My Tutor Friend's Lesson
“Would you like me to get the star
for you?” –Jong Man (My Tutor Friend 2, 2007)
Apa jadinya bila kita sedang
belajar di sebuah negeri asing, dengan bahasa yang belum kita kuasai, tetapi
kita mendapatkan seorang pengajar bahasa yang slebor dan jahil? Itulah yang
terjadi dalam film “My Tutor Friend 2”. Film yang dirilis pada tahun 2007 ini
merupakan sekuel dari film “My Tutor Friend” yang dirilis pada tahun 2003.
Namun meskipun berjudul sama, film ini tidak memiliki keterkaitan cerita sama
sekali di dalamnya. Hanya garis besar ceritanya saja yang sama, yaitu seseorang
yang jatuh cinta kepada pengajarnya sendiri.
“My Tutor Friend 2” bercerita
tentang Junko Kitano (Lee Chung Ah), seorang gadis Jepang yang memperoleh
beasiswa belajar di Korea .
Ia mati-matian memperoleh beasiswa itu karena ingin menemui Woo Sung, mahasiswa
Korea
yang pernah belajar di Jepang dan ia kenal waktu itu. Dulu, Junko berencana
untuk mengungkapkan perasaan sukanya kepada Woo Sung ketika pria itu pulang ke Korea .
Kini setelah Junko berada di Korea ,
ia mencari Woo Sung untuk
melanjutkan usahanya dalam mengungkapkan perasaannya.
Di Korea, Junko tinggal di sebuah
rumah kos yang penghuninya laki-laki semua. Bapak kos dan teman-teman kosnya
sangat baik dan ramah kepadanya. Hanya satu orang pria, yaitu putra kandung sang
bapak kos, Heo Jong Man (Park Ki Woong), yang selalu bersikap kasar dan galak
terhadapnya. Itu terjadi karena sifat dasar Jong Man yang memang temperamen dan
tengil, ditambah lagi dengan keadaan bahwa ia harus menyerahkan kamar tidur
yang selama ini ditempatinya kepada Junko, karena Junko hanya menyukai dan
menginginkan kamar tersebut. Namun demi uang, Jong Man harus menuruti kehendak
Junko. Apalagi ayahnya juga mengancamnya.
Ternyata Jong Man dan Junko berkuliah
di tempat yang sama. Lagi-lagi demi menambah uang, ayah Jong Man alias sang
bapak kos memaksa Jong Man untuk menjadi guru privat Junko dalam mempelajari
Bahasa Korea
sehari-hari. Meskipun pada awalnya menolak mentah-mentah, pada akhirnya Jong
Man terbiasa untuk mengajari Junko dan menghabiskan waktu bersama gadis itu.
Seiring berjalannya waktu, mereka saling mengenal dan memahami satu sama lain. Bahkan
mereka saling menghibur ketika salah satu sedang memiliki masalah. Seperti saat
Junko menemukan Woo Sung dan mendapati bahwa pria itu adalah seorang lelaki
hidung belang. Serta ketika Jong Man harus menghadapi trauma masa lalunya demi
mencapai cita-citanya sebagai seorang atlet tinju.
Dengan perasaan di antara mereka
yang semakin berkembang, sanggupkah Junko dan Jong Man saling mengakuinya?
Cepat atau lambat Junko harus kembali ke Jepang, lalu bagaimana mereka akan
menjalaninya? Film komedi romantis berdurasi 125 menit ini sangat kocak dan
menghibur. Sifat Junko yang polos berpadu dengan apik dengan sifat Jong Man
yang nakal. Beberapa adegan berhasil mengocok perut dan membuat penontonnya
tertawa terbahak-bahak. Apalagi ketika Jong Man mengajari Junko istilah-istilah
kotor dan kasar dalam bahasa pergaulan Korea yang membuat dosen Junko shock. Juga ketika mereka mengikuti
sebuah kuis bersama dan berakhir dengan skor nol karena kesleboran mereka
berdua.
Entah mengapa saya sangat
tertarik dengan tokoh Jong Man dalam film ini. Meskipun dari luarnya sosok Jong
Man terlihat suka seenaknya sendiri dan menyebalkan, namun ternyata di dalamnya
ia adalah seorang yang penuh perhatian dan penyayang. Sikap Jong Man yang cuek
dan spontan ini sanggup meluluhkan hati para penonton wanita. Apalagi
penampilannya yang konyol sekaligus manis pada saat yang bersamaan. Jong Man
memang bukan tipe pria yang akan langsung kita sukai pada pandangan pertama,
atau bahkan kesan pertama. Namun ia adalah tipe pria yang akan kita sukai
seiring dengan kebiasaan, pria yang akan selalu kita harapkan untuk bertemu dan
bercanda setiap harinya, pria yang sanggup membuat kita merasa nyaman berada
bersamanya. Indeed he’s a lovable man.
Chemistry Jong Man dan Junko juga
sangat terasa dalam film ini. They’re
ridiculously sweet!
0 komentar