Love Is a Drug
“Sometimes the things you want the
most don't happen and what you least expect happens. I don't know – you meet
thousands of people and none of them really touch you. And then you meet one
person and your life is changed forever.” –Jamie Randall (Love and
Other Drugs, 2010)
Untuk kedua kalinya setelah film
“Brokeback Mountain”
pada tahun 2005, lima
tahun kemudian Jake Gyllenhaal dan Anne Hathaway dipertemukan kembali dalam
sebuah film berjudul “Love and Other Drugs”. Film yang dirilis pada tahun 2010
ini bukan merupakan sebuah film drama yang ‘berat’ seperti “Brokeback
Mountain”, melainkan sebuah film komedi romantis yang diangkat dari sebuah
novel non-fiksi karya Jamie Reidy, “Hard Sell: The Evolution of a Viagra
Salesman”. Meskipun berlatar belakang bisnis dan ekonomi, film ini lebih
memfokuskan pada hubungan percintaan yang dijalani oleh si salesman dengan
seorang wanita yang dicintainya.
“Love and Other Drugs” ber-setting waktu pada tahun 1996 ketika
Jamie Randall (Jake Gyllenhaal) mulai bekerja di Pfizer, sebuah perusahaan
distributor obat-obatan. Jamie adalah seorang laki-laki yang berjiwa
pemberontak dan suka bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri. Selama ini ia
bekerja dengan mengandalkan ketampanan dan pesona fisiknya. Termasuk ketika
menjalani pekerjaan barunya sebagai penjual obat. Pada suatu saat ketika ia
sedang melakukan pekerjaannya, di rumah sakit ia bertemu dengan Maggie Murdock
(Anne Hathaway). Maggie adalah wanita cantik yang merupakan pasien salah satu
dokter di rumah sakit tersebut.
Somehow and someway, Maggie membuat Jamie tergila-gila padanya.
Lelaki yang terkenal playboy itu bahkan sampai mengungkapkan perasaannya kepada
Maggie. Ia mengatakan bahwa itu adalah pertama kalinya ia merasa
sungguh-sungguh sampai berani berkata cinta kepada seorang wanita. Namun
rupanya Maggie tidak ingin terikat komitmen dengan siapapun, termasuk Jamie,
walaupun sebenarnya wanita itu juga menyayanginya. Ternyata alasan dibalik itu
semua adalah karena Maggie menderita penyakit Alzheimer.
Semakin tinggi pohon, maka
semakin kencang angin bertiup. Begitu pula dengan kehidupan Jamie.
Kesuksesannya dalam karirnya berkat menjual Viagra rupanya tidak seiring dengan
perjalanan cintanya. Setelah mengetahui bahwa Maggie mengidap Alzheimer, ia
berusaha keras untuk membawa wanita itu pada pengobatan terbaik yang bisa
mereka dapatkan. Namun pada saat yang bersamaan, tuntutan karirnya juga sangat
menyita perhatian dan waktu Jamie. Lalu apa yang akan terjadi pada Jamie dan
Maggie? Sanggupkah mereka bersama setelah semua yang terjadi?
Meskipun di luarnya sosok Jamie
terlihat selalu ceria dan percaya diri akan penampilannya, sebenarnya ia adalah
pribadi yang mudah merasa minder karena sebuah kekurangan yang dimilikinya.
Namun ia selalu menutupi semua itu. Maggie adalah wanita pertama yang ia temui
yang selalu mengatakan apa yang ada dalam pikirannya. Ia sanggup menyentuh hati
Jamie karena berhasil mengetahui kekurangan Jamie tanpa membuat pria itu merasa
minder sama sekali. Hanya ketika bersama Maggie, Jamie merasa sangat nyaman
untuk menjadi dirinya sendiri. Meeting
Maggie is a life-changing for him.
Film berdurasi 112 menit ini
menuai komentar yang cukup baik. Kebanyakan dari kritik tersebut mengatakan
bahwa akting cemerlang Gyllenhaal dan Hathaway yang sanggup menampilkan chemistry yang apik antara Jamie dan
Maggie lah yang membuat film ini menjadi sangat menghibur. Bahkan Gyllenhaal
dan Hathaway memperoleh nominasi dalam ajang Golden Globe untuk penampilan
mereka dalam “Love and Other Drugs”. Film ini sangat menarik dan menghibur
untuk ditonton dikala senggang.
0 komentar