“One day you'll meet someone and
it'll literally take your breath away. Like you can't breathe. Like no oxygen
to the lungs.” (Friends with Benefits, 2011)
Tahun 2011 sepertinya menjadi
tahun ‘persahabatan’. Banyak film bertemakan ‘dari temen jadi demen’ yang
dirilis pada tahun 2011. Salah satunya adalah film “Friends with Benefits”.
Pada awalnya film ini sempat dipandang remeh oleh beberapa pihak karena garis
besar cerita yang hampir sama dengan film “No Strings Attached” yang telah
rilis sebelumnya, serta pencapaian “No Strings Attached” yang tidak begitu
bagus. Namun pada akhirnya sutradara film ini, Will Gluck akhirnya membuktikan
bahwa “Friends with Benefits” adalah film yang berbeda dan bahkan sanggup
memperoleh pencapaian yang lebih baik daripada “No Strings Attached”.
Dylan (Justin Timberlake) adalah
seorang desainer grafis yang bekerja di sebuah perusahaan internet kecil di Los Angeles. Pada suatu
hari sebuah agensi pekerjaan menawarinya wawancara dengan majalah GQ di New York. Alhasil
terbanglah Dylan ke New York
dan di sanalah ia bertemu dengan Jamie (Mila Kunis). Jamie adalah seorang yang
ditugaskan oleh agensi pekerjaan untuk ‘menjual’ Dylan kepada perusahaan yang
membutuhkan tenaganya. Berkat perkenalan tersebut, Jamie dan Dylan selalu
bersama kemanapun mereka pergi. Apalagi Dylan adalah orang baru di New York yang masih
belum tahu apa-apa. Jamie dengan sukarela menjadi tour guide bagi Dylan dan memperkenalkan ‘budaya’ New York kepada pria itu.
Rupanya Dylan dan Jamie memiliki
banyak kesamaan. Kesamaan-kesamaan itulah yang membuat mereka akhirnya dekat
dan cocok satu sama lain sebagai teman. Termasuk kesamaan cara pandang mereka
terhadap relasi. Mereka berpendapat bahwa hubungan fisik akan terasa jauh lebih
menyenangkan dan nyaman apabila dilakukan tanpa adanya keterikatan emosi dan
komitmen. Pandangan ini didasari oleh pengalaman mereka berdua yang selalu
gagal dalam menjalin sebuah komitmen dengan pasangan-pasangan mereka yang
sebelumnya. Hingga akhirnya pada suatu malam, mereka berdua mencoba untuk
melakukan hubungan fisik tanpa bumbu emosional. Alhasil hubungan mereka menjadi
pertemanan dengan hubungan fisik tanpa emosi.
Akankah hubungan yang mereka
bangun ini bertahan lama? Ataukah pada akhirnya Dylan dan Jamie memilih untuk
menghentikan hubungan fisik mereka dan mulai berkencan dengan orang lain? Atau
sebaliknya, justru hubungan mereka berkembang menjadi sepasang kekasih yang
sesungguhnya? Karena meskipun mereka sempat menyangkal bahwa mereka telah mulai
saling menyukai satu sama lain, pada akhirnya mereka memang saling menumbuhkan
rasa sayang dan cinta untuk satu sama lain. Dylan dan Jamie menunjukkan bahwa
untuk menjalin sebuah komitmen tidak hanya membutuhkan kita untuk menjadi
seorang ‘kekasih’ saja, melainkan juga harus dapat menjadi kekasih sekaligus
sahabat dan partner.
“Friends with Benefits” dinilai
jauh lebih sukses dibandingkan “No Strings Attached” yang memiliki tema yang
sama. Meskipun film ini merupakan sebuah film komedi romantis yang tipikal
urban, setidaknya nilai plus dalam film ini terletak pada alur ceritanya yang
kuat dan chemistry yang ditampilkan
oleh pasangan Timberlake dan Kunis dalam menghidupkan karakter Dylan dan Jamie.
Banyak yang menilai bahwa akting mereka terlihat sangat natural dan mereka bekerja
sama dengan sangat baik dan penuh harmoni dalam film ini. Well, I agree with that. Timberlake and Kunis have really made
such a charming and comedic sweet couple.
“Well, you're Prince Charming
isn't coming to rescue you in a horse and carriage. That's not who you want. I
mean, you're looking for a man to be your partner. You could take on the world
with.” (Friends with Benefits, 2011)
“We don't get to pick who we fall
in love with, and it doesn't happen like it should.” (No Strings
Attached, 2011)
Emma Kurtzman (Natalie Portman)
dan Adam Franklin (Ashton Kutcher) bertemu pertama kali ketika mereka berdua
mengikuti sebuah perkemahan musim panas ketika masih sama-sama remaja. Semenjak
itu mereka beberapa kali bertemu secara tidak sengaja namun tidak pernah
terlibat kontak secara intens. Hingga pada suatu hari Adam mabuk-mabukan karena
merasa depresi mendapati mantan kekasihnya kini berpacaran dengan ayah
kandungnya. Secara acak ia menghubungi kontak di telepon genggamnya yang
ternyata adalah Emma. Tak sengaja, Adam tidur bersama Emma.
Karena dua hal, pertama adalah
ketidakpercayaan Emma dan Adam atas adanya cinta sejati, kedua adalah kesibukan
mereka dengan profesi masing-masing, mereka berdua memutuskan untuk menjalani
sebuah hubungan kasual. Sejak saat itu mereka menerapkan peraturan bahwa
hubungan mereka adalah berlandaskan hubungan fisik semata, tanpa turut membawa serta
perasaan di dalamnya. Singkat cerita, mereka adalah sepasang teman yang
berhubungan fisik. Meskipun pada awalnya sempat menyangkal, namun seiring
berjalannya waktu, Adam mulai merasakan bahwa ia jatuh cinta kepada Emma.
Ketika Adam memberanikan diri untuk
mengungkapkan perasaannya kepada Emma, gadis itu justru marah kepadanya. Emma
selama ini tumbuh menjadi seorang wanita yang merasa skeptis dengan komitmen,
maka dari itu ketika ia juga mulai merasakan jatuh cinta kepada Adam, ia merasa
takut. Emma merasa takut bahwa perasaan Adam kepadanya tidak sebesar perasaan
ia kepada Adam sehingga itu hanya akan menyakiti hatinya. Selama mereka berdua
berpisah, Adam disibukkan dengan pekerjaannya sebagai asisten sutradara sebuah
program televisi, sementara Emma juga disibukkan dengan pekerjaannya sebagai
dokter di rumah sakit. Saat mereka berjauhan itulah Emma mulai menyadari bahwa
ia membutuhkan Adam.
Apakah pada akhirnya Emma sanggup
mengalahkan egonya dan mengakui perasaannya untuk Adam? Lalu bagaimana akhir dari
hubungan pertemanan mereka yang unik tersebut? “No Strings Attached” adalah
sebuah film komedi romantis yang dirilis pada tahun 2011. Film berdurasi 108
menit ini memperoleh kritik yang kurang memuaskan. Sebagian besar menilai
kekurangan terletak pada alur cerita yang terlalu mudah ditebak dan chemistry yang kurang terasa dari
karakter Emma dan Adam yang dibawakan oleh Portman dan Kutcher. Terlepas dari
itu semua, “No Strings Attached” cukup menghibur untuk ditonton pada waktu
senggang.
“Hey, you can't call me and tell
me that you miss me. I don't want to have that conversation on the phone. So
you can't text me and you can't e-mail me and you can't write on my wall. Like,
if you really miss me, you need to grow up and get in your car and come and see
me.” –Adam Franklin (No Strings Attached 2011)
“I’ve watched you for too long. I
stood there with no words, just hiding my pitiful heart.” –2AM, Confession of a Friend
Kata orang, tidak ada yang
namanya murni pertemanan ketika seorang pria dan seorang wanita berteman baik,
pasti ada salah satu di antara mereka yang memiliki perasaan lebih untuk yang
lainnya. Apakah benar begitu? Well,
meskipun banyak pihak yang menyangkal bahwa mereka tidak akan jatuh cinta
dengan seseorang yang sudah mereka anggap teman atau sahabat sendiri, tidak
sedikit pasangan yang bermula dari sebuah pertemanan ataupun bahkan
persahabatan. Itulah kenyataannya. Lagu 2AM yang berjudul “Confession of a
Friend” ini mengisahkan seseorang yang jatuh cinta pada teman baiknya sendiri.
Entah sejak kapan tepatnya ia mulai
merasakan perasaan yang lebih dari sekadar teman kepada sahabatnya itu. Semuanya
ditandai dengan hatinya yang mulai berubah dalam caranya memandang sahabatnya.
Ia merasa cemburu setiap kali sahabatnya datang kepadanya untuk bercerita
tentang kekasih sahabatnya itu. Ia bahkan merasa marah setiap kali melihat
sahabatnya menangis karena kekasihnya. Selama itu, ia hanya sanggup memendam
perasaannya sendiri dalam hati.
Ketidakberanian dia untuk
mengungkapkan perasaannya kepada sahabatnya didasari oleh banyak hal. Salah
satunya dan yang paling kuat adalah kata-kata sahabatnya yang selalu
menyuratkan bahwa ia merasa sangat senang memilikinya sebagai seorang teman
baik. Bahwa mempunyai sahabat sepertinya adalah sebuah anugerah. Sahabatnya
juga berkata padanya untuk tidak berubah dan tetap seperti itu, tetap menjadi
seorang sahabat yang baik baginya. Setiap kali sahabatnya berkata demikian, ia
akan mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan perasaannya.
Namun bahkan setiap penahanan
diri pun ada batasnya. Ia akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan semuanya. Ia
memutuskan untuk memberi tahu sahabatnya bahwa selama ini ia telah jatuh cinta
padanya. Selama ini ia menyembunyikan perasaannya demi menjaga hubungan
pertemanan mereka. Ia rela mengorbankan perasaannya, meskipun sangat
menyakitkan baginya untuk melihat dan berdiri di samping sahabatnya tanpa dapat
melakukan atau mengatakan apapun yang berkaitan dengan perasaannya. Ia terpaksa
menahan perasaannya dan menyembunyikan hatinya.
Sebagai seorang sahabat yang
paling mengenal orang tersebut, dia merasa bahwa dirinya adalag orang yang
tepat dan sanggup menjaga sahabat yang dicintainya itu. Mungkin karena mereka
telah lama saling mengenal sehingga dapat memahami satu sama lain dengan cukup
baik. Namun dalam lagu ini tidak dikisahkan apa yang terjadi setelah dia
memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada sahabatnya. Lagu ini hanya
berkutat pada perasaan orang tersebut yang diam-diam memendam cinta untuk
sahabatnya sendiri.
“Confession of a Friend”
merupakan lagu andalan 2AM yang terdapat dalam single albummusic video (MV) dibuat
untuk lagu ini. Dalam MV ini ditampilkan seorang model perempuan yang berperan
sebagai ‘sahabat’ keempat personel 2AM yang diam-diam mereka cintai. Lagu ini
juga mereka pentaskan dalam berbagai program acara musik di Korea. kedua mereka yang bertajuk “Time for Confession”.
Selain lagu ini, dalam album tersebut juga terdapat dua lagu lainnya, beserta
versi instrumental dari ketiga lagu tersebut. Lagu ini dirilis pada tahun 2009
dengan sebuah
2AM adalah sebuah ballad vocal group yang terdiri dari
empat orang, yaitu Jo Kwon, Changmin, Seulong dan Jinwoon. 2AM merupakan bagian
dari boy band One Day yang dibentuk
oleh JYPatauPark
Jin Young pada tahun 2008. One Day kemudian dibagi menjadi dua subgroup, yaitu 2PM sebagai dance group dan 2AM sebagai vocal group. Karena itu, lagu-lagu 2AM
adalah lagu-lagu pop ballad yang
bertempo slow dan menonjolkan
karakter vokal masing-masing personelnya serta musikalitas yang tinggi.
Lagu-lagu ballad 2AM memang terkenal jago dalam memeras perasaan dan
menggenggam hati para pendengarnya. Salah satunya ya lagu ini. Apalagi saya
adalah penggemar yang mudah jatuh cinta dengan lagu-lagu ballad. Maka jangan heran apabila pada masa yang akan datang
mungkin akan banyak lagu-lagu 2AM yang dibahas dalam blog saya. They’re so talented and have many great
ballad songs!
“To remain as a good friend to
you, I had to push the confession deep down my throat. But now I’ll confess to
you, that I love you.” –2AM, Confession
of a Friend
* Ditulis sambil mendengarkan
lagu “Confession of a Friend” oleh 2AM. I
discovered them by myself right after I discovered 2PM, so I feel very proud to know this nowadaysbest ballad group. ^^
Korean
* Lirik lagu “Confession of a
Friend”. Lirik lagu berupa romanisasi dari Bahasa Hangul Korea beserta dengan translasinya
ke dalam Bahasa Inggris.
“Gwae oelrae dwesseo
nae mamee jogeumshik
(It’s been a while)
Byunhagi shijakhanji
honjasseo gwaerrohhanji
(Since my heart started to change, since I’ve been dealing with it
lonesome)
Uhnjaebootunga neega
oldaemada
(Every time you came back to me) Nuhreul oelineun namjaga nuhmoona meewosseo
(I hated the guy that made you cry)
Charari naega noel jikineungae
(I would rather protect you) Naeuljido moreunna saenggakee
(Although I didn’t know if it will make it better)
Eejaeneun naega noel ahnahjoogo
(This time I will hold you)
Saranghaejoogo shipdan
saenggakee deulosseo
(And loving you is all that I think)
Baby, eejaeneun naegewa, and be my lady (Baby, come to me now, and be my lady)
Nuhmoona oelraedongan
jikyeobwasseo mal obshi sosseo (I’ve watched you for too long, I stood
there with no words)
Ahntakkawoon gaseumeul
soomgimyeo
(Just hiding my pitiful heart)
Chinguroh, chinguroh
jinaeya handaneun eeyuroh
(As friends, to remain as a good friend to you) Mokgaji chaollatdon geu gobaekeul
chamahyahaesseo
(I had to push the confession deep down my throat) Hajiman eejaeneun gobaekhalgae
nuhreul saranghae
(But now I’ll confess to you, that I love you)
Nae soneul jabgo nabakkae obdamyeo
(You held my hand and told me you only have me) Nagahteun chingooreul dungae
jeongmal keun chukbogiramyeo
(You said it’s really a blessing for keeping me as a friend) Byeonchi maljago mareul
halttaemada
(Every time when you said, “Let’s never change,”) Jogeumshik jajaraneun nae
sarangeul nullosseo
(I had to push my feelings deep down)
Charari naega nuhl jikineungae
(It might be best if I protect you)
Naeuljido moreundaneun saenggakee
(Even though not knowing if it would be better)
Jakkuman deullotjiman chamasseo
(I kept thinking, kept trying to hold it in) Nuhreul eeruhbuhrikka duryuhwoh
hajiman
“Having someone help you doesn’t
mean that you fail. It just means that you’re not in it alone.” –Eric
Messer (Life as We Know It, 2010)
Holly Berenson (Katherine Heigl)
dan Eric Messer (Josh Duhamel) adalah dua manusia yang bagaikan air dan minyak.
Setiap kali bertemu, mereka berdua pasti berselisih dan selalu ada saja yang
mereka perdebatkan. Semuanya berawal dari perkenalan dan pertemuan pertama
mereka yang diatur oleh sahabat mereka masing-masing. Kedua sahabat mereka yang
saling berpacaran berniat untuk menjodohkan mereka berdua. Namun rupanya
kepribadian serta selera mereka yang bertolak belakang menjadi sebab utama
ketidakcocokan mereka.
Karena sahabat mereka pada
akhirnya mereka, frekuensi pertemuan Holly dan Messer menjadi lebih sering.
Apalagi setiap keluarga sahabat mereka menyelenggarakan sebuah acara. Mereka
bahkan menjadi orang tua baptis untuk anak sahabat mereka. Berkat
pertemuan-pertemuan tersebut Holly dan Messer jadi lebih mengenal satu sama
lain sebagai teman, walaupun tetap saja pertemanan mereka selalu penuh dengan
perselisihan. Namun sepertinya takdir berkata lain bagi mereka berdua. Meskipun
kepribadian mereka bagaikan air dan minyak yang berbeda 180 derajat, takdir
sepertinya enggan memisahkan mereka. Pada suatu hari, kedua sahabat mereka
meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil, meninggalkan seorang anak bayi
perempuan mereka, Sophie, menjadi yatim piatu.
Rupanya sebelum meninggal, kedua
orang tua Sophie telah secara diam-diam mengangkat Holly dan Messer sebagai
orang tua asuh yang akan merawat dan membesarkan Sophie apabila mereka
meninggal secara mendadak. Holly dan Messer sangat terkejut dengan kenyataan
ini. Mereka berdua sangat minim pengalaman dalam berumah tangga, apalagi
merawat seorang bayi. Meskipun pada awalnya mereka mengelak dari tugas
tersebut, akhirnya mereka memutuskan untuk bekerja sama dalam merawat Sophie.
Hidup dan tinggal serumah dengan
seseorang yang bukan kekasih, bahkan selalu berselisih pendapat dengannya,
ditambah lagi harus merawat seorang bayi, tentunya bukanlah sesuatu yang mudah.
Sanggupkah Holly dan Messer bertahan hingga akhir? Ataukah mereka hanya akan
menyerah begitu saja di tengah jalan? Yang jelas, untuk membangun sebuah
keluarga memang harus ada yang dikorbankan. Dalam hal ini, selain ego, karir
juga dipertaruhkan. Holly yang bekerja sebagai pengusaha toko roti dan Messer
yang bekerja di stasiun televisi untuk program acara olahraga, sebelum memiliki
Sophie dan masih hidup lajang tentunya mereka dapat mengembangkan karirnya tanpa
mempertimbangkan faktor ‘keluarga’. Cara mereka dalam mengambil keputusan untuk
karir dan masa depan mereka pun tentunya berubah setelah mereka menjadi sebuah
keluarga.
Bagaimana kemudian Holly dan
Messer menghadapi perubahan-perubahan tersebut? Sementara mereka saling
menumbuhkan rasa untuk satu sama lain, walaupun mereka saling menyangkal
perasaan tersebut, karena mereka terlalu yakin bahwa mereka tidak mungkin
saling menyukai satu sama lain. Melalui hidup bersama untuk merawat Sophie,
Holly dan Messer saling belajar. Belajar untuk mengalah, belajar untuk
melepaskan ego mereka masing-masing, belajar untuk mencintai seseorang dengan
seutuhnya, serta belajar untuk memberikan skala prioritas dalam hidup mereka
terhadap apa yang mereka anggap sangat berharga, yaitu keluarga.
“Life as We Know It” adalah
sebuah film komedi romantis yang dirilis pada tahun 2010. Meskipun memperoleh
respon yang dibawah rata-rata, beberapa pihak menilai bahwa sisi positif dari
film ini terletak pada pasangan Heigl dan Duhamel yang charming dan sanggup menghidupkan chemistry tokoh Holly dan Messer dalam film ini. Sayangnya akting
cemerlang mereka berdua tidak didukung dengan naskah yang lebih kuat. Meskipun
demikian, film berdurasi 115 menit ini sangat menghibur untuk ditonton.
“Sometimes the things you want the
most don't happen and what you least expect happens. I don't know – you meet
thousands of people and none of them really touch you. And then you meet one
person and your life is changed forever.” –Jamie Randall (Love and
Other Drugs, 2010)
Untuk kedua kalinya setelah film
“Brokeback Mountain”
pada tahun 2005, lima
tahun kemudian Jake Gyllenhaal dan Anne Hathaway dipertemukan kembali dalam
sebuah film berjudul “Love and Other Drugs”. Film yang dirilis pada tahun 2010
ini bukan merupakan sebuah film drama yang ‘berat’ seperti “Brokeback
Mountain”, melainkan sebuah film komedi romantis yang diangkat dari sebuah
novel non-fiksi karya Jamie Reidy, “Hard Sell: The Evolution of a Viagra
Salesman”. Meskipun berlatar belakang bisnis dan ekonomi, film ini lebih
memfokuskan pada hubungan percintaan yang dijalani oleh si salesman dengan
seorang wanita yang dicintainya.
“Love and Other Drugs” ber-setting waktu pada tahun 1996 ketika
Jamie Randall (Jake Gyllenhaal) mulai bekerja di Pfizer, sebuah perusahaan
distributor obat-obatan. Jamie adalah seorang laki-laki yang berjiwa
pemberontak dan suka bertindak sesuai dengan kehendaknya sendiri. Selama ini ia
bekerja dengan mengandalkan ketampanan dan pesona fisiknya. Termasuk ketika
menjalani pekerjaan barunya sebagai penjual obat. Pada suatu saat ketika ia
sedang melakukan pekerjaannya, di rumah sakit ia bertemu dengan Maggie Murdock
(Anne Hathaway). Maggie adalah wanita cantik yang merupakan pasien salah satu
dokter di rumah sakit tersebut.
Somehow and someway, Maggie membuat Jamie tergila-gila padanya.
Lelaki yang terkenal playboy itu bahkan sampai mengungkapkan perasaannya kepada
Maggie. Ia mengatakan bahwa itu adalah pertama kalinya ia merasa
sungguh-sungguh sampai berani berkata cinta kepada seorang wanita. Namun
rupanya Maggie tidak ingin terikat komitmen dengan siapapun, termasuk Jamie,
walaupun sebenarnya wanita itu juga menyayanginya. Ternyata alasan dibalik itu
semua adalah karena Maggie menderita penyakit Alzheimer.
Semakin tinggi pohon, maka
semakin kencang angin bertiup. Begitu pula dengan kehidupan Jamie.
Kesuksesannya dalam karirnya berkat menjual Viagra rupanya tidak seiring dengan
perjalanan cintanya. Setelah mengetahui bahwa Maggie mengidap Alzheimer, ia
berusaha keras untuk membawa wanita itu pada pengobatan terbaik yang bisa
mereka dapatkan. Namun pada saat yang bersamaan, tuntutan karirnya juga sangat
menyita perhatian dan waktu Jamie. Lalu apa yang akan terjadi pada Jamie dan
Maggie? Sanggupkah mereka bersama setelah semua yang terjadi?
Meskipun di luarnya sosok Jamie
terlihat selalu ceria dan percaya diri akan penampilannya, sebenarnya ia adalah
pribadi yang mudah merasa minder karena sebuah kekurangan yang dimilikinya.
Namun ia selalu menutupi semua itu. Maggie adalah wanita pertama yang ia temui
yang selalu mengatakan apa yang ada dalam pikirannya. Ia sanggup menyentuh hati
Jamie karena berhasil mengetahui kekurangan Jamie tanpa membuat pria itu merasa
minder sama sekali. Hanya ketika bersama Maggie, Jamie merasa sangat nyaman
untuk menjadi dirinya sendiri. Meeting
Maggie is a life-changing for him.
Film berdurasi 112 menit ini
menuai komentar yang cukup baik. Kebanyakan dari kritik tersebut mengatakan
bahwa akting cemerlang Gyllenhaal dan Hathaway yang sanggup menampilkan chemistry yang apik antara Jamie dan
Maggie lah yang membuat film ini menjadi sangat menghibur. Bahkan Gyllenhaal
dan Hathaway memperoleh nominasi dalam ajang Golden Globe untuk penampilan
mereka dalam “Love and Other Drugs”. Film ini sangat menarik dan menghibur
untuk ditonton dikala senggang.
“Now that I’ve finally learned how
to love you, I don’t even know where to start on how to break up with you.”
–Shinhwa, Hurts
Patah hati, perpisahan dan
bayang-bayang masa lalu. Sebelum ini sudah beberapa kali saya me-review lagu tentang patah hati,
perpisahan dan bayang-bayang masa lalu yang selalu menghantui. Lalu apa yang
membuat lagu berjudul “Hurts” ini kemudian menjadi istimewa? Selain karena lagu
ini dibawakan oleh Shinhwa sang legenda, tentunya karena lagu ini memenuhi
klasifikasi sebagai sebuah lagu galau nan sendu yang bagus. Mengapa? Karena
mendengar lagu ini sanggup memeras hati, menyayat jiwa, serta memunculkan
nelangsa bagi para pendengarnya.
Lagu ini mengisahkan seseorang
yang merasakan luka yang sangat dalam akibat perpisahannya dengan orang yang
dicintainya. Paska perpisahan tersebut, ia belum sanggup lepas dari
bayang-bayang masa lalunya itu. Dalam lagu ini tergambar berbagai perasaan
dilematis yang ia alami. Mulai dari rasa kecewa, rasa frustasi, hingga
penguatan kepada dirinya sendiri untuk mengatasi keresahannya. Dalam setiap
proses dan fase yang ia lalui, ia merasakan rasa sakit. Sakit yang ditimbulkan
oleh perasaan cinta yang dalam kepada orang yang telah berpisah dengannya.
Penyebab utama mengapa seseorang
kesulitan untuk lepas dari bayang-bayang masa lalunya adalah rasa sakit yang
terlampau dalam. Keegoisan seseorang kadang menghalanginya untuk menyadari
bahwa tidak hanya dia seorang yang merasa sakit atas perpisahan tersebut. Bahwa
mungkin saja orang yang dicintainya juga tersakiti atas perpisahan mereka.
Bahwa mereka sebenarnya sama-sama menderita. “I gently lie next to you and engrave your face
in my heart, you must be suffering too.” Namun ego seseorang membuatnya
merasa bahwa ia yang paling tersakiti atas perpisahan mereka, walaupun mungkin
sebenarnya ia bukan satu-satunya. “Our
heart and lips say different things, it must be so hurtful.” Hati tak ingin
berpisah, namun apa daya mulut mengharuskannya untuk melepaskan sang kekasih.
Hal itu menimbulkan luka yang teramat sangat.
Hari-hari setelah perpisahan
dengan orang dari masa lalunya itu ia jalani dengan tertatih. Setiap saat ia
selalu berusaha menguatkan dirinya untuk dapat bertahan dan melalui
kesendiriannya. “I tell myself, ‘Please
don’t weaken again,’ So that the ink and tears that have spread in my heart
could dry up. You break me like a fist of ash. So I can let go of you within.”
Apabila orang yang dicintainya ingin pergi meninggalkannya, maka ia berharap
orang itu akan pergi begitu saja. Pergi tanpa meninggalkan luka dan kesedihan
baginya. Pergi tanpa memunculkan kegalauan padanya. Hanya pergi begitu saja,
membawa semua kenangan yang mereka miliki bersama hingga tidak menghantuinya. “It’s my last wish, please just go.”
Terkadang setelah perpisahan
terjadi, muncul semacam rasa bersalah dan menyesal atas segala perkataan maupun
perbuatan yang ia lakukan ketika terbawa emosi. Semua orang pasti menginginkan
sebuah perpisahan yang baik-baik. Namun ketika itu terjadi, biasanya orang
cenderung terbawa amarah atas rasa kecewa mereka. Sehingga ini menyebabkannya
mengucapkan kata-kata yang mungkin kelak akan disesalinya. “I turned my head coldly, in the words that I have thrown mindlessly, while
they weren’t our honest feelings. Words that we couldn’t fetch back have torn
each others hearts. ‘I don’t love you anymore, I hope you to
be happy with that person.’” Kata-kata yang waktu perpisahan itu
terjadi meluncur keluar begitu saja tanpa dipikirkan secara matang terlebih
dahulu.
“Even if I smile, I can’t smile when I’m caught in our memories.”Ada kalanya kenangan
datang menyergapnya. Ketika hal itu terjadi, ia bahkan tidak sanggup menutupi
kesakitannya dengan senyuman. “I couldn’t
see anything because of the tears that have filled up. What was the beginning
of the cause? I kept thinking about it. I didn’t know I was wrong. Because of
my greed, now you’re gone. And I want you back.” Semakin waktu berjalan,
semakin ia memikirkan sebab perpisahannya dengan kekasihnya dulu. Semakin ia
berpikir, semakin ia menyalahkan dirinya sendiri atas perpisahannya tersebut.
Semakin ia menyalahkan dirinya sendiri, semakin ia menginginkan untuk dapat
kembali bersama dengan orang yang dicintainya.
Meskipun demikian, sesungguhnya
ia tidak pernah berharap untuk terjebak dalam masa lalu. Entah mengapa, dalam
lagu ini walaupun dia digambarkan sangat menginginkan untuk dapat kembali
bersama orang dicintainya, digambarkan juga bahwa dia sangat menginginkan untuk
dapat melupakan masa lalunya dan melangkah maju. Namun langkahnya selalu
tersendat oleh rasa sakit yang muncul setiap kali kenangan masa lalunya datang.
Rasa sakit karena mantan kekasihnya ingin berpisah dengannya justru ketika ia
mulai tahu bagaimana rasanya mencintai, sakit karena ia tidak tahu harus mulai
dari mana untuk belajar menjalani perpisahan tersebut. Mungkin karena suatu
sebab tertentu, atau karena rasa sakit yang terlampau dalam itulah, ia tidak
dapat kembali kepada mantan kekasihnya, walau sebenarnya dia ingin. “I shovel all the snow that has piled up to
my heart all night. I take off the smiling clown make-up. I
empty the trash folder that can’t retrieve back. A maze, I pray that someone
will scoop me up.” Pada akhirnya ia akan berusaha membersihkan sisa-sisa
kenangan yang ada di kepala dan hatinya, dan ia berharap suatu saat nanti akan
dapat keluar dari labirin kenangan yang menyiksa itu.
Kalimat paling terakhir dari lagu
ini yang dinyanyikan oleh Hyesung adalah kalimat pamungkas yang sangat sakti. “We can’t live in the past.” Dia harus
melangkah maju dan melanjutkan kehidupannya. Terkungkung dalam pusaran masa
lalu tak akan membawa waktu berputar kembali. Waktu terus berjalan, karena itu
dia harus tetap tersadar. Biarlah kenangan atas luka dan cinta datang
menyergapnya malam ini, namun ketika pagi tiba ia akan melangkah pergi.
Meskipun orang yang ia cintai tak akan pernah tergantikan oleh siapapun, ia
harus merelakannya pergi. Hanya dengan melepaskan segala sakit dan benci di
hati, hanya dengan belajar untuk memaafkan, maka langkahnya akan menjadi jauh
lebih ringan di kemudian hari. Ya, karena kita tidak dapat hidup di masa lalu.
Sesungguhnya kalimat pamungkas
ini mengandung dua makna alias ambigu. Makna pertama adalah seperti yang telah
dijabarkan di atas, yaitu bahwa kita harus meninggalkan masa lalu dan melangkah
maju, tanpa orang tersebut. Namun dalam kalimat tersebut juga terkandung makna
lainnya. Makna kedua adalah bahwa kita tidak dapat hidup dalam kubangan
kesalahan dan kekecewaan di masa lalu. Maka apabila kita kembali bersama dengan
orang yang kita cintai itu, kita harus meninggalkan segala luka di belakang dan
tidak mengungkitnya kembali. Ketika kita kembali padanya, maka kita harus
memulai sesuatu yang baru dan lebih baik, tanpa menoleh ke belakang lagi dan
hanya menjadikan masa lalu sebagai pelajaran.
“Hurts” adalah sebuah lagu pop ballad yang merupakan salah satu lead single dari album terbaru Shinhwa,
“The Return”. Lagu ini ditampilkan dalam berbagai comeback stage mereka beserta dengan lead singleKorea.
Lagu ini menonjolkan karakter suara masing-masing personel Shinhwa yang kuat
dan charming. Bahkan setelah 14 tahun
lamanya mereka berkecimpung di dunia musik Korea, kemampuan vokal mereka tidak
mengalami penurunan, justru semakin terdengar matang. lainnya, “Venus”, dalam program-program acara musik di
stasiun televisi
Jun Jin dan Andy masing-masing
membawakan bagian rap mereka dengan
manis. Apalagi bagian rap Eric,
suaranya terdengar dalam dan berat, sangat seksi. Suara Minwoo terdengar
sempurna dalam setiap bagiannya. Begitu juga dengan suara Dongwan pada seluruh
bagian yang ia nyanyikan, terutama bagian “I
don’t want nobody else but you”. Tentu saja yang paling menggetarkan hati
adalah suara merdu Hyesung. Terutama ketika ia menyanyikan bagian “Majimag butagiya jebal geunyang gajwo”
dan kalimat terakhir “We can’t live in
the past”. Sungguh meluluhkan hati. This
song has a deep meaning, and covered with a bittersweet melody and charming
voices. “Hurts” is a heart-breaking
ballad song, a nice and perfect one from the living legend, Shinhwa.
“When the morning comes, I will
probably wake up from this sweet dream
and leave. I don’t want nobody else but you. But I need to let you go.”
–Shinhwa, Hurts
* Ditulis sambil mendengarkan
lagu “Hurts” oleh Shinhwa. Ketika membuka daftar lagu di album terbaru Shinhwa,
entah mengapa saya langsung tertarik untuk mendengar lagu ini, mungkin karena
judulnya yang catchy, “Hurts”. Ketika
pertama kali saya mendengarkan lagu ini, saya langsung jatuh cinta. Dan benar
saja, sesuai dugaan saya, lagu ini merupakan salah satu lagu andalan dalam
album terbaru Shinhwa. :’)
* Lirik lagu “Hurts”. Lirik lagu
berupa romanisasi dari Bahasa Hangul Korea, beserta dengan translasinya
ke dalam Bahasa Inggris.
“Salmyeosi yeope nuwo
ni eolgul gaseume saegyeo neo yeogsi himdeultende
(I gently lie next to you and engrave your face
in my heart, you must be suffering too) Gonhi jamdeun eolgullo haengbokan
kkumeul kkuneun
(With a sleeping face, you’re dreaming a happy dream)
Neo useodo useojiji
anha chueoge sarojabhil ttae (Even if I smile, I can’t smile when I’m
caught in our memories)
Achimi oji
anhasseumyeon neol bonael su eobtge
(I wish the morning not come, so I don’t have to let you go)
And it hurts, and it hurts so bad
Uri maeumgwa ibsureun seoro dareun mareul haneunde apahaltende (Our heart and lips say different
things, it must be so hurtful)
And it hurts, and it hurts so bad
Yeongwonhi nae
gaseumen neobakke eobseo wae moreuni (You’re always the only one in my heart,
why don’t you know?)
Neon wae moreuni, and
it hurts
(Why don’t you know? And it hurts)
Let it hurt, let it hurt, let it hurt so bad
Let it hurt, let it hurt, let it hurt so bad
“I keep going to the same place as
you just like destiny. I can feel you even just by looking at your shadow. Now
I’m going crazy because afraid of losing you.” –Shinhwa, Venus
The Emperors are back! Shinhwa, a
legendary Korean hallyu group is now coming back with their 10th
album, “The Return”. After four years
hiatus during their mandatory military services, Shinhwa releases their single titled “Venus” on March 23rd 2012, remarking
their 14th anniversary of their first debut on March 24th
1998. Shinhwa is the longest running
Korean boy band with no line-up change. Consist of six members, Eric Mun,
Lee Minwoo, Kim Dongwan, Shin Hyesung, Jun Jin, andnow Shinhwa
has returned and ready to grab their
crown back! Everyone please make a way! Andy Lee,
Venus adalah seorang dewi cinta
dan kecantikan dalam mitologi Romawi kuno. Venus juga merupakan nama dari salah
satu planet dalam tata surya yang sering digunakan untuk melambangkan kaum
wanita. Dalam lagu ini, Venus digunakan sebagai istilah untuk menyebut seorang
wanita yang kecantikannya bagaikan dewi yang turun dari surga. Apabila
diartikan secara umum, ‘Venus’ merupakan gambaran sosok ideal yang diinginkan
oleh seseorang dari lawan jenisnya. Lagu ini menggambarkan perasaan seseorang
yang telah menemukan sosok idamannya dan seketika merasa bahwa orang itu adalah
‘the one’ yang ditakdirkan baginya.
Segala perasaan mulai dari kesan
pertama ketika melihat orang tersebut, hingga perasaan yang hadir kemudian,
seluruhnya dituangkan dalam lagu ini. Apabila anda mengikuti seri novel atau
film “Twilight”, imprint, yaitu
perasaan yang terjadi ketika seorang manusia serigala bertemu dengan soulmate mereka, seperti itulah yang
tergambar dalam lagu ini. Ketika melihat orang itu sejak pertama kalinya, dia langsung
ter-imprinted. Melihat sosok orang
tersebut yang sempurna dimatanya membuatnya terpaku dan merasa seperti sedang
dalam mimpi. Kehadiran sosok itu sanggup menerangi dan melelehkan hatinya yang
beku. Perasaan ini berujung pada keinginannya untuk memiliki sosok tersebut,
serta rasa akan takut kehilangannya.
Sejak pertemuan dengan sang
‘Venus’, ia merasa itu adalah takdir mereka. Sehingga ketika
pertemuan-pertemuan mereka berikutnya, ia selalu merasa bahwa jiwa dan batinnya
terkoneksi atau memiliki chemistry
dengan sosok tersebut. Inilah yang semakin meyakinkannya bahwa sosok itu adalah
‘Venus’ yang ditakdirkan untuk bersamanya, belahan jiwanya.
“Venus” adalah sebuah lagu
elektro-pop bernuansa up beat disco dance.
Lirik lagu ini ditulis oleh Minwoo dan musiknya diaransemen oleh Andrew Nelson.
Lagu ini merupakan lead track dari
album “The Return”. Sebuah music video
(MV) untuk “Venus” dibuat dengan Kim Kwang Suk sebagai sutradaranya. Banyak
yang mengatakan bahwa tema dari album dan MV lagu ini adalah vampir modern
dengan nuansa dark. Dalam MV ini,
keenam anggota Shinhwa digambarkan tengah berada dalam kegalauan dan kerisauan
mereka masing-masing dalam mencari sosok ‘Venus’ tersebut. Sosok ‘Venus’
ditampilkan oleh seorang model wanita.
As a comeback song, “Venus” is
just perfect! Lagu ini menampilkan kemampuan vokal mereka yang tetap
enerjik dan kuat meskipun 14 tahun telah berlalu sejak debut mereka. Irama
musik yang sanggup membuat para pendengarnya ikut berdendang dan bergoyang ini
berhasil menunjukkan bahwa Shinhwa kembali dengan sesuatu yang baru dan
berbeda. Seiring dengan image mereka
yang semakin menunjukkan kedewasaan dan kematangan sebagai sunbae (senior) dalam kancah musik Korea. Koreografi dari lagu ini pun
dibuat khas Shinhwa, dengan gerakan yang seksi, rumit dan susah untuk diikuti.
Vokal, musik, serta koreografi yang matang ini membuktikan bahwa Shinhwa tidak
hanya sekadar kembali, melainkan kembali untuk menjadi yang terbaik dan
mengukuhkan tempat mereka sebagai legenda.
Sesuai dengan namanya, Shinhwa,
yang berarti mitologi Korea
kuno, mereka bagaikan sebuah mitologi yang dikenang dan diceritakan secara
turun temurun oleh berbagai generasi. Memulai debut mereka 14 tahun yang lalu
sebagai salah satu grup dalam generasi pertama Korean idols group, Shinhwa adalah pertama dan satu-satunya grup yang
bertahan lebih dari sepuluh tahun tanpa menambah atau mengurangi anggota mereka
sama sekali. Grup yang telah mengalami pasang surut dalam industri musik ini
beranggotakan enam pria. Eric sang leader,
Minwoo sebagai vokalis sekaligus dancer,
Hyesung dan Dongwan sebagai vokalis, Jun Jin sebagai rapper sekaligus dancer,
dan Andy sang maknae.
Setelah album mereka sebelumnya,
“Volume 9”, yang rilis pada tahun 2008, keenam anggota Shinhwa disibukkan
dengan proyek individual. Selama empat tahun ini kebanyakan waktu mereka
habiskan untuk menuntaskan wajib militer mereka, kecuali Hyesung yang
dihapuskan kewajibannya karena cedera permanen pada lutut yang didapatnya sejak
tahun 2001. Pada bulan Juli 2011, Shinhwa adalah grup pertama di Korea
yang memiliki rumah produksi dan manajemen artisnya sendiri, yaitu Shinhwa
Company, dengan Eric sebagai CEO, Minwoo sebagai co-CEO, serta empat anggota
lainnya sebagai pemegang saham.
Dengan Shinhwa Company, pada
bulan Maret 2012 Shinhwa merilis album terbaru mereka, “The Return”. Bulan ini
dipilih sebagai bulan kelahiran Shinhwa sekaligus menandai peringatan 14 tahun
hidupnya Shinhwa sejak mereka debut pada bulan Maret 1998. Album ini dirilis
pada tanggal 23 Maret, lalu dilanjutkan dengan konser akbar “2012 Shinhwa Grand
Tour in Seoul:
The Return” pada tanggal 24 dan 25 Maret. MV dari lagu “Venus” dirilis pada
tanggal 28 Maret, yang dilanjutkan dengan penampilan comeback stage mereka di M-Net Countdown pada 29 Maret, KBS Music
Bank pada 30 Maret dan MBC Music Core pada 31 Maret.
Kembalinya sang legenda ke dalam
kancah musik Korea
membuat decak kagum dari berbagai pihak. Banyak yang terkesima dengan
kekompakan para anggota Shinhwa dan usaha keras mereka untuk tetap dapat eksis
dalam industri musik Korea
yang sangat ketat persaingannya. Apalagi sekarang ini banyak sekali idol group yang bermunculan dan jauh
lebih muda dari mereka. Namun Shinhwa tidak kehilangan kharisma mereka. Bahkan
banyak yang menilai bahwa mereka terlihat jauh lebih matang dan seksi di usia
30-an sekarang ini.
Shinhwa rupanya tidak hanya
sekadar legenda, melainkan juga telah menjadi inspirasi bagi kebanyakan idol
group muda sekarang ini. Big Bang, 2PM, Super Junior, Beast, bahkan Girls’
Generation pun mengaku telah menjadikan Shinhwa sebagai role model atau panutan mereka. Raja dari para hallyu group saat ini, Big Bang, malah menyatakan sejak debut
mereka bahwa musik dan gaya
mereka terinspirasi dari Shinhwa. Shinhwa pun menyatakan bahwa mereka merasa
bangga atas pencapaian yang telah diraih Big Bang selama ini. Pengaruh Shinhwa
yang mengakar ini terbukti dari banyaknya idol
yang menonton comeback concert mereka
pada tanggal 24 dan 25 Maret lalu.
Great inspiration always makes great influence. Great hardship always
makes great achievement. Great passion and sincerity makes great music. Great
music makes legend. It’s amazing to see Shinhwa has made it this far in 14 years without disbanding. That’s really
incredible! Welcome back, Emperors. Shinhwa Forever!
“I got to love you, no one else
above you. 24/7 always thinking of you. Spread your wings, fly higher than the
clouds. Higher baby, let’s fly, touch the sky. No doubt that you’re one of a kind. Now let’s ride to the moon, we can own the night. Empty your heart and I’ll blow
your mind.” –Shinhwa, Venus
* Ditulis sambil mendengar lagu
“Venus” oleh Shinhwa. Sekitar 10 tahun yang lalu, saya mengenal Shinhwa dan
lagu-lagunya untuk pertama kalinya berkat sebuah serial Taiwan yang saya tonton di televisi.
I was so glad and proud for having a
chance to know them. Shinhwa is a
living legend. Shinhwa Forever!
* Lirik lagu “Venus”. Lirik
berupa romanisasi dari Bahasa Hangul Korea beserta translasinya ke dalam
Bahasa Inggris.
“Nunbusin neoui moseub
nal meomchuge hae
(Your dazzling image makes me stop in place)
Meoributeo balkkeutkkaji modu wanbyeokan geol
(From your head to your toes, everything is
perfect) Amu mal eobsi seuchideon neol
cheom bon sungan
(The moment I saw you passing by wordlessly)
You light up, light up, light up, light up
Kkumman gatasseo
(dreamer, dreamer)
(It feels like a dream (dreamer, dreamer)) Silkeu bich neoui deureseu
(angel, angel)
(I feel your breath (closer, closer)) Neoreul bureugo isseo
(I’m calling out to you)
You’re my love oh oh oh oh oh oh, Venus Eoreobuteo beorin nae momeul
nogyeo
(You melt my frozen body) Neol jabgo jabgo sipeungeol, just
say your love
(I want to catch catch you, just say your love) Neol jabgo jabgo sipeun mam, just
say your love
(My heart wants to catch catch you, just say your love)
You’re my love oh oh oh oh oh oh, Venus Ttwineun gaseumeun jigeum neol hyanghago
(My heart is beating toward you right now) Neol gajgo gajgo sipeungeol, just
say your love
(I want want you, just say your love) Neol gajgo gajgo sipeun mam, just
say your love
(My heart wants wants you, just say your love)
Hwansangjeogin neoui
areumdaum
(Your beauty is fantastic)
You’re a goddess heaven sent falling down Neomu chawoni dalla
(Your level is so different) Bigyojochado jeojubadeul
beomjoeiljido molla
(Even comparing you to anything might be a cursed sin)
Jakku neowa gateun
gosen destiny
(I keep going to the same place as you just like destiny) Neoui geurimjaman bwado nan neol
neukkyeo
(I can feel you even just by looking at your shadow) Ijen neoreul nohchilkka bwa
michil geot gata
(Now I’m going crazy because afraid of losing you)
You light up, light up, light up, light up
Dulmanui sigan
(dreamer, dreamer)
(Our time together (dreamer, dreamer)) Geu hwansang sogeseo (angel,
angel)
(In that fantasy (angel, angel)) Meomchwoseon my venus (closer,
closer)
(My Venus has paused (closer, closer)) Neoreul wonhago isseo
(I want you)
Sinbiroun your eyes
nunbusin this night
(Your eyes are so mysterious, this night is so dazzling) Ajumeon goisseo deryeogalge son
kkeute daheul ttae
(I will take you far away when the tips of our hands touch)
E-R-I-C
I got to love you, no one else above you
24/7 always thinking of you Nal gaereul pyeolchyeo gureumwiro
deo nopi naraga
(Spread your wings, fly higher than the clouds)
Higher baby, let’s fly, touch the sky No doubt that you’re one of a kind
Now let’s ride to the moon, we can own the night Ne mameul da biwobeorigo
(Empty your heart, and)
I’ll blow your mind
Unlike other girls, your outta this world Cheonsadeuldo da mureup
kkureulgeol
(Even all the angels have bowed before you) Kkumsogeman ireonaneun beob
(This can only happen in dreams) Nunape yeosini ilwojuneun geot
(A goddess has appeared in front of my eyes)
These stars all dance around you
All night I’m crazy about you
Don’t ever never leave us
You’re my love, my love Venus”