Hello Stranger
“They say the most difficult thing
to guess is a woman’s heart. If my answer isn’t the one in your mind, I’ll be
in trouble.” –the boy (Hello Stranger, 2010)
“Why do girls like to say, ‘I am
alright’, ‘It does not matter’, when clearly there is something wrong?”
–the boy (Hello Stranger, 2010)
“What would we meet for? We’re
just two heart broken people with a chance encounter in a foreign country,
alone and lonely. Perhaps there’s feeling between us, it’s just a temporary
illusion. How do you know if it’s true? Didn’t you say that love stories don’t
exist?” –the girl (Hello Stranger, 2010)
Genre : komedi romantis
Sutradara : Banjong Pisanthanakun
Rilis : 19 Agustus 2010
Durasi : 122 menit
Distributor : GMM Thai Hub
Pemain : Ter Chantavit Dhanasevi, Nuengthida Sophon
Dalam waktu yang singkat, apapun
dapat terjadi. Bahkan dalam waktu yang singkat, sebuah kebersamaan yang
sederhana dapat bertumbuh menjadi cinta yang dalam. Terutama ketika dua orang
yang tidak saling mengenal dengan latar belakang yang sama bertemu di sebuah
limgkungan yang baru dan asing bagi mereka. Si pria (Ter Chantavit Dhanasevi),
baru saja putus dengan kekasih yang telah dipacarinya selama 8 tahun. Ia
mengikuti sebuah rombongan tur wisata ke Korea Selatan dengan suasana hati yang
kacau. Si wanita (Nuengthida Sophon), melakukan perjalanan backpacker seorang diri ke Korea Selatan untuk mengunjungi temannya
yang akan menikah di sana .
Namun ia sengaja tidak memberitahu pacarnya yang over-possessive bahwa ia pergi seorang diri. And soon, their fate
entangled.
Penerbangan yang sama membawa si pria dan si wanita dari
Pada awalnya, si wanita merasa
terganggu dengan kehadiran pria itu. Namun karena merasa simpati, akhirnya ia
menolerir pria itu sebagai rekan bertamasyanya hingga pria itu dijemput kembali
oleh rombongan wisatanya dua hari kemudian. Mereka berdua memutuskan untuk
tidak saling memberitahu nama asli masing-masing. Karena dengan tidak saling
merasa mengenal satu sama lain, mereka dapat mengungkapkan apa saja yang ada
dalam pikiran mereka dengan bebas dan tanpa rasa canggung. Ketika tiba waktunya
bagi si pria untuk kembali pada rombongan tur wisatanya, si pria kemudian
merasa ragu. Selama lebih menikmati waktu-waktu yang ia habiskan ketika
menemani si wanita. Di sisi lain, si wanita pun mulai merasa nyaman dengan
kehadiran si pria bersamanya. Akhirnya si pria mengambil keputusan. Ia
meninggalkan rombongan wisatanya dan menghabiskan sisa waktunya di Korea
Selatan untuk menemani si wanita. Maka dimulailah petualangan dua orang asing
ini di Negeri Ginseng.
Kisah tentang dua anak manusia yang dipertemukan takdir di negeri asing ini tertuang dalam sebuah film komedi romantis berjudul “Hello Stranger”. Film ini terinspirasi dari sebuah buku berjudul “Two Shadows in
Kedua, bahwa perasaan yang
mendalam tidak tergantung pada kuantitas waktu yang dihabiskan bersama,
melainkan pada kualitas kebersamaan yang mereka lewati. Even a few days can last forever. Tokoh utama pria dalam film ini
mengatakan, “She said to me that this
feeling was just a momentary illusion. If
it was a momentary illusion, then it
wouldn’t last this long. It’s been
over a year, why do I still miss her?
I want to see her everyday. I think I’m going crazy.” Pada awalnya
mereka berpikir bahwa perasaan yang mereka miliki untuk satu sama lain hanyalah
sesaat dan hanya karena mereka terbawa suasana. Alone and lonely in a total strange place, serta hanya memiliki
satu sama lain untuk bergantung. Namun ketika mereka berpisah, pada akhirnya
mereka sadar bahwa perasaan itu nyata adanya. Terbukti bahwa bahkan setelah
mereka berpisah selama lebih dari satu tahun, rasa itu tidak juga hilang. Ia masih
ada dan terasa nyata. Mereka masih saling memikirkan dan merindukan satu sama
lain.
Ketiga, bahwa hidup ini penuh
dengan perbedaan. Film ini menonjolkan dua jenis perbedaan yang selalu menarik
untuk dikaji, yaitu perbedaan budaya dan perbedaan pola pikir wanita–pria. Culture differences are always the funny
things to watch when they’re brought into a comedy. Pada malam pertamanya
di Korea Selatan, si pria yang tidak bisa Bahasa Korea dan si ibu penjaga warung
yang tidak paham Bahasa Inggris membuat si pria tidak sengaja memakan daging
anjing, makanan yang tidak ia sukai. Serta beberapa adegan kocak nan konyol
lain yang disebabkan oleh perbedaan bahasa dan kebiasaan masyarakat Thailand
dan Korea Selatan. Sementara itu, film ini juga secara eksplisit menunjukkan
perbedaan pola pikir antara wanita dan pria. Tokoh pria dalam film ini berkata,
“They say the most difficult thing to
guess is a woman’s heart. If my
answer isn’t the one in your mind, I’ll
be in trouble.” Ia juga mengatakan, “Why
do girls like to say, ‘I am alright’, ‘It does not matter’, when clearly there
is something wrong?” Kata-kata si pria benar adanya. Pria bukanlah seorang mind-reader, namun sebagai seorang attention-seeker, terkadang wanita lupa
akan hal itu. Perbedaan ini kerap menjadi dasar perselisihpahaman antara pria
dan wanita.
Keempat, paduan chemistry pasangan tokoh utama dan well-written scenario yang menghidupkan alur cerita film ini. Komedi-komedi slapstick yang ditampilkan sukses membuat para penontonnya terpingkal. Penulis naskah film ini tak lain tak bukan adalah pemeran utama pria, Chantavit. While this rom-com movie itself is full of jokes, the chemical romance between its two main characters is no joke at all. Akting mereka terlihat sangat natural. Plus, film ini memiliki sebuah konsistensi, di mana tokoh utama wanita dan pria tidak saling mengetahui nama asli mereka masing-masing. Bahkan nama mereka pun tidak diungkapkan kepada para penonton hingga akhir film sekalipun. Alih-alih memberi tahu nama asli, mereka saling memanggil dengan nama sebutan ‘May’ untuk si wanita dan ‘Dang’ untuk si pria. Poin ini menarik karena dengan demikian sang film-maker mempertegas penggunaan istilah ‘stranger’ alias ‘orang asing’ dalam judul film ini sebagai garis besar cerita.
Mendapatkan dukungan penuh dari
Korea Tourism Organization (KTO), “Hello Stranger” yang hampir keseluruhan
adegannya ber-setting di Negeri
Ginseng itu menunjukkan pengaruh kuat Korean
wave di negara-negara Asia, khususnya Thailand. Tokoh utama wanita
diceritakan adalah seorang penggemar berat serial drama Korea Selatan, yang
kemudian membawanya pada petualangan sebagai backpacker di sana .
Ia mengunjungi lokasi-lokasi yang terkenal berkat serial-serial drama, seperti
Nami Island (lokasi syuting “Winter Sonata”), Coffee Prince Café (lokasi
syuting “Coffee Prince”), dan Deoksugung Palace (lokasi syuting “Jewel in the
Palace”). Tokoh utama pria dalam film ini berkata, “If there is no drama in this country, will there be tourist?”. Adalah fakta bahwa industri pertelevisian
merupakan salah satu potensi utama yang turut mengembangkan potensi-potensi
lainnya dan memiliki peran signifikan dalam menyokong perekonomian negara
tersebut. Film ini berhasil menampilkan Korea Selatan dari sudut pandang
seorang turis asing dengan sangat apik. Tidak hanya menonjolkan daerah
perkotaan saja, bahkan daerah-daerah pedesaan pun turut memperindah
sinematografi film ini.
“Hello Stranger” was a box office hit! This movie was the 2010’s blockbuster in Thailand, dengan rata-rata pendapatan mencapai 7,2 juta Baht per hari semenjak penayangan perdananya di bioskop-bioskop setempat. Hingga film ini selesai diputar di bioskop, “Hello Stranger” meraih keuntungan sebesar 130 juta Baht, dan tercatat sebagai salah satu film terlaris di
“She said to me that this feeling
was just a momentary illusion. If it
was a momentary illusion, then it
wouldn’t last this long. It’s been
over a year, why do I still miss her?
I want to see her everyday. I think I’m going crazy.” –the boy
(Hello Stranger, 2010)
0 komentar