Suckseed
“So, there are only two kinds of
song. Rock song and love song, right?” –Ped (Suckseed, 2011)
Ped: “Why do you listen to the music?”
Earn: “Well, I don’t know. There’s
something like have a friend with us.” (Suckseed, 2011)
“It’s what I say. Music is not for
competition. It’s for courting a girl, man!” –Khung (Suckseed, 2011)
“You don’t know, man. The one is
in game will never see the vision. You stalk him, watch the way he courts, and
write it down.” –Khung (Suckseed, 2011)
“If you like her, then go tell
her. How could she know if you don’t tell, right?” –Earn (Suckseed,
2011)
Judul : Suckseed
Genre : komedi romantis
Sutradara : Chayanop Boonprakob
Rilis : 17 Maret 2011
Durasi : 125 menit
Distributor : GMM Thai Hub
Pemain : Jirayu Laongmanee, Pachara Chirathivat, Nattasha
Nauljam
People say that when the chemistry is already there, then it’s all about timing. But the thing is, sometimes timing acts like a bitch. Love is not all about timing, because
it doesn’t give a shit whether it’s the right time or not, but relationship is. And when the timing isn’t right, all that left is an unrequited love.
Waktu adalah variabel yang kejam dalam cinta. Betapa dalamnya seseorang
memendam rasa cinta untuk orang lain, ketika waktu tidak berpihak padanya, maka
cinta itu takkan terwujud. Dan terkadang naasnya, ketika waktu telah berpihak
pada cinta, ada beberapa hal lain yang harus dikorbankan sebagai gantinya,
termasuk persahabatan. People say that
lovers come and go, but bestfriends
stay forever. But when they have to
choose only one between love and friend, what would they choose? Bagi manusia, cinta dan persahabatan adalah
perjalanan, dan perjalanan adalah pelajaran. Pelajaran yang memperkaya masa
muda mereka, yang membentuk jati diri mereka, yang mendewasakan mereka. Sebuah
film Thailand
berjudul “Suckseed” mengisahkan tentang perjalanan anak manusia, dalam mengenal
arti cinta dan persahabatan.
Kisah berawal ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar. Ped adalah bocah laki-laki lugu dan pemalu yang diam-diam menyukai Earn, bocah perempuan yang ceria, enerjik, dan sangat menyukai musik. Tidak seperti bocah-bocah kebanyakan yang mudah mengutarakan perasaannya, Ped tidak memberitahu kenyataan bahwa ia naksir Earn kepada siapapun, termasuk sahabatnya sendiri, Khung. Hingga pada suatu hari, sebuah kesalahpahaman terjadi. Teman-teman sekelas mereka mengira bahwa Khung lah yang naksir pada Earn sehingga mereka berdua menjadi bahan ledekan. Namun Ped tidak mengatakan apa-apa untuk meluruskan rumor tersebut. Naasnya, kesalahpahaman itu terjadi tepat sebelum Earn pindah sekolah ke
Pada suatu hari ketika mereka
telah duduk di bangku SMA, Ped (Jirayu Laongmanee) mendapati Earn (Nattasha
Nauljam) kembali ke kota
tersebut dan bersekolah di tempat yang sama dengannya. Earn telah tumbuh
menjadi gadis remaja yang cantik dan ceria, sementara Ped tumbuh menjadi lelaki
yang tetap lugu dan pemalu. Sahabat Ped sejak kecil, Khung (Pachara Chirathivat)
telah tumbuh menjadi lelaki yang cuek dan enerjik. Kecantikan Earn membuat
Khung tertarik pada gadis itu. Secara terang-terangan ia mengatakan pada Ped bahwa
ia menyukai Earn. Meskipun terkejut dan tak rela cinta pertamanya diambil
begitu saja oleh sahabatnya sendiri, Ped tidak mengatakan apa-apa soal perasaannya.
Khung yang impulsif kemudian memutuskan untuk membentuk sebuah band guna
menyaingi band sekolah milik saudara kembarnya. Ia pun merekrut anggota bandnya
satu persatu. Khung sendiri sebagai vokalis sekaligus gitaris, Ped sebagai bassist, Ex (Thawat Pornrattanaprasert)
sebagai drummer, dan terakhir Earn
sebagai gitaris. Keterlibatan dirinya dan Earn dalam satu band yang sama
membuat perasaan Ped semakin dalam untuk gadis itu.
Para filmmaker
First of all, you gotta be
true to yourself. Karena jujur terhadap diri sendiri adalah langkah awal
untuk dapat mengatakan kejujuran pada orang lain. Setidaknya apabila kita belum
sanggup menjadi jujur pada orang lain, jujurlah pada diri kita sendiri sebagai
tahap awal untuk menuju ke sana .
Menyorot kehidupan seorang remaja dari sosok Ped, ia menemukan dirinya
kesusahan untuk memahami perasaannya sendiri. Ia jelas-jelas merasakan cinta
untuk Earn, hanya saja ia enggan untuk mengakuinya, baik pada dirinya sendiri
maupun orang-orang di sekitarnya, termasuk sahabatnya sedari kecil, Khung.
Dalam satu adegan, Khung berkata tentang Ped, “Spending a long time with him,
I never saw him courting anyone.” Maka ketika Khung kemudian mendapati
bahwa Ped ternyata telah menyukai Earn sejak lama, ia merasa terkhianati. Bukan
karena Ped memutuskan untuk berpacaran dengan gadis yang telah menolak cinta
Khung, melainkan karena Ped tidak pernah mengatakan kejujuran tentang
perasaannya untuk Earn kepada Khung. Padahal jauh sebelum Khung mendekati Earn,
lelaki itu telah menanyakan berkali-kali pada Ped apakah ia juga menyukai Earn,
namun waktu itu Ped tetap berbohong dan mengatakan bahwa ia tidak memiliki
perasaan apa-apa untuk gadis itu.
The second is that being too impulsive is not too good, because sometimes you gotta listen to your
surrounding. Meneropong kehidupan remaja dari sosok Khung, ia adalah bocah
ambisius nan impulsif yang melakukan apa saja atas kehendaknya sendiri. Seorang
tipe leader, bukan follower. Sayangnya, sifat ini tidak didukung
dengan sikap yang demokratis. Ia sangat jarang, bahkan cenderung tidak pernah,
mendengarkan pendapat orang-orang di sekitarnya. Ini membentuk Khung menjadi
pribadi yang egosentris. Don’t blame him,
because he lives every single day with
people who always comparing him to his ‘perfect’ twin brother, Kay.
The third is that sometimes boys do have thinking like girls. Perempuan memiliki pemikiran bahwa hanya ada dua kemungkinan tentang laki-laki yang tampan, yaitu antara ia adalah seorang bajingan atau homoseksual. Ternyata, laki-laki memiliki pemikiran serupa tentang perempuan.
The fourth is that this movie depicts the real high school life. Naksir
dengan teman sekelas, naksir dengan teman satu sekolah, membentuk sebuah band
karena sama-sama menyukai musik, adalah tiga di antara sekian banyak hal yang
pasti ditemukan dalam kehidupan remaja. Membaca komik di kelas, bermain kartu,
dan mencoba segala hal baru yang menarik perhatian mereka, itulah remaja. Siapa
yang tidak pernah melewati fase seperti ini? Setiap orang pasti memiliki cerita
nakalnya semasa sekolah, dan film ini menghadirkan kembali masa-masa penuh
gairah itu.
The last but not least, this
movie shows the transformation of music technology. Sebagai background cerita, musik memegang
peranan penting dalam film ini. Kita dapat melihat transformasi yang terjadi
dalam teknologi alat pemutar musik di sini. Penggunaan walkman adalah tren ketika mereka masih duduk di bangku SD, yang
kemudian digantikan dengan penggunan CD
player ketika mereka duduk di bangku SMA. Finalnya, ketika mereka telah
tumbuh dewasa menjadi seorang mahasiswa, CD
player telah digantikan oleh MP3
player dan iPod. Selain
transformasi teknologi alat pemutar musik, kehadiran para musisi papan atas Thailand
sebagai cameo dalam film ini juga
menjadi daya tarik yang membuat musik terasa menjadi lebih hidup.
Pada akhirnya, “Suckseed” adalah film tentang pencarian remaja atas jati diri mereka. Tentang bagaimana mereka mengenal persahabatan dan cinta. Tentang bagaimana mereka menyelami perjalanan dan memahami kehidupan. Dibingkai dalam kisah komikal yang sangat menghibur, “Suckseed” merupakan tontonan yang dapat dinikmati untuk membangkitkan semangat. Meskipun merupakan aktor dan aktris muda, akting para pemerannya terlihat sangat natural. This movie brings the excitement of youth life. And indeed, “Suckseed” is highly recommended!
“Well, from now on, we’re all
reborn again. Leave all disturbances behind, and soon, our band will be on
stage in there.” –Khung (Suckseed, 2011)
“Never mind, we’ll walk forward.
There is a hope waiting. Maybe born to be a loser, but not born to be weak. Just
a little bit more. Have to go a little bit more. Even if it still sucks, life
is suck, then we will suck together. This life needs to try a bit. It’s maybe
good for a bit more. Even if we suck, life is so suck, we will suck together.”
(Suckseed, 2011)
0 komentar