Never Been Kissed
“That thing, that moment when you
kiss someone, and everything around you becomes hazy, and the only thing in
focus is you and this person, and you realize that that person is the only
person you’re supposed to kiss for the rest of your life. And for one moment
you get this amazing gift, and you wanna laugh, and you wanna cry ‘cause you
feel so lucky that you found it and so scared that it’ll go away all at the
same time.” –Josie Geller (Never Been Kissed, 1999)
Judul :
Never Been Kissed
Genre : komedi romantis
Sutradara : Raja Gosnell
Rilis : 9 April 1999
Pemain : Drew Barrymore, David Arquette, Michael Vartan, Leelee
Sobieski, John C. Reilly, Jessica Alba, James Franco, Jeremy Jordan, Molly
Shannon
High School only happens once. But
if only you had a chance, just one
chance, to live in that moment again,
what would you change? How would you live it? Fortunately, Josie Geller has her second chance to live the High School life. But indeed, being 17 on her 25 is not as easy as she thinks. It happens on a 1999 movie, “Never Been Kissed”. This movie is about finding love, and moreover, it’s about finding your own self, your own identity.
Josie Geller (Drew
Barrymore) adalah seorang copy editor
di sebuah surat kabar terkemuka di Chicago, Chicago Sun-Times. Geller adalah
wanita yang cerdas, namun kepribadiannya tidak mengizinkan Geller menunjukkan
sisi cantik dari dirinya. Ia sangat teratur, rapi, pemalu dan mudah merasa
canggung, segala sesuatu yang dikategorikan ke dalam istilah nerd atau culun. Namun di balik seluruh
kepribadiannya itu, ia memiliki hasrat terpendam untuk menjadi seorang
reporter. Seluruh rekan kerjanya meragukan kemampuan Geller sebagai seorang
reporter, karena menjadi seorang reporter membutuhkan keberanian, ketangguhan, keliaran,
dan rasa percaya diri super tinggi, sesuatu yang tidak terlihat dalam diri
Geller.
Pada suatu hari,
sebuah kesempatan untuk meninggalkan meja kantor dan rutinitas kerjanya datang.
Ia ditugaskan untuk melakukan sebuah reportase investigasi untuk artikel utama undercover story, dengan cara menyamar
sebagai salah satu murid SMA di South Glen South High School. Pekerjaan ini
bukan main-main, dan Geller tidak hanya mempertaruhkan karirnya sendiri,
melainkan juga kredibilitasnya sebagai seorang jurnalis. Alhasil, Geller
berusaha untuk menyelami kembali kehidupan seorang remaja berusia 17 tahun.
Namun semua tak semudah yang ia bayangkan. Bayang-bayang kehidupan SMA-nya yang
tidak dapat dikatakan indah dan bahagia terus membayangi dirinya. Akankah
Geller mengubah kondisi itu? Ataukah ia hanya akan terjebak di masa lalu dan
mengulang kelamnya masa SMA?
Adalah Rob Geller
(David Arquette), adik kandung Josie yang semasa SMA merupakan salah satu murid
populer, jauh berkebalikan dengan kakaknya yang culun. Rob tahu cara bersenang-senang,
dan ia tak dapat tinggal diam melihat kakaknya berjuang sendirian dengan
tuntutan pekerjaan dan bayang-bayang kelam masa lalunya. Rob pun turun tangan. Ia
turut menyamar menjadi murid di SMA yang sama. Dengan mudahnya, Rob menjadi
salah satu murid populer. Ia pun memanfaatkan kesempatan ini untuk ‘mengangkat’
Josie menjadi salah satu dari golongan murid populer. Dengan status barunya,
Josie siap memberikan big news untuk
surat kabarnya.
Penyamaran Josie
berjalan lancar dan sempurna, berkat bantuan Rob, yang baik secara langsung
maupun tak langsung menyokong mental Josie untuk menghadapi kesempatan keduanya
dengan lebih baik. Perlahan, bayang-bayang keterpurukan masa SMA-nya memudar,
berganti sebuah kisah SMA sempurna yang diidam-idamkan oleh banyak gadis. Ia bergabung
dengan geng gadis cantik terpopuler di sekolah. Ia mengencani pria paling
tampan di sekolah. Ia bahkan terpilih sebagai Prom Queen dalam acara pesta Prom
Night sekolah. Tidak ada cemooh. Tidak ada lemparan telur. Tidak ada
kejahilan-kejahilan iseng dari murid-murid populer. Perfect!
Namun ada satu hal,
hanya cukup satu hal, untuk mengacaukan segalanya. Ia jatuh cinta. Josie jatuh
cinta kepada Sam Coulson (Michael Vartan), yang tak lain tak bukan adalah
seorang guru di SMA tempat ia menyamar. Jatuh cinta yang membuatnya terjebak
dalam pilihan sulit, antara mempertahankan karirnya, atau meraih sesuatu yang selama
ini selalu didambakannya; cinta.
Bagi saya, “Never Been
Kissed” bukanlah film komedi romantis biasa. Meskipun film ini memiliki alur
yang tertebak, dengan ending ‘happily
ever after’ pada umumnya, “Never Been Kissed” berhasil menyuguhkan sebuah
ide yang dalam tentang ‘penemuan jati diri’ dengan kisah yang ringan dan
menghibur. Josie Geller memang tidak dapat mengubah masa lalu. Masa SMA-nya ia
lalui dengan penderitaan batin yang diakibatkan oleh ketidakmampuannya untuk
diterima oleh lingkungan pergaulan murid populer. Ketidakmampuan yang semakin
diperparah dengan sikap intimidatif murid-murid populer, kecenderungan mereka
untuk ‘menindas’ murid-murid yang tidak termasuk dalam circle mereka. Penyamaran Josie lebih dari sekadar tuntutan
pekerjaan baginya. Penyamaran ini adalah misi hidupnya. Misi untuk membebaskan
dirinya sendiri dari kungkungan masa lalu. Misi untuk menemukan dirinya
sendiri, untuk mencintai dan menerima dirinya sendiri. Terlebih, ini adalah
misi untuk mengubah mindset remaja
SMA.
Pengalaman Josie
Geller memberikan gambaran nyata tentang pergaulan frontal remaja SMA. Ia tidak
ingin ada Josie-Josie berikutnya, yang terkungkung oleh rasa trauma akibat
segala bentuk penindasan yang ia dapatkan ketika masih remaja dulu. Masa SMA
hanya terjadi satu kali, dan setiap orang berhak melaluinya dengan bahagia.
Masa SMA adalah satu babak kehidupan, dan setiap insan berhak mengisinya dengan
kenangan-kenangan indah.
Pada akhirnya, Josie
Geller adalah seorang wanita biasa. Sepanjang 25 tahun hidupnya ia belum pernah
merasakan cinta, jatuh cinta. She had a
crush once, back then on her real
High School life. But that was not a
beautiful love story, moreover, that was an awful one. Meskipun
pengalaman buruk akan cinta masa SMA-nya tidak membuatnya menjadi skeptis akan
cinta, hal ini cukup membuat Josie menjadi pribadi yang tertutup dan sangat
berhati-hati dengan cinta, setidaknya sebelum penyamaran itu. Sebelum ia
bertemu dengan Sam Coulson.
As it’s said in the movie, when people
are in disguise, they tend to feel
freer, they do things they wouldn’t
do in ordinary life. This is what
happen to Josie Geller. Dalam penyamarannya sebagai murid SMA, Josie adalah
Josie. Ia mengira bahwa dirinya menjadi seseorang yang baru, namun sebenarnya
itu bukanlah dirinya yang baru, melainkan sisi lain dirinya yang terpendam. Disguise changes all the rules. Disguise can be liberating, it can get people do things that they never
thought possible. “Never Been Kissed” menggambarkan kepada kita, bahwa
sebuah ‘topeng’ bukan hanya digunakan untuk menutupi salah satu sisi dari diri
seseorang, melainkan juga dapat digunakan untuk membangkitkan salah satu sisi
yang lain. Sisi yang terlupakan. Sisi yang mungkin adalah sebenarnya sisi terbaik
yang dimiliki.
Melalui penyamarannya,
dengan menggunakan ‘topeng’nya, Josie Geller menemukan jati dirinya. Terlebih,
ia menemukan cinta. Lalu ketika ‘topeng’ itu perlahan ditanggalkan, menunjukkan
keseluruhan jati dirinya, seutuhnya, dan cinta itu tidak pergi meninggalkan
sisinya, maka itulah cinta sejati. Penyamaran Josie membuka pencariannya,
menjawab seluruh pertanyaan, menyembuhkan luka, dan menemukan jati diri yang
seutuhnya.
“All of you people, there’s a big
world out there. It’s bigger than the prom and it’s bigger than high school. It
won’t matter if you were the prom queen, or the quarterback, or even the
biggest nerd in school. Find out who you are and try to not be afraid of it.”
–Josie Geller (Never Been Kissed, 1999)
0 komentar