Getting Married
“There’s a story behind every
marriage. A 28 years old woman and a 28 years old man that look normal to
others met three years ago through introduction by mutual friends. It’s time
now for decisions to be made. All the calculations regarding this man are over.
Timing is the only thing left now. The man that’s in front me the moment I
decide I want marriage. Can we get married?” –Hye Yoon (Can We Get Married?, 2012-2013)
“Making love to you is different
than loving you. That’s just physical desire.” –Ki Joong (Can We Get Married?, 2012-2013)
“Words spoken rashly are usually
how you honestly feel.” –Jung Hoon (Can We Get Married?, 2012-2013)
Dalam budaya dan tradisi
masyarakat Timur, pernikahan tidak hanya sekadar lembaga yang melegalkan
hubungan seorang pria dan wanita secara hukum dan agama. Lebih dari itu,
pernikahan adalah sebuah ikatan yang menyatukan tidak hanya dua anak manusia,
melainkan juga dua keluarga besar. Marriage
is between those two people, but the
wedding is between their two families. Ketika sepasang pria dan wanita
memutuskan untuk menikah, maka mereka harus siap dengan segala konsekuensinya
bukan hanya atas mereka berdua saja, melainkan juga seluruh anggota keluarga
mereka. “Can We Get Married?” adalah sebuah serial drama Korea Selatan yang
menggambarkan seluk beluk dan dinamika menjelang pernikahan yang terjadi antara
sepasang pria dan wanita, beserta orang-orang di sekitar mereka.
Sang wanita adalah Hye Yoon (Jung
So Min), seorang guru yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ia
dibesarkan oleh seorang ibu, Deul Ja (Lee Mi Suk), yang merupakan single parent karena sang ayah telah
meninggal dunia sejak ia kecil. Kakak perempuannya, Hye Jin (Jeong Ae Yeon)
menikah dengan seorang dokter, Do Hyun (Kim Sung Min) dan memiliki seorang
putra. Di rumahnya, Hye Yoon tinggal bersama sang ibu dan bibinya, Deul Rae
(Choi Hwa Jung), yang belum juga menikah di usianya yang telah menginjak kepala
lima . Sang pria
adalah Jung Hoon (Sung Joon), seorang pegawai biasa di perusahaan mainan anak
yang berasal dari keluarga kaya raya. Ibunya, Eun Gyung (Sunwoo Eun Sook),
meskipun merupakan seorang ibu rumah tangga, ia juga berasal dari keluarga
kaya. Sementara sang ayah, Dong Gun (Kang Seok Woo), adalah seorang dokter.
Jung Hoon merupakan anak satu-satunya dan ia memiliki seorang sepupu bernama Ki
Joong (Kim Young Kwang). Sepupunya ini telah lima tahun berpacaran dengan Dong Bi (Han
Groo), yang adalah sahabat Jung Hoon dan Hye Yoon.
Hye Yoon dan Jung Hoon menjalani
masa perkenalan dan pendekatan mereka layaknya sepasang wanita dan pria pada
umumnya. Di usia mereka yang sudah menginjak 28 tahun, tidak perlu waktu lama
bagi mereka untuk saling berkomitmen untuk bersama, apalagi dengan mengetahui
bahwa mereka saling memiliki ketertarikan satu sama lain, yang semakin
bertambah dalam seiring mereka saling mengenal. Bahkan Hye Yoon dan Jung Hoon
pun menjalani masa pacaran mereka layaknya sepasang kekasih pada umumnya.
Hingga pada suatu hari, Jung Hoon melamar Hye Yoon. Pada titik ini hubungan
mereka masih berjalan seperti pada umumnya. Jung Hoon melamar Hye Yoon dengan
cara seromantis mungkin sejauh yang ia bisa, dan Hye Yoon menerima lamaran Jung
Hoon tanpa banyak basa-basi. Masalah mulai bermunculan ketika mereka tiba pada
tahap persiapan pernikahan, yang mana harus mempertemukan dan melibatkan kedua
belah pihak dari keluarga mereka.
Perbedaan latar belakang status
sosial keluarga membenturkan keluarga Hye Yoon dan Jung Hoon. Ibu Hye Yoon dan
Ibu Jung Hoon kerap terlibat ketidaksepahaman, bahkan tentang hal yang
sebenarnya sepele seperti tempat mereka akan menyelenggarakan pernikahan pun
dapat berujung menjadi perkara besar. Kesalahpahaman di antara sudut pandang
dan cara berpikir kedua keluarga mereka pun menggoyang hubungan Hye Yoon dan
Jung Hoon. Bahkan beberapa kali mereka sampai pada titik di mana mereka mulai
mempertanyakan apakah mereka benar-benar dapat menikah pada akhirnya. Meskipun
pada awalnya Hye Yoon dan Jung Hoon hanya mengharapkan sebuah pernikahan yang
sederhana di antara mereka berdua dan kerabat dekat saja, pada akhirnya
keterlibatan Ibu Hye Yoon dan Ibu Jung Hoon tidak dapat dielakkan dan
menempatkan mereka pada posisi yang serba tidak mengenakkan. Ditambah lagi,
mantan pacar Hye Yoon kembali datang mengusik hubungannya dengan Jung Hoon.
Masalah lain juga timbul dari
orang-orang di sekitar mereka. Somehow,
Hye Yoon dan Jung Hoon berada dalam lingkaran orang-orang yang saling mengenal.
Sayangnya, tidak selamanya hal itu berimbas baik pada hubungan mereka. Ki Joong
dan Dong Bi mengakhiri hubungan mereka setelah lima tahun bersama, dengan alasan perbedaan
keyakinan. Yang satu yakin untuk menikah, sementara yang lain tidak. Namun yang
menyakitkan bagi Dong Bi adalah ketika Ki Joong mengakhiri hubungan mereka
karena tidak ingin menikah dengannya, pria itu justru kemudian mempersiapkan
pernikahan dengan gadis lain dalam waktu yang berdekatan dengan pernikahan Hye
Yoon dan Jung Hoon. Sementara itu, Hye Jin dan Do Hyun justru tengah
mempersiapkan perceraian karena Hye Jin mendapati suaminya itu berselingkuh
untuk kesekian kalinya, dan kali ini si wanita simpanan itu berani
mengancamnya. Di sisi lain, Deul Rae menemukan dirinya terlibat percintaan
dengan sahabat keponakan iparnya, Min Ho (Kim Jin Soo). Di tengah segala
prahara yang terjadi, baik dari luar maupun dari dalam hubungan mereka,
sanggupkah Hye Yoon dan Jung Hoon menikah pada akhirnya?
“Can We Get Married?” adalah serial drama yang terdiri dari 20 episode. Serial ini mengudara pada stasiun televisi kabel di Korea Selatan, jTBC, pada bulan Oktober 2012 hingga Januari 2013. Serial ini memotret pernikahan dari berbagai sisi, dengan fokus utama terhadap sepasang pria dan wanita yang sedang merencanakan upacara pernikahan mereka. “Can We Get Married?” menyuguhkan gambaran realita kehidupan masyarakat urban pada masa kini, pandangan mereka tentang hidup, cinta, dan pernikahan, serta berbagai hal di antaranya. Kisah ini memberi ketegasan pada pandangan bahwa pernikahan bukanlah akhir indah dari segalanya, seperti yang selalu dilukiskan dalam dongeng-dongeng, melainkan justru merupakan sebuah awal dari babak hidup manusia, yang penuh dengan lika-liku dan tantangan.
Banyak yang mengatakan bahwa
cobaan terberat bagi sepasang kekasih justru datang ketika mereka tengah
mempersiapkan pernikahan, bahkan banyak pasangan yang kandas hubungannya ketika
dalam proses ini. Love is not about
calculation, but marriage is. Cinta
memang bukan semata hitung-hitungan angka, karena ketika cinta dikalkulasi,
maka hilanglah sudah nilai ketulusan yang selama ini diagung-agungkannya. Cinta
adalah satu hal, namun pernikahan adalah satu hal lain. Cinta bisa jadi lebih
dari cukup sebagai alasan bagi dua orang untuk bersama. Namun untuk menikah,
banyak variabel lain yang harus diperhitungkan. Sementara variabel-variabel itu
diperhitungkan, cinta adalah variabel perekat di antaranya. Marriage is not that simple. Melalui
kisah-kisah yang dihadirkan dalam serial drama ini kita dapat melihat hubungan
pernikahan dari berbagai sisi. Ada
yang berhasil, ada pula yang gagal, itulah hidup.
Tidak ada sesuatu yang tidak
dapat diperjuangkan di dunia ini. Setidaknya itulah yang manusia percayai untuk
mereka dapat bertahan hidup. Bahkan hubungan yang terkesan paling mustahil
sekali pun pasti memiliki jalannya apabila manusia mau berusaha. Love is not about negotiation, but marriage is. Kita memang tidak dapat
memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta, namun ketika jalan hidup kemudian
membawa kita ke level yang selanjutnya, yaitu pernikahan, maka manusia harus
melakukan pilihan. Tidak ada dua orang yang sama persis, baik dari segi sifat
maupun segalanya. Bagi dua orang untuk memutuskan berkomitmen dalam sebuah
lembaga pernikahan, diperlukan adanya negosiasi untuk menyamakan visi dan misi,
karena hidup bersama berbeda dengan menjalin hubungan atau sekadar berpacaran.
Cinta adalah pembuka jalan, sementara negosiasi adalah penyelamatnya. Dalam kisah
serial drama ini kita diperlihatkan akan realitas bahwa negosiasi adalah satu
elemen penting dalam pernikahan. Ada
yang gagal, ada pula yang berhasil, itulah hidup.
Sebagai sebuah serial drama, “Can We Get Married?” disajikan secara dinamis, dengan alur yang cepat dan tidak membosankan. Masalah datang dan pergi dengan begitu cepatnya, membuat serial ini terasa begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ketika menonton drama ini, untuk pertama kalinya saya merasa seperti menonton sebuah ‘sinetron’ ala Korea Selatan. Tentu saja ‘sinetron’ ini masih jauh lebih berkualitas ketimbang sinetron
“I don’t want you to see me at my
lowest.” –Hye Yoon (Can We Get Married?, 2012-2013)
“People should have a problem.
That makes them human.” –Min Ho (Can We Get Married?, 2012-2013)
“I think love is forever. It’s
people who change, not love.” –Jung Hoon (Can We Get Married?, 2012-2013)
0 komentar