics]


Dalam rangka memperingati 15 tahun Boohwal berkarir di dunia musik Korea Selatan, grup band legendaris ini merilis album bertajuk “A New Day” pada tahun 2002, di mana Lee Seung Chul kembali sebagai vokalis khusus untuk album tersebut. Lagu hits dari album ini, “Never Ending Story”, adalah hasil karya kolaborasi Kim Tae Won dan Lee Seung Chul khusus untuk album anniversary tersebut. Lagu ini menjadi lagu terpopuler pada tahun tersebut, melambungkan kembali nama Boohwal dan mengukuhkan posisinya dalam jajaran musisi berpengaruh di dunia musik Korea Selatan. Boohwal –yang dalam Bahasa Inggris berarti ‘resurrection’– menulis dalam jacket album ini, “We get together to show how we resurrect again. We are going to be flying much higher though it’ll be harder and harder to find our days.” Indeed, Boohwal were resurrecting again through “Never Ending Story”.
Judul lagu ini memang dalam Bahasa Inggris, “Never Ending Story”, namun lirik lagunya tidak memuat Bahasa Inggris sama sekali. Tertulis seluruhnya dalam Bahasa Korea, “Never Ending Story”, seperti judulnya, mengisahkan tentang cerita yang tiada akhir, tentang cinta, tentang perasaan yang tak akan pernah mati. Tentang kenangan atas seseorang yang telah lama pergi, namun bayangannya selalu abadi dalam ingatan kita. Tentang cinta yang telah lama menghilang, namun kenangan-kenangan indah tentangnya tak akan lekang dimakan waktu. Tentang ingatan kebahagiaan masa lalu yang datang silih berganti, yang selamanya akan selalu kita rindukan. Terkadang, ketika tetiba rasa rindu itu datang, kita berharap orang yang kita rindukan itu pun akan tetiba muncul di hadapan kita, seperti yang terjadi dalam film-film. And that part of the lyrics has got me so. It hits me hard. Terkadang, ketika tetiba ingatan itu datang, kita kerap menyesali hal-hal yang tidak kita lakukan di masa lalu, seperti berada di sisi orang yang kita cintai ketika mereka membutuhkan, atau pada masa-masa tersulit mereka. And this part of the lyrics has also had me so. It hits me so damn hard. Dan kita tidak dapat berbuat apa-apa selain menyimpan semuanya dalam kotak bernama kenangan.

Suasana ketika 2AM Changmin membawakan lagu "Never Ending Story" pada program "Immortal Songs 2" Episode 3


Shin Young Jae ketika membawakan lagu "Never Ending Story" pada program "Immortal Songs 2" Episode 103

Dalam program acara “Immortal Songs 2: Singing the Legend” episode 3, ketika Boohwal tampil sebagai legend, “Never Ending Story” ditampilkan oleh Changmin, salah satu member dari vocal group 2AM. Penampilan tersebut tidak terlalu menarik perhatian karena aransemen lagu yang terlampau jauh dari aslinya. Changmin menggubah “Never Ending Story”, yang kental dengan nuansa rock ballad, menjadi lagu R n’ B jazz. Namun dalam program “Immortal Songs 2” episode 103, ketika Lee Seung Chul tampil sebagai legend, “Never Ending Story” ditampilkan oleh Shin Young Jae dan berhasil mencuri perhatian. Di tangan salah satu member dari vocal group 4MEN ini, “Never Ending Story” menjadi lagu ballad dengan iringan orkestra yang indah dan menyayat hati. Di antara sekian banyak versi, saya paling menyukai versi original milik Boohwal, dengan Lee Seung Chul sebagai vokalisnya, karena aransemen rock ballad yang memukau. Selain itu, saya juga menyukai versi milik Boohwal dengan Jung Dong Ha sebagai vokalisnya. Once again, Dong Ha’s voice’s charm is hard to resist, indeed.

“I thought you’d appear whenever I miss you, just like what happen in the movies. I couldn’t be there when you needed me the most, but you still remain in my beautiful memories.” –Boohwal, Never Ending Story [translated lyrics]




“Son daeul su eobneun jeogi eodinga oneuldo neon sumswigo itjiman
(Somewhere far out of my reach, you’re still alive and breathing there)
Neowa meomuldeon jakeun uijawien gateun moseubui barami jinane
(On that small chair that we used to share, the wind with your presence blows by)

Neoneun tteonamyeo machi nal tteonagadeutji meolli soneul heundeulmyeo
(You left as if you were leaving me, you waved far into the distance)
Eonjengan chueoke namgyeojyeo galkkeorago
(You said that someday all of this will last in our memories)

Geuriwohamyeon eonjengan mannage doeneun
(I thought you’d appear whenever I miss you)
Eoneu yeonghwawa gateun ildeuri irueojyeo gagireul
(Just like what happen in the movies)
Himgyeowohan nare neoreul jikil su eobseotdeon
(I couldn’t be there when you needed me the most)
Areumdaun sijeolsoke meomun geudaeigie
(You still remain in my beautiful memories)

Geuriwohamyeon eonjengan mannage doeneun
(I thought you’d appear whenever I miss you)
Eoneu yeonghwawa gateun ildeuri irueojyeo gagireul
(Just like what happen in the movies)
Himgyeowohan nare neoreul jikil su eobseotdeon
(I couldn’t be there when you needed me the most)
Areumdaun sijeolsoke meomun geudaeyeo
(But you still remain in my beautiful memories)”
Wrote by Mashita Fandia
“There’s a girl backstage holding back her tears and watching myself filled with sadness. She’s sitting in her small seat. She holds her hands together and she’s listening to my story.” –Boohwal, Reminiscence III [translated lyrics]


Pertama kali dibentuk pada tahun 1985 dan masih aktif bermusik hingga sekarang, grup band Boohwal telah menjadi a legendary rock band di Korea Selatan. Boohwal –yang dalam Bahasa Inggris berarti ‘resurrection’– merupakan legend kedua yang ditampilkan dalam program acara “Immortal Songs 2: Singing the Legend” episode 3 dan 4. Enam orang penyanyi menampilkan kembali lagu-lagu hits Boohwal dalam episode tersebut dengan aransemen yang baru. Salah satu lagu yang ditampilkan adalah sebuah lagu rock ballad berjudul “Reminiscence III”, yang dibawakan oleh Song Jieun, vokalis girl group Secret. Lagu ini dirilis pertama kali pada tahun 1987 sebagai bagian dari album kedua Boohwal, “Remember”.
Ketika “Reminiscence III” pertama kali dirilis, vokalis Boohwal kala itu adalah Lee Seung Chul, yang kemudian keluar dari Boohwal pada tahun 1988 untuk menjalani kemudian menjadi penyanyi solo. Seung Chul yang juga memegang hak cipta atas lagu tersebut, kemudian merilis ulang “Reminiscence III” dengan judul “The Last Concert”. Lagu ini menjadi bagian dari album solo kedua Seung Chul, “Lee Seung Chul Part 2” yang dirilis pada tanggal 10 Desember 1989. Versi ini memiliki melodi yang lebih lembut dengan iringan piano dan orkestra yang mendominasi aransemennya. Lagu indah ini dulunya diciptakan Kim Tae Won, gitaris sekaligus leader Boohwal, untuk seorang gadis yang kini menjadi istrinya. Namun, masyarakat Korea Selatan lebih mengenal lagu ini sebagai “The Last Concert” milik Lee Seung Chul dibandingkan “Reminiscence III” milik Boohwal.
Melihat latar belakang penciptaan lagu ini, tidak heran ketika mencermati liriknya, “Reminiscence III” secara eksplisit bercerita tentang seorang gadis. Meskipun tidak dinyatakan secara gamblang bahwa gadis dalam lagu itu adalah orang yang dicintainya, namun perasaan itu tergambar melalui beberapa pengungkapan. Pertama, tertuang dalam kalimat, “She holds her hand together and listens to my story. She knows me and that makes her feel even sadder.” Ini menandakan bahwa gadis itu mengenal dirinya cukup baik untuk memahami perjalanan dan kisah hidupnya. Kedua, terdapat kalimat, “She runs outside, and the songs ends, but I won’t sing it anymore, that sad song.” Ini menggambarkan bahwa ia tidak akan menyanyikan lagi lagu itu selamanya karena itu hanya akan membuat sedih si gadis. “Reminiscence III” menceritakan ketulusan perasaan, bahwa seseorang sanggup melakukan apa saja demi membahagiakan orang yang ia cintai, bahwa seseorang rela tidak melakukan apa saja yang membuat orang yang ia cintai bersedih. Di sisi lain, lagu ini juga mengandung makna bahwa sekelam apapun kisah yang pernah kita lewati dalam hidup, akan selalu ada seseorang di belakang panggung kehidupan kita yang setia mendengarkan kisah kita, dan turut merasakan suka dan duka bersama kita.

SECRET Song Jieun ketika membawakan lagu "Reminiscence III" pada program "Immortal Songs 2" Episode 4

Young Ji ketika membawakan lagu "The Last Concert" pada program "Immortal Songs 2" Episode 102

“Reminiscence III” di tangan Song Jieun menjadi sebuah lagu ballad dengan iringan orkestra, yang terdengar semakin indah dengan tambahan melodi dari lagu “Never Ending Story” pada bagian akhir lagu. Versi lagu ini yang berjudul “The Last Concert” kemudian ditampilkan kembali dalam program “Immortal Songs 2” episode 102 ketika Lee Seung Chul tampil sebagai legend. Dalam episode tersebut “The Last Concert” dibawakan oleh solois wanita Young Ji dan diaransemen menjadi sebuah lagu gospel ballad. Dalam versi original “Reminiscence III”, Kim Tae Won menyanyikan sebagian besar lagunya, hingga pada bagian akhir lagu yang kemudian dinyanyikan oleh Lee Seung Chul. Semenjak Jung Dong Ha menjadi vokalis Boohwal, Kim Tae Won menyanyikan bagian verse dan bridge, sementara bagian chorus dinyanyikan oleh Dong Ha. Di antara sekian banyak versi, saya paling menyukai versi yang dibawakan oleh Boohwal dengan Jung Dong Ha sebagai vokalisnya. Indeed, Dong Ha’s voice is really something. His voice suits very perfectly with Boohwal’s songs.

“She knows me and that makes her feel even sadder. The song keeps flowing, the girl can’t hold back her tears. She runs outside, and the songs ends, but I, I won’t sing it anymore, that sad song.” –Boohwal, Reminiscence III [translated lyrics]


“Jigeum seulpeun naemoseubeul mudaedwiui hansonyeo
(There’s a girl backstage holding back her tears)
Aesseo nunmul chameumyeo balabogo issne
(And watching myself filled with sadness)
Mudaedwie geusonyeoneun jageun uijae anja
(She’s sitting in her small seat)
Duson gobge moeugo balabomyeo deudne naui aegileul o
(She holds her hands together and listens to my story)

Sonyeoneun nareul algie deodeouk seulpeojine
(She knows me and that makes her feel even sadder)
Noraeneun jeomjeom heuleugo sonyeoneun ureum chamji mothae
(The song keeps flowing, the girl can’t hold back her tears)
Bakkeuro naga beoligo noraen kkeutji natjiman
(She runs outside, and the songs ends, but I)
Ijen buleuji aneuli i seulpeun noraeleul
(I won’t sing it anymore, that sad song)

I noraega geutji namyeon manheun saram hwanho
(After the song ends, people are cheering out loud)
Dwilo anjchae sonyeoege dagaga maleobsi anajuli
(Without any words, I come to the girl who sits in the back and give her a hug)

Lalalala nanananananananananaanana
Nananananananananananananananana”
Wrote by Mashita Fandia
“What should be done? What should I do? I dare, I dare to love her.” –Yim Jae Bum, Confession [translated lyrics]


Solois pria asal Korea Selatan, Kim Tae Woo, tampil sebagai pemenang final dalam episode 89 program acara “Immortal Songs 2: Singing the Legend”. Dalam episode tersebut ia tampil membawakan lagu bertajuk “Confession” milik Yim Jae Bum, salah satu rock legend dalam dunia musik Korea Selatan. Yim Jae Bum adalah legend yang ditampilkan dalam episode yang ditayangkan pada tanggal 23 Februari 2013 pada channel KBS dan pada tanggal 16 Maret 2013 di KBS World tersebut. Dirilis pertama kali pada tanggal 1 Januari 1998, “Confession” adalah title track dari album ketiga Yim Jae Bum yang bertajuk sama. Lagu hits ini merupakan ‘lagu wajib’ bagi para pria di Korea Selatan dan telah dinyanyikan ulang dalam berbagai versi oleh banyak penyanyi. But well, none could beat the original.
“Confession”, diciptakan oleh Yim Jae Bum sendiri, bercerita tentang kepasrahan dan penyerahan diri seseorang atas cinta yang ia miliki untuk orang yang dicintainya. Kepasrahan dan penyerahan diri yang muncul karena ia merasa bahwa dirinya tidak berhak untuk memiliki perasaan cinta terhadap orang itu, bahwa dirinya terlalu ‘rendah’ untuk mencintai. Atas rasa cinta yang ia miliki itu, ia bahkan rela menerima hukuman apapun, asalkan ia dapat mencintai orang itu, hanya orang itu seorang. Atas rasa cinta itu, ia berani menerima segala risikonya. Cinta itu telah mengubah segala ketakutan atas hidupnya selama ini menjadi sebuah keberanian untuk mencintai.

Kim Tae Woo ketika membawakan lagu "Confession" pada program "Immortal Songs 2" Episode 89

Vokal Yim Jae Bum yang unik dan menonjol dalam lagu ini, membuat “Confession” menjadi lagu yang susah ‘ditaklukkan’, meskipun banyak penyanyi yang mengambil langkah berani untuk meng-cover lagu ini. Kim Tae Woo sendiri mengaku bahwa “Confession” adalah lagu Yim Jae Bum yang paling susah untuk dibawakan, dan bahwa ini merupakan tantangan terbesar baginya. Namun Tae Woo pada akhirnya membuktikan bahwa ia sanggup menerjemahkan “Confession” ke dalam gayanya sendiri, dan tampil sebagai pemenang dalam episode spesial Yim Jae Bum program acara “Immortal Songs 2”. “Confession” di tangan Tae Woo menjadi sebuah lagu gospel ballad, sementara versi asli milik Yim Jae Bum adalah rock ballad. Well, so far Kim Tae Woo is the best among those singers that have sung this song before, but I have to admit that the original is the greatest ever.

“Where are you? Can you really hear me? Then do you understand my poor and bleeding love?” –Yim Jae Bum, Confession [translated lyrics]


“Eojji hamnikka eotteoge halkkayo gamhi jega gamhi geunyeoleul saranghamnida
(What should be done? What should I do? I dare, I dare to love her)
Joyonghi najocha najochado moreuge ideuncheok sandaneungeon sarado jukeun geobnida
(To live quietly and pretending to have forgotten, it’s a life that’s just like death)
Sesangui binando michyeoboil moseubdo moduda aljiman geuge duryeobjiman saranghamnida
(The criticism of the world and the portrayal of me as a madman, I know it all, I’m afraid of it but I love you)

Eodie itnayo je yaegi jeongmal deullisinayo
(Where are you? Can you really hear me?)
Geuleom piheullineun gayeobeun je sarangeul algo gyesinayo
(Then do you understand my poor and bleeding love?)
Yongseohae juseyo beolhasindamyeon jeo bateulgeyo
(Please forgive me, if you want to punish, I will gladly accept it)
Heona geunyeomaneun jege geunyeohanaman heolakhaejusoseo
(But, it’s only her, please allow me, just her and her only)”
Wrote by Mashita Fandia
“I want to go out into the world too. I need to proudly show what my dreams are. My wings that have been shrunk back for so long, I want to spread them wide and fly in the sky.” –Yim Jae Bum, The Flight [translated lyrics]


Yim Jae Bum, solois pria asal Korea Selatan yang terkenal sebagai rock vocalist, tampil sebagai legend dalam program acara “Immortal Songs 2: Singing the Legend” episode 89. Episode tersebut mengudara pada stasiun televisi KBS pada tanggal 23 Februari 2013, menyusul kemudian pada tanggal 16 Maret 2013 di channel KBS World. Dalam edisi spesial Yim Jae Bum tersebut, salah satu penampil yaitu Jung Dong Ha, tampil membawakan hits klasik milik Yim Jae Bum yang berjudul “The Flight”, atau yang terkenal juga dengan judul “Flying High”. Lagu rock ballad ini pertama kali dirilis pada tanggal 1 Januari 1997, sebagai lead single dari album kedua Yim Jae Bum, “Desire To Fly”. Dirilis sekitar lima tahun setelah album solo pertamanya, lagu ini mengisahkan keresahan Jae Bum selama hiatus panjang yang ia jalani, serta cara pandangnya terhadap hidup dan impian yang telah ia jalani selama puluhan tahun.
Lirik lagu “The Flight” berisi keresahan sekaligus harapan. Bagian pertama adalah keresahan. Lagu ini dibuka dengan sebait kalimat, “At least once in their lives, everyone experiences the moment when they feel engrossed in their own world.” Ya, terlepas dari seberapa besar, pasti ada bagian dalam kehidupan kita yang kita harapkan tidak pernah terjadi atau tidak pernah kita alami. Pasti ada satu titik masa ketika seorang manusia merasa gamang dengan hidupnya. Satu titik ketika mereka mempertanyakan arti kehadiran mereka di dunia, tujuan mereka hidup, serta alasan di balik semua kejadian yang menimpa mereka. Bagian kedua adalah harapan. Terlepas dari seberapa kecil, pasti ada kekuatan dalam diri kita yang membuat kita sanggup bertahan di tengah kejamnya kehidupan. Di dasar hati yang terdalam, setiap manusia pasti memiliki mimpi mereka masing-masing. Mimpi yang ingin mereka wujudkan. Mimpi yang dalam usaha untuk mewujudkannya sanggup memberi kekuatan bagi mereka untuk selalu bangkit kembali dari segala keterpurukan. “Though I lost many things, I don’t regret if I could go farther because of those things.” Pada akhirnya, hidup adalah perjalanan, dan luka hanyalah pembelajaran. “Loneliness taught me a precious lesson that no one else told me.” Selalu ada harapan di balik segala keresahan. Dan segala yang tidak mematikan kita dalam prosesnya, akan memperkuat dan membuat kita terbang lebih tinggi dari sebelumnya.

Jung Dong Ha ketika membawakan lagu "The Flight" pada program "Immortal Songs 2" Episode 89

Di tangan Jung Dong Ha, “The Flight” tidak mengalami perubahan yang terlalu signifikan dari segi aransemen, apalagi jenis vokal Yim Jae Bum dan Dong Ha memiliki nafas yang tidak jauh berbeda. They’re both rockers to the bones. With the arrangement that stick to the original one, Dong Ha resurrects “The Flight” into life once more in his own style. Meskipun tidak menjadi pemenang final dalam episode tersebut, Dong Ha meraih poin yang cukup tinggi dan menuai banyak pujian, termasuk dari sang legenda sendiri, Yim Jae Bum. Dong Ha mengakui bahwa Jae Bum adalah role model utamanya selain almarhum Kim Hyun Sik, dan ia menyatakan penampilan tersebut sangat berarti baginya, apalagi itu adalah episode terakhirnya sebagai regular atau pengisi acara tetap di program acara “Immortal Songs 2”. Thanks to Dong Ha once more, I acknowledge this great everlasting song.

“Now I can go out into the world. I will proudly show what my dreams are. My wings that have been shrunk back for so long, I will spread them wide in the sky. I will start afresh. I will no longer shirk from anything. My difficult past struggles will give me the strength to bear this world.” –Yim Jae Bum, The Flight [translated lyrics]




“Nuguna hanbeonjjeumeun jagimanui segyelo ppajyeodeulge doeneun sungani itji
(At least once in their lives, everyone experiences the moment when they feel engrossed in their own world)
Geuleojiman naneun jejalilo oji mothaeteo doedola naoneun gil eul moleuni
(
But I couldn’t return to my original place, because I didn’t know the way back)
Neomu maneun saenggakgwa neomu maneun geokjeonge ontong naejasineul gadwodueotji
(With too many thoughts and too many concerns, I locked myself in)
Ijen ileon nae moseub najocha bulanhae boyeo eodibuteo sijakhalji mollaseo
(
I look uneasy to myself now, because I don’t know from where to start)

Nado sesange nagago sipeo dangdanghi nae kkumdeuleul boyeojwoya hae
(
I want to go out into the world too, I need to proudly show what my dreams are)
Geutorok olaetdongan umchulyeotdeon nalgae haneullodeo neobge pyeolchyeo boimyeo nalgo sipeo
(My wings that have been shrunk back for so long, I want to spread them wide and fly in the sky)

Gamdanghal su eobeoseo beolyeodun geu modeun geon naleul gidaliji ango tteonatji
(All the things that were abandoned because I couldn’t handle, they left without waiting for me)
Geuleoge maneun geol ileotjiman huhoeneun eobseo geulaeseo deo meolli galsu itdamyeon
(Though I lost many things, I don’t regret if I could go farther because of those things)
Sangcheobatneun geotbodan honjaleul taekhangeoji godoki kkok nappeun geoteun aniya
(Rather than be hurt, I chose to be alone, solitude is not necessarily bad)
Oeroumeun naege nugudo malhaji aneul sojunghan geot kkaedatge haeteunikka
(
Loneliness taught me a precious lesson that no one else told me)

Ijen sesange nagal su itseo dangdanghi nae kkumdeuleul boyeojulgeoya
(Now I can go out into the world, I will proudly show what my dreams are)
Geutorok oraetdongan umchulyeotdeon nalgae haneullo deo neobge pyeolchyeo boimyeo
(
My wings that have been shrunk back for so long, I will spread them wide in the sky)
Dasi saerobge sijakhalgeoya deoisang amu geotdo pihaji ana
(I will start afresh; I will no longer shirk from anything)
I sesang gyeondyeonael geu himi doejulgeoya himgyeowotdeon banghwangeun
(My difficult past struggles will give me the strength to bear this world)”
Wrote by Mashita Fandia

“When the rain falls and the music flows, I think of you. The night that you left, it was raining like today.” –Kim Hyun Sik, Like Rain, Like Music [translated lyrics]


Rekor poin tertinggi yang diperoleh penampil dalam program acara “Immortal Songs 2: Singing the Legend” hingga bulan Juli 2013 adalah 438 poin. Dua orang solois pria adalah pemegang rekor tersebut, they are tied for the highest score record. Yang pertama, the original record breaker, adalah Jung Dong Ha pada episode 73. Lima bulan kemudian, JK Kim Dong Wook menyamai rekor tersebut pada episode 97. Namun dalam episode 115, rekor tersebut kembali dipecahkan oleh Dong Ha dengan 439 poin. Indeed, he’s the original record breaker. Pada episode tersebut, Dong Ha membawakan lagu “Like Rain, Like Music” milik almarhum Kim Hyun Sik, solois pria yang melegenda dalam dunia musik Korea Selatan. Episode tersebut adalah episode spesial “The Legend 7”, di mana tujuh penampil mengaransemen ulang dan membawakan lagu hits dari para legend yang mereka pilih sendiri. Yang istimewa dari episode ini adalah kenyataan bahwa ketujuh legend tersebut telah berpulang, sehingga seluruh penampilan dalam episode tersebut seolah menghidupkan kembali kenangan atas para legenda.
Episode spesial “The Legend 7” ini mengudara di stasiun televisi KBS pada tanggal 24 Agustus 2013. Episode ini kemudian ditayangkan di channel KBS World pada tanggal 14 September 2013. Jung Dong Ha memilih Kim Hyun Sik sebagai legendanya. Lebih dari itu, Kim Hyun Sik adalah inspirasi pertamanya mengapa ia memilih musik sebagai jalan hidupnya. Ia bahkan menyatakan dengan tegas bahwa Kim Hyun Sik selamanya adalah role model baginya. Maka ketika ada orang yang bertanya mengenai lagu favoritnya sepanjang masa, ia tak akan ragu untuk menjawab bahwa lagu itu adalah “Like Rain, Like Music”. Dirilis pada tahun 1986 dan menjadi bagian dari album ketiga almarhum Kim Hyun Sik, album tersebut masuk dalam daftar South Korea’s All Time 100 Greatest Albums sebagai peringkat ke-13.

Jung Dong Ha ketika membawakan lagu "Like Rain, Like Music" pada program "Immortal Songs 2" Episode 115

Lirik lagu “Like Rain, Like Music” memang sederhana, namun tersirat makna yang dalam di situ. Lagu ini adalah lagu tentang kenangan, tentang memori atas orang yang kita cintai begitu dalam, orang yang telah pergi meninggalkan kita, yang pergi ketika hujan turun. Atas semua itu, kenangan selalu datang kembali setiap kali hujan turun. Dalam hujan itu, terdengar alunan musik, musik yang menghidupkan kembali kenangan atas waktu-waktu yang lalu, waktu-waktu yang kita habiskan bersama dengan orang itu, orang yang selalu kita harapkan untuk tinggal di sisi kita selamanya. Musik yang mengalun sendu membawa ingatan akan cinta dan hari-hari indah yang pernah dijalani, sementara rintik hujan yang turun membawa luka atas cinta yang telah berlalu itu. Indeed, rain has its own magical power. An endless charm that could brings up memories within. A painful yet beautiful sense of lingering feeling that could make people reminiscing the past.
Just like the rain and the music within, this rock ballad song somehow has a magical force that could draw people in it. Ketika Jung Dong Ha tampil membawakan lagu ini dalam episode 115 program “Immortal Songs 2” sebagai penampilan pamungkas, para penonton terlihat larut di dalamnya. Penghayatan Dong Ha memang luar biasa, ditambah dengan footage almarhum Kim Hyun Sik yang ditampilkan pada background layar panggung, semakin memberi kesan yang magis pada penampilannya. Bahkan ketika penampilan tersebut berakhir, para penonton memberikan standing applause bagi Dong Ha, dan ia berhasil meraih 439 poin atas penampilan luar biasa tersebut, membuatnya kembali memecahkan rekor poin tertinggi dalam program “Immortal Songs 2”, hingga saat ini. “Like Rain, Like Music” is indeed a great performance from the man of record, Jung Dong Ha, and he deserves it. It’s such a heart-wrenching yet self-healing performance.

“Again, I stand in the rain today and let the day passes by. Our love story like music with a beautiful melody comes with pain just like the rain.” –Kim Hyun Sik, Like Rain, Like Music [translated lyrics]




“Biga naerigo eumagi heureumyeon nan dangsineul saenggaghaeyo
(When the rain falls and the music flows, I think of you)
Dangsini tteonasideon geu bame ireohge biga wasseoyo
(The night that you left, it was raining like today)

Nan oneuldo i bireul majeumyeo harureul geunyang bonaeyo
(Again, I stand in the rain today and let the day passes by)
O areumdaun eumaggateun uriui sarangui iyagideureun
(Our love story like music with a beautiful melody)
Heureuneun bicheoreom neomu apeugi ttaemunijyo o
(Comes with pain just like the rain)

Nae sarang geudae nae gyotae isseojyo i sesang hanappuni ojig geudae mani
(Dear my love, please stay by my side, you’re my one and only love in this world)
Himkyeoun nare nomajo ddeonamyeon biteulgaril naega angil guteun eodiye
(If you leave me on a day like this, I don’t have a shoulder to cry on)

Geureohge apeun biga wasseoyo
(And thus the sad rain falls)”
Wrote by Mashita Fandia
Newer Posts Older Posts Home

About Me

About Me
32 | music | movies | cultural studies

Featured post

Out of the Woods

Let’s analogizing a (romance) relationship as a tropical forest, with all of its maze of trees, wild animals, and dangerous gorges; t...


TSOGM - a fiction

TSOGM - a fiction
Click on the picture to read the stories. Enjoy! ;)
Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 (1)
    • ►  March (1)
  • ►  2020 (8)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2018 (199)
    • ►  November (21)
    • ►  October (18)
    • ►  September (19)
    • ►  August (18)
    • ►  July (17)
    • ►  June (17)
    • ►  May (20)
    • ►  April (17)
    • ►  March (19)
    • ►  February (15)
    • ►  January (18)
  • ►  2017 (223)
    • ►  December (18)
    • ►  November (23)
    • ►  October (18)
    • ►  September (18)
    • ►  August (23)
    • ►  July (17)
    • ►  June (17)
    • ►  May (17)
    • ►  April (23)
    • ►  March (17)
    • ►  February (15)
    • ►  January (17)
  • ►  2016 (38)
    • ►  December (16)
    • ►  November (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
  • ►  2015 (189)
    • ►  November (14)
    • ►  October (20)
    • ►  September (17)
    • ►  August (17)
    • ►  July (18)
    • ►  June (18)
    • ►  May (17)
    • ►  April (17)
    • ►  March (19)
    • ►  February (16)
    • ►  January (16)
  • ►  2014 (199)
    • ►  December (16)
    • ►  November (18)
    • ►  October (18)
    • ►  September (16)
    • ►  August (16)
    • ►  July (17)
    • ►  June (16)
    • ►  May (17)
    • ►  April (16)
    • ►  March (17)
    • ►  February (15)
    • ►  January (17)
  • ▼  2013 (195)
    • ►  December (16)
    • ►  November (15)
    • ►  October (17)
    • ▼  September (15)
      • In My Arms
      • Forgotten Season
      • I Have A Dream
      • Never Ending Story
      • Reminiscence
      • Confession
      • The Flight
      • Rain and the Music Within
      • A Million Roses
      • After Love
      • Please
      • Run to You
      • Sorrow
      • The West Sky
      • Through the Fate
    • ►  August (16)
    • ►  July (17)
    • ►  June (18)
    • ►  May (16)
    • ►  April (16)
    • ►  March (16)
    • ►  February (17)
    • ►  January (16)
  • ►  2012 (215)
    • ►  December (18)
    • ►  November (20)
    • ►  October (17)
    • ►  September (18)
    • ►  August (16)
    • ►  July (18)
    • ►  June (18)
    • ►  May (19)
    • ►  April (17)
    • ►  March (20)
    • ►  February (18)
    • ►  January (16)
  • ►  2011 (18)
    • ►  December (13)
    • ►  November (5)

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Copyright © 2016 pieces of me. Designed by OddThemes & Blogger Templates