• Home
  • Download
    • Premium Version
    • Free Version
    • Downloadable
    • Link Url
      • Example Menu
      • Example Menu 1
  • Social
    • Facebook
    • Twitter
    • Googleplus
  • Features
    • Lifestyle
    • Sports Group
      • Category 1
      • Category 2
      • Category 3
      • Category 4
      • Category 5
    • Sub Menu 3
    • Sub Menu 4
  • Entertainment
  • Travel
  • Contact Us

footer logo

pieces of me

“Do you know what fate is? It’s building a bridge of chances with someone you love.” (My Sassy Girl, 2001)



Siapa yang tidak tahu “My Sassy Girl”? Sebuah film yang dirilis pada tahun 2001 ini sangat fenomenal dan menjadi jalan pembuka bagi perfilman Korea untuk dikenal di seluruh dunia. Film ini memulai era film-film drama romantis di Korea. Bahkan setelah lebih dari 10 tahun, film ini masih merupakan salah satu tontonan favorit yang tak lekang dimakan waktu. “My Sassy Girl” berkisah tentang cinta, pengorbanan, penantian, takdir dan jodoh, yang dikemas dalam cerita dengan alur yang manis dan segar. Cerita dalam film ini diangkat dari sebuah kisah nyata seorang bernama Kim Ho Sik yang mem-posting kisah cintanya dalam blog pribadinya, yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah novel.
Gyun Woo (Cha Tae Hyun) adalah seorang mahasiswa yang selebor dan suka bertindak seenaknya sendiri, walaupun sebenarnya ia berhati lembut. Pada suatu hari di stasiun kereta api bawah tanah, ia menolong seorang gadis cantik yang sedang mabuk (Jun Ji Hyun). Akibat menolong gadis tersebut, bajunya kotor karena terkena muntahan, badannya pegal-pegal karena menggendong si gadis, serta ia harus kehilangan uang untuk membayar sewa kamar motel si gadis. Bahkan dia sempat dipenjara selama beberapa jam akibat menolong gadis tersebut.
Kesialan Gyun Woo rupanya tidak berhenti sampai di situ. Keesokan harinya gadis itu menghubunginya lagi. Karena tidak sanggup menolak, akhirnya dimulailah petualangan Gyun Woo bersama si gadis yang galak dan ugal-ugalan tersebut. Mereka memang berpacaran, namun lebih tepatnya Gyun Woo hanya menemani si gadis sepanjang hari dan ditindas olehnya. Gyun Woo tidak dapat menolak ataupun meninggalkan gadis itu, karena ia merasa gadis itu menyimpan sesuatu. Meskipun ia selalu terlihat tersenyum bahagia di luar, ia selalu merasa bahwa gadis itu menyimpan sebuah kesedihan yang mendalam. Karena itulah Gyun Woo selalu mengabulkan apa yang diinginkan oleh gadis itu.
Rupanya si gadis belum dapat melupakan mantan kekasihnya yang telah meninggal. Gyun Woo mengetahui hal tersebut bukan dari mulut gadis itu sendiri, melainkan dari spekulasi yang ia dapatkan selama bersamanya. Sebuah spekulasi yang tepat sasaran. Mengetahui hal tersebut, Gyun Woo yang mulai jatuh cinta pada gadis itu berusaha untuk menyembuhkan lukanya dan membuatnya bahagia. Namun pada suatu hari mereka harus berpisah. Selain karena orang tua gadis itu tidak menyetujui hubungan mereka karena menilai Gyun Woo adalah seorang mahasiswa bodoh yang tak memiliki masa depan, juga karena si gadis membutuhkan waktu untuk move on dari masa lalunya.
Akhirnya mereka berdua menulis sebuah surat yang mereka kubur di dekat sebuah pohon di perbukitan. Mereka berjanji akan bertemu di sana dua tahun lagi untuk membaca surat tersebut. Selama dua tahun tersebut, Gyun Woo berusaha keras menjadi orang yang lebih baik. Ia belajar dan bekerja. Namun gadis itu tidak datang dua tahun kemudian. Gyun Woo terus menanti, tetapi ia tidak datang. Rupanya gadis itu datang setahun kemudian, karena tahun lalu ia merasa ia belum memiliki cukup kekuatan untuk menemui Gyun Woo. Setelah itu ia berusaha menghubungi Gyun Woo, namun ia tidak dapat menemukannya. Satu setengah tahun kemudian, gadis itu menemui ibu dari almarhum mantan kekasihnya. Empat setengah tahun yang lalu sang bibi ingin mengenalkannya pada seorang pria, namun gadis itu selalu menolaknya, hingga hari itu.
Memang kalau belum jodoh itu pasti kemana-mana, tetapi kalau memang jodoh tak akan kemana. Rupanya lelaki yang ingin dikenalkan oleh sang bibi sejak empat setengah tahun yang lalu adalah Gyun Woo, keponakan dari bibi tersebut, alias sepupu dari almarhum mantan kekasihnya. Empat setengah tahun yang lalu pula, Gyun Woo sedang dalam perjalanan untuk menemui sang bibi, yang katanya ingin mengenalkannya pada seorang gadis, sebelum ia akhirnya terjebak bersama si gadis yang sedang mabuk di kereta api bawah tanah. Rupanya, lelaki dan gadis yang ingin dipertemukan oleh sang bibi adalah mereka berdua.

“Aku merasa seperti telah bertemu dengan lelaki dari masa depan.” Begitulah ujar si gadis di akhir film. A really great ending with great chemistry too from the characters. Perfect! Wikipedia mencatat “My Sassy Girl” sebagai the highest grossing Korean comedy film of all time. 4,852,845 tickets were sold nationwide and 1,765,100 in Seoul over its 10 weeks in the cinemas. Film berdurasi 123 menit ini sempat dibuat remake versi Hollywood pada tahun 2008 dengan judul yang sama. Namun seperti yang dapat ditebak, versi remake tersebut gagal total. Versi originalnya lebih mampu menghanyutkan penonton dalam emosi dan menyentuh perasaan penonton. Chemistry yang ditampilkan Cha Tae Hyun dan Jun Ji Hyun juga lebih greget dibandingkan para pemeran versi Hollywood. Every original thing is better! “My Sassy Girl” is a perfect bitter-sweet romance.

Wrote by Mashita Fandia
“Building a family is a hard thing to do, but their existence will give you strength.” –cigarette smoking ghost (Hello Ghost, 2010)



Sang Man (Cha Tae Hyun) adalah seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Ia tidak merasa putus asa karena selalu sendirian dan merasa kesepian, sehingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Namun upaya bunuh dirinya selalu gagal. Hingga pada suatu hari ketika ia berhasil selamat dari usahanya untuk bunuh diri yang kesekian kali, ia mendapati bahwa dirinya dapat melihat hantu. Tiba-tiba saja ada empat arwah yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi. Seorang pria gendut perokok (Ko Chang Suk), seorang wanita yang selalu menangis (Jang Yung Nam), seorang kakek genit (Lee Moon Su), dan seorang bocah laki-laki (Cheon Bo Kun).
Karena merasa was-was dengan kehadiran para hantu tersebut, Sang Man memutuskan untuk memenuhi permintaan mereka supaya mereka cepat pergi meninggalkannya dalam damai. Hantu kakek genit memintanya mencarikan sebuah kamera tua untuk dikembalikan kepada teman sang kakek. Hantu anak kecil ingin ditemani menonton film dan membeli mainan. Hantu pria perokok ingin menyetir sebuah taksi dan pergi ke laut untuk bertamasya. Hantu wanita ingin berbelanja, memasak, serta makan malam bersama orang yang disukainya.
Permintaan keempat arwah tersebut aneh-aneh, tetapi semua mengarahkannya pada sebuah rumah sakit. Di rumah sakit itulah ia bertemu dengan Jung Yun Soo (Kang Hye Won), seorang suster cantik yang membuatnya jatuh hati. Dengan kemampuan ‘supernatural’ yang dimilikinya itu, sanggupkah Sang Man menjalani hidup sebatang karanya dengan ‘normal’? Ataukah keempat hantu tersebut lama-kelamaan menjadi ‘keluarga’ baginya? Akankah ia dapat mengungkapkan perasaannya pada Yun Soo? Film “Hello Ghost” memiliki jalan cerita yang sulit ditebak akhirnya. Film berdurasi 111 menit ini bahkan mempunyai sebuah kejutan di bagian akhir film yang sangat tidak terduga. Jawaban mengapa keempat hantu ini selalu muncul di hadapan Sang Man pun terungkap di akhir film.


Cha Tae Hyun is such a brilliant actor! I love all of his movies and he always does great act in it. The same goes for “Hello Ghost”. His performance in this movie is awesome!He’s really into it. Apalagi beberapa adegan mengharuskannya untuk melakukan monolog. Tae Hyun adalah tipikal aktor watak yang multitalenta. Ia sangat mahir membuat penonton tertawa terbahak-bahak, serta sangat jago dalam membuat penonton menangis tersedu-sedu. Apapun filmnya, dia sanggup membuat penonton terhanyut dalam kisahnya. He’s really into his character, that’s why he done it so well.
“Hello Ghost” berhasil membuat penonton mewek di akhir film berkat twisted ending-nya yang mengejutkan. Film yang dirilis pada akhir tahun 2010 ini semakin mengukuhkan kemampuan sineas Korea dalam mengaduk-aduk perasaan para penonton secara emosional. Apalagi dengan tema yang menyangkut ikatan keluarga. Sebuah ikatan yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan ikatan asmara. This movie is really worth-watching. A brilliant masterpiece!



Wrote by Mashita Fandia
“Please don’t smile at me, my knees will lose their strength.” –Ahn Soo Eun (Sad Movie, 2005)



“Sad Movie” is a first multi-plot Korean movie that I have ever seen. Because of its title I’ve prepared to see some heart breaking scenes. I even prepared a box of tissue. And those tissues are really working. This movie has successfully made me dry my tears. It contains four different stories between eight different people with different relationships. Melalui film ini Korea kembali membuktikan bahwa para sineasnya memang juara dalam membuat film yang sanggup menguras air mata.

Ahn Soo Jung (Im Soo Jung) adalah seorang penyiar berita khusus tranlasi ke dalam gerakan tangan untuk penonton bisu-tuli. Ia telah lama berpacaran dengan Lee Jin Woo (Jung Woo Sung), seorang pemadam kebakaran yang dulu menyelamatkan nyawa adik perempuannya. Soo Jung telah lama menanti Jin Woo untuk melamarnya, seiring dengan rasa takutnya terhadap profesi Jin Woo yang bertaruhkan nyawa. Sementara Jin Woo masih menunggu momen yang tepat untuk melamar Soo Jung.
Ahn Soo Eun (Shin Min Ah) adalah adik perempuan Soo Jung yang dulu diselamatkan oleh Jin Woo. Akibat peristiwa itu, sebuah luka bakar yang cukup besar menodai wajah cantiknya. Gadis bisu-tuli ini bekerja di taman hiburan sebagai gadis boneka yang menghibur para pengunjung dengan kostumnya. Ia jatuh cinta pada seorang pelukis jalanan yang selalu datang ke taman hiburan tersebut, Sang Gyu (Lee Ki Woo). Sang Gyu ingin melukis wajah asli Soo Eun, namun karena merasa minder dengan wajahnya, ia tidak mau melepaskan topeng bonekanya di hadapan Sang Gyu.

Yeom Joo Young (Yeom Jung Ah) adalah seorang wanita karir yang selalu sibuk bekerja hingga larut malam sehingga tidak sengaja menelantarkan anak laki-lakinya, Park Hee Chan (Yeo Jin Gu). Hingga pada suatu hari ia mengalami sebuah kecelakaan mobil yang membuatnya harus menetap di rumah sakit. Keadaan sakit ini rupanya memberi kesempatan pada Joo Young untuk memperbaiki hubungannya dengan putranya. Namun ketika hubungan mereka mulai membaik, Joo Young didiagnosa mengidap penyakit kanker.
Jung Ha Suk (Cha Tae Hyun) adalah seorang pemuda pengangguran yang telah menjalin kasih selama tiga tahun dengan Choi Suk Hyun (Son Tae Young). Karena merasa hubungan mereka tidak mengalami perkembangan, serta ia membutuhkan seorang pasangan yang mapan, Suk Hyun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Ha Suk. Namun Ha Suk tidak menyerah. Terinspirasi oleh sebuah kejadian yang ia alami, ia akhirnya membuka usaha sebagai ‘agen perpisahan’, dimana ia bertindak sebagai seorang perantara penyampai pesan perpisahan karena orang yang bersangkutan tidak sanggup mengatakannya sendiri.
Pada akhirnya, apakah Jin Woo berhasil melamar Soo Jung? Apakah Soo Eun memperlihatkan wajahnya kepada Sang Gyu? Sanggupkah Hee Chan menerima kenyataan bahwa ibunya sakit keras? Sanggupkah Ha Suk mempertahankan hubungannya dengan Suk Hyun? Temukan semua jawabannya dalam film “Sad Movie” yang dirilis pada tahun 2005 ini. Film berdurasi 108 menit ini menuai sukses di Korea pada waktu itu berkat daftar pemainnya yang unggulan. Terbukti dengan terlihatnya kemampuan akting mereka yang sangat baik dalam film sedih ini.

“A little baby cries every night. The poor mother can’t do anything to him but crying outside the house so that her baby can’t hear it. Every night, the baby cries inside the house, while I cry outside.  And I whisper, please don’t be sick my baby, I love you.” –Yeom Joo Young (Sad Movie, 2005)

Wrote by Mashita Fandia
“He wants to find you and get you back, but can you stay by my side? Without you, I won’t be able to sing anymore.” –Eun Gyu (Do Re Mi Fa So La Ti Do, 2008)



Far from its catchy and cute title, “Do Re Mi Fa So La Ti Do” is a bit sad movie about a girl whose love is torn between two best friend guys. Jung Won (Cha Ye Ryun) is a tough high school girl who has many side jobs. Ketika bekerja menjadi seorang penghibur anak-anak di taman hiburan, ia mengenakan kostum naga hijau besar. Saat itu seorang pemuda mengganggunya. Sebagai balasannya, ia mengguyur kepala pria itu dengan air soda. Ternyata pria itu adalah tetangga barunya yang bernama Eun Gyu (Jang Geun Suk). Eun Gyu is a rebellious high school boy who has a side job as a vocalist and guitarist of a band called Doremifasolatido. Semenjak pertemuan tersebut, takdir Jung Won dan Eun Kyu saling bertautan satu sama lain.
Perlahan-lahan, perasaan lebih mulai timbul di antara mereka berdua. Hingga pada suatu hari ketika Jung Won mengikuti Eun Gyu ke tempat latihan band-nya, ia bertemu dengan Hee Won (Jung Eui Chul), yang merupakan teman se-band Eun Gyu. Rupanya Hee Won adalah mantan sahabat Jung Won. Mereka telah bersama selama sepuluh tahun, hingga pada suatu saat tiga tahun yang lalu, Jung Won menjadi memberi kesaksian pada polisi dalam kasus tabrak lari dimana pelakunya adalah ayah Hee Won. Ayah Hee Won kemudian dipenjara dan ibunya jatuh sakit karena depresi berat. Hal ini membuat Hee Won membenci Jung Won dan untuk membalas dendam ia mengirimkan teman-teman berandalannya untuk memukuli Jung Won hingga gadis itu sekarat dan nyaris mati.
Setelah tiga tahun lamanya tidak bertemu, Jung Won dan Hee Won dipertemukan kembali. Hee Won kini menyadari bahwa selama ini ia sangat kesepian dan lelah karena bukan hanya kehilangan keluarganya, melainkan juga sahabatnya sendiri. Ketika ia akhirnya menyadari bahwa ia masih menyayangi Jung Won, gadis itu telah memberikan hatinya untuk Eun Gyu, lelaki yang sangat mencintainya dan selalu ingin melindunginya. Namun di satu sisi, Jung Won masih memendam rasa iba dan bersalah yang sangat dalam terhadap mantan sahabatnya itu. Lalu manakah yang akan Jung Won penuhi? Menuntaskan rasa bersalahnya, ataukah memenuhi hasrat cintanya? Film berdurasi 105 menit ini menyajikan sebuah twisted ending yang tak terduga.
Bukan film Korea namanya bila tidak menyajikan kisah cinta yang manis dan penuh makna. Meskipun film ini secara keseluruhan adalah film yang sedih, namun tetap terdapat beberapa adegan manis dan lucu di dalamnya yang sanggup membuat para penonton tersenyum bahkan tergelak. Sebagian besar jalan cerita dalam film ini berhasil memeras air mata. Itulah kekuatan film drama romantis Korea, bukan mengutamakan skin ship ataupun seks, melainkan terletak pada hubungan emosional yang dibangun oleh para tokohnya. Tidak hanya koneksi antara kekasih dan sahabat, namun juga koneksi antara saudara yang dibangun dengan apik dalam film ini. Adik laki-laki Jung Won walaupun sangat jahil dan nakal, tetapi ia bersikap sangat protektif pada kakak perempuannya karena ingin melindunginya.

Meskipun alur cerita agak terkesan dipaksakan (mungkin karena diangkat dari sebuah novel internet sehingga alur cerita harus dipadatkan), namun akting para pemeran dalam film ini sungguh maksimal. Terutama keempat pemeran karakter utamanya, Jang Geun Suk, Cha Ye Ryun, Jung Eui Chul, serta Im Joo Hwan yang berperan sebagai adik laki-laki Jung Won. Dalam film ini penonton dapat melihat kemampuan aktor Jang Geun Suk dalam bernyanyi dan bermain gitar, seperti yang juga ia tampilkan dalam serial “You’re Beautiful”. Film yang dirilis pada tahun 2008 ini lumayan untuk ditonton pada waktu senggang. Apalagi ketiga karakter utama prianya ganteng-ganteng sekali. ><

“At first I was so mad seeing him stand beside you, but then I felt so sad.” –Hee Won (Do Re Mi Fa So La Ti Do, 2008)

Wrote by Mashita Fandia
“If we’re meant to be together, then we’ll meet again.” –Seo Ji Woo (Finding Mr. Destiny, 2010)



Do you believe in fate? Kata orang, kalau jodoh tak akan kemana, tetapi kalau tidak jodoh ya kemana-mana. Jodoh adalah salah satu misteri terbesar Tuhan. Tidak ada manusia yang mengetahui siapa jodohnya kelak. Jodoh bisa datang dari mana saja. Kata orang, jodoh kita berada tidak jauh dari kita. Bahkan bisa saja jodoh kita sebenarnya adalah seseorang yang pernah kita temui sesaat pada suatu masa dalam kehidupan kita. Orang yang bahkan kita tidak mengingat bahwa kita pernah bertemu dengannya dulu, karena pertemuan itu terlalu singkat dan terjadi sudah lama sekali. Inilah yang diceritakan dalam sebuah film Korea berjudul “Finding Mr. Destiny”.
Seo Ji Woo (Im Soo Jung) adalah seorang stage manager pertunjukan teater drama musikal yang cuek dalam berpenampilan serta bersikap urakan. Meskipun usianya sudah cukup matang untuk menikah, Ji Woo memutuskan untuk tetap menjalani hidup sebagai wanita lajang. Bukan karena tidak laku, malahan ada pria yang berprofesi sebagai pilot yang melamarnya, namun semua itu ia tolak karena ia masih teringat pada cinta pertamanya. Han Gi Joon (Gong Yoo) adalah pria kolot dan ceroboh yang baru saja dipecat dari pekerjaannya. Karena bingung mencari pekerjaan, akhirnya ia memutuskan untuk membuka sebuah usaha pencarian cinta pertama yang telah hilang.
Melihat iklan usaha yang dijalankan oleh Gi Joon, ayah Ji Woo menyeret putrinya ke tempat itu untuk menemukan cinta pertamanya. Tadinya Ji Woo menolak ide tersebut, namun akhirnya ia pasrah karena melihat Gi Joon yang begitu bersemangat untuk membantunya mencari cinta pertamanya. Cinta pertama Ji Woo adalah seorang pria bernama Kim Jong Ok (juga diperankan oleh Gong Yoo). Mereka bertemu dalam sebuah traveling ke India sepuluh tahun yang lalu. Dari sana, petualangan Ji Woo dan Gi Joon dalam mencari cinta pertama dimulai. Ji Woo yang slebor berpadu dengan Gi Joon yang clumsy, mengakibatkan berbagai hal konyol dan kocak terjadi pada mereka selama proses pencarian. Berbagai tempat mereka datangi bersama. Hingga lama-kelamaan mereka berdua saling menumbuhkan rasa untuk satu sama lain.
Pada akhirnya, sanggupkah Ji Woo menemukan cinta pertamanya? Lalu bagaimana dengan nasib Gi Joon yang malah jatuh hati pada klien-nya sendiri? “Finding Mr. Destiny” adalah sebuah film komedi romantis yang tidak tertebak jalan ceritanya. Komedi yang dihadirkan dalam film ini sangat segar dan lucu. Berkali-kali saya dibuat terpingkal-pingkal oleh tingkah laku kedua tokoh utama dalam film ini. Film yang dirilis pada akhir tahun 2010 ini menyimpan kejutan hingga bagian paling akhir. Berkat akting brilian dari Im Soo Jung dan Gong Yoo, penonton mampu dibuat terbawa suasana manis dalam film berdurasi 112 menit ini.

“Finding Mr. Destiny” dikemas dalam sinematografi yang apik dan merupakan hiburan yang sanggup menghilangkan semua penat. Highly recommended. Trust me, it works! Sebuah cerita tentang perjalanan dalam menemukan cinta pertama dan cinta sejati. Dikemas dalam plot yang komedik tanpa mengurangi esensi ceritanya yang bermakna dalam. Film ini menunjukkan bahwa cinta pertama bukan selalu berarti orang yang pertama kita sukai. Begitu pula dengan cinta sejati. This movie tells us how fate and destiny is involved in the relationship of two strangers. So, have you find your Mr. Destiny?

“We have to try hard to catch our love, and then we could call it a fate.” (Finding Mr. Destiny, 2010)

Wrote by Mashita Fandia
“When I look at him I feel breathless, but he never once looked at me.” –Ji Hye (The Classic, 2003)



Do you believe in fate? If two people are destined to be together, no matter what comes between them, they’ll be together after all. If two souls are destined to love each other, whether it is in this lifetime or in another life, those souls will be longing for each other. This story is told perfectly in a Korean movie called “The Classic”. Ini adalah salah satu film Korea yang sukses dalam memainkan emosi penontonnya. “The Classic” bercerita tentang kisah cinta dua generasi, kisah cinta sang ibu dan kisah cinta si anak yang memiliki kemiripan serta saling terkait satu sama lain.
Ji Hye (Son Ye Jin) adalah seorang gadis yatim piatu yang menyukai teman kuliahnya, Sang Min (Jo In Sung). Sang Min adalah seorang mahasiswa tampan dan populer yang disukai banyak wanita, termasuk sahabat Ji Hye sendiri. Sahabat Ji Hye meminta pertolongan pada Ji Hye untuk menuliskan e-mail kepada Sang Min atas namanya. Sementara Ji Hye hanya sanggup memendam perasaannya untuk Sang Min. Pada suatu hari, Ji Hye menemukan surat-surat cinta dan buku harian yang disimpan oleh almarhum ibunya. Ia pun menemukan kisah cinta ibunya dulu tak seindah yang selama ini ia bayangkan.
Sang ibu, Joo Hee (juga diperankan oleh Son Ye Jin), ketika masih SMA dulu menjalin hubungan cinta yang tidak direstui oleh orang tuanya dengan Joon Ha (Jo Seung Woo). Mereka bertemu saat liburan musim panas di sebuah desa tempat kakek Joo Hee tinggal. Ketika kembali ke sekolah, yang kebetulan mereka bersekolah di kota yang sama, Joo Hee dan Joon Ha bertemu kembali. Namun kondisi ini lebih rumit karena sahabat Joon Ha, Tae Soo (Lee Ki Woo) ternyata adalah pria yang dijodohkan dengan Joo Hee oleh kedua keluarga mereka. Karena tidak mengetahui hubungan Joon Ha dan Joo Hee, Tae Soo dengan polosnya meminta Joon Ha untuk menuliskan surat-surat cinta kepada Joo Hee atas namanya.



Kedua kisah cinta sang ibu dan si anak tersebut saling berparalel. Lalu bagaimana kah akhir dari kerumitan kedua kisah tersebut? Siapakah sebenarnya ayah dari Ji Hye, Joon Ha ataukah Tae Soo? “The Classic” adalah sebuah film drama romantis yang sangat layak untuk ditonton. Selain jalan cerita yang unik dan alurnya yang maju-mundur tanpa membingungkan penontonnya, film ini juga menampilkan sinematografi yang apik dan indah. Beberapa shot landscape pemandangan Korea terlihat sangat cantik dalam film ini. Detail-detail kecil pun sangat diperhatikan dalam film ini, seperti lokasi yang mengalami perubahan signifikan dari jaman generasi masa lampau hingga jaman generasi masa kini. Selain itu, yang terpenting adalah, film ini memiliki efek kejut yang luar biasa. Ada beberapa surprise yang sanggup membuat para penonton tercengang ketika mengetahuinya.



“The Classic” juga memiliki twisted ending yang sangat menggugah dan mengharukan. Film yang dirilis pada tahun 2003 ini di satu sisi menghadirkan adegan-adegan romantis yang ringan namun tetap menyentuh hati dan membuat tersenyum para penontonnya. Di sisi lain, film berdurasi 127 menit ini menyajikan beberapa adegan yang sanggup menguras air mata para penontonnya. Kisah cinta Joon Ha dan Joo Hee yang polos dan penuh chemistry ketika mereka masih SMA sangat memeras hati dan perasaan. Apalagi ketika mereka bertemu lagi setelah Joon Ha bergabung dengan militer dan pergi berperang. Kedua kisah cinta dalam film ini identik dengan adegan hujan. Joon Ha dan Joo Hee basah kuyup kehujanan ketika mereka pergi bermain bersama untuk pertama kalinya di desa. Begitu juga dengan Ji Hye dan Sang Min yang kehujanan bersama di kawasan kampus mereka. Film ini dibalut dengan lagu-lagu dan musik yang indah yang sanggup membantu penonton dalam menghayati setiap adegan didalamnya. Over all, this movie is so worth watching.

“When the sun shines on the sea, I think of you. When the dim moonlight is on the spring, I think of you.” –Joon Ha (The Classic, 2003)



Wrote by Mashita Fandia
-->
“I’m singing my blues. I’m getting used to the blue tears, the blue sorrow.” –Big Bang, Blue



Blue is my favorite colour. I’m not sure since when I began to like blue, but as long as I remember, blue has always been my favorite. Indeed, blue is a sign of a mellow feeling. Warna biru memang melambangkan sesuatu yang sejuk dan segar. Namun ketika warna biru digunakan untuk menggambarkan sebuah perasaan, maka persepsi yang muncul adalah perasaan sendu. A blue feeling. Somehow, blue represents those kinds of feelings of sadness and pain. Inilah yang menginspirasi sebuah lagu terbaru dari Big Bang, “Blue”. Segala perasaan yang membuat hati menjadi biru tergambarkan dalam lagu yang sendu ini. “Blue” is an electronic ballad song which starts off with soft piano and acoustic guitar that blends very well together.
“Blue” mengisahkan tentang sebuah kesedihan mendalam yang dirasakan oleh seseorang. Kesedihan itu disebabkan oleh hancurnya hubungan yang ia jalin dengan orang yang dicintainya. Kondisi yang rumit di antara ia dan orang yang dicintainya itulah yang semakin menambah rasa sedihnya. Ia masih sangat mencintai orang tersebut, namun tidak semudah itu untuk kembali bersama, karena kondisi yang telah terlampau rumit di antara mereka. “We withered away and our hearts are torn from the yesterday. I’m losing my grip on the love that I sent away.” Perpisahan mereka, perasaan yang masih ada, persoalan yang belum terselesaikan, kerumitan kondisi yang tak mudah diuraikan, menimbulkan sebuah perasaan haru dan sendu. A blue feeling.
Apabila perasaan yang dirangkai begitu dalam, maka perpisahan yang buruk akan menyisakan luka yang dalam pula. “I’m leaving you with just a word, I know it’s selfish. But I’m hiding it because I’ve never been that good with words. Cruel breakup is like the end of the road of love.” Namun sebuah perpisahan memang tak dapat dihindari jika dua orang sudah tidak sanggup bersama, walaupun mereka masih saling mencintai. Karena sebuah hubungan tidak hanya berdasarkan cinta semata, melainkan juga kepercayaan, pengertian, dan hal-hal prinsipil lainnya. Ketika salah satu hal prinsipil itu ternodai, maka akan sulit untuk memulihkannya kembali. “Trauma has been carved in my head. When all is said and done, I’ll dry my tears and think of what we were. I’m neither painful nor lonely, happiness is all self-talk. I can’t stand your complicated run around.”
“I was born and I met you, and I have loved you to death. Even with my eyes closed, I can’t feel you. Even if you have left, I’m still here.” Mereka masih saling menyayangi, memang itu benar, lalu apa? Ibarat sebuah vas bunga yang telah pecah, walaupun direkatkan kembali, bekas retakan itu akan selalu ada. Begitulah hubungan mereka. Kondisi membuat mereka terjebak dalam keterombang-ambingan yang tak pasti dan belum jelas akhirnya. Ingin lepas dari satu sama lain, namun tak sanggup. Ingin kembali bersama, namun tak bisa. Keadaan itu kemudian menimbulkan a blue feeling. “Even tonight, underneath that blue moonlight we’re thinking what went wrong. I will probably fall asleep alone, but you always know that even in my dreams, I look for you and wander around while singing this song. I’m singing my blues.” Sehingga pada akhirnya mereka mulai terbiasa menjalani hidup dengan hati yang biru.


“Blue” merupakan single hits pertama Big Bang dari mini album ke-5 mereka yang bertajuk “Alive”. Lagu ini merupakan lagu pertama yang dirilis ke dalam bentuk music video pada bulan Februari tahun 2012. Hebatnya, dalam tempo kurang dari satu jam sejak lagu ini dirilis, “Blue” mencapai puncak seluruh tangga lagu di Korea, an “all-kill” in just less than an hour after released, daebak! Tidak hanya itu, peraih MTV Europe Music Awards 2011 untuk kategori Best Worldwide Act Award as representatives of Asia-Pacific ini membuktikan posisinya sebagai raja dari Korean hallyu group dengan melakukan perfect all-kill di seluruh tangga lagu Korea hanya dengan satu lagu. Pada situs Youtube, “Blue” berhasil meraih 2 juta penonton hanya dalam waktu 24 jam saja. Bahkan Wikipedia menyatakan, “When the ‘Alive’ mini-album was released onto iTunes, it went up to hit the iTunes Top Albums Chart at #5 in the US and #7 in Canada.” Ini membuktikan bahwa Big Bang telah sukses secara internasional. Album ini juga berhasil masuk ke dalam peringkat 200 besar Billboard US internasional. Menempati posisi 150, membuat Big Bang menjadi artis Korea dengan album berbahasa Korea pertama yang berhasil memasukkan albumnya ke dalam US Billboard. Amazing!



“Blue” membawa harmonisasi yang kuat sebagai lambang kesedihan dan keterpurukan. Kekuatan lagu ini terletak pada liriknya yang mampu menyentuh hati dan memunculkan perasaan haru pada setiap pendengarnya. Lirik lagu ini ditulis sendiri oleh personel Big Bang, GD dan TOP. Selain itu, vokal kelima anggota Big Bang juga terdengar sangat merdu yang mampu menenggelamkan para pendengar ke dalam kesenduan lagu ini. GD, the leader, both of his original voice and rap voice are so damn good. He sings the back-voice chorus part and verse 1 part nicely. While Seungri, the maknae, his charming voice is so great in chorus part. Taeyang’s voice in bridge part is also cool. A deep and melancholic rap voice of the lead rapper, TOP, in verse 2 is sounded wonderful. But most of all, I really love Daesung's part in verse 1. His voice is perfectly sweet and touching. Suara mereka dibalut dengan musik bertempo slow namun tetap bernafaskan dance pop ini secara keseluruhan terdengar sempurna. Saking sendunya, bahkan mereka yang tidak paham Bahasa Korea pun sanggup merasakan dan memaknai bahwa lagu ini adalah lagu yang menceritakan tentang kesedihan. Their music video is great, really representing the feeling of blue. Their live performances are also great as usual. Touching song and perfect voices, what a great comeback from the Kings. Everyone please make a way, the Kings are back!

“Watch the curtains closing drop down low, too bad now I got nothing to show.” –Big Bang, Blue





“Gyeouri gago bomi chajaojyo urin sideulgo
(The winter’s gone and the spring has come)
Geurium soge mami meongdeureotjyo
(We withered away and our hearts are torn from the yesterday)
I’m singing my blues
Paran nunmure paran seulpeume gildeullyeojyeo
(I’m getting used to the blue tears, the blue sorrow)
I’m singing my blues

Ddeungureume nallyeobonaen sarang oh oh
(I’m losing my grip on the love that I sent away, oh oh)

Gateun haneul dareun got neowana wiheomhanikka
(We’re looking up into the same old skies from two further different places)
Neoegeseo ddeonajuneun geoya nimiran geuljae jeomhana
(I’m leaving you with just a word, I know it’s selfish)
Bigeobhajiman naega motna sumneun geoya
(But I’m hiding it because I’ve never been that good with words)
Janinhan ibyeoreun sarangui mallo
(Cruel breakup is like the end of the road of love)
Geu eoddeon maldo wiro dwel suneun eobtdago
(Nothing can comfort me, perhaps this is our final scene)
Ama nae insaengui majimak mello magi naeryeo oneyo ije
(Watch the curtains closing drop down low, too bad now I got nothing to show)

Tae eonaseo neol mannago jugeul mankeum saranghago
(I was born and I met you, and I have loved you to death)
Parake muldeureo sirin nae maeum
(My cold heart that has been dyed blue)
Nuneul gamado neol neukkil su eobtjanha
(Even with my eyes closed, I can’t feel you)

Simjangi meojeun geot man gata
(I feel like my cold heart has stopped beating)
Jeonjaengi ggeutnago geu gose eoreo buteun neowana
(You and I are so far apart, we’re frozen there after a war)
Nae meorissok saegyeojin trauma
(Trauma has been carved in my head)
I nunmul mareumyeon chokchokhi gieokhari nae sarang
(When all is said and done, I’ll dry my tears and think of what we were)
Gweropjido oeropjido anha haengbogeun da honjatmal
(I’m neither painful nor lonely, happiness is all self-talk)
Geu isange bokjaphan geon mot chama
(I can’t stand your complicated run around)
Daesurobji amureojido anha byeolsueobtneun banghwang
(It’s no big deal and I don’t care if you ain’t there for me now)
saramdeureun watda ganda
(People come and go in a downtown)

Tae eonaseo neol mannago jugeul mankeum saranghago
(I was born and I met you, and I have loved you to death)
Parake muldeureo sirin nae maeum
(My cold heart that has been dyed blue)
Neoneun ddeonado nan geudaero itjanha
(Even if you have left, I’m still here)

Oneuldo paran jeo dalbicharae e na hollo
(Even tonight, underneath that blue moonlight we’re thinking what went wrong)
Jami deulgetjyo
(I will probably fall asleep alone)
Ggumsogeseodo nan geudaereul chaja
(But you always know that even in my dreams, I look for you)
Hemaeimyeo i noraereul bulleoyo
(And wander around while singing this song)”
Wrote by Mashita Fandia
“Would you like me to get the star for you?” –Jong Man (My Tutor Friend 2, 2007)



Apa jadinya bila kita sedang belajar di sebuah negeri asing, dengan bahasa yang belum kita kuasai, tetapi kita mendapatkan seorang pengajar bahasa yang slebor dan jahil? Itulah yang terjadi dalam film “My Tutor Friend 2”. Film yang dirilis pada tahun 2007 ini merupakan sekuel dari film “My Tutor Friend” yang dirilis pada tahun 2003. Namun meskipun berjudul sama, film ini tidak memiliki keterkaitan cerita sama sekali di dalamnya. Hanya garis besar ceritanya saja yang sama, yaitu seseorang yang jatuh cinta kepada pengajarnya sendiri.
“My Tutor Friend 2” bercerita tentang Junko Kitano (Lee Chung Ah), seorang gadis Jepang yang memperoleh beasiswa belajar di Korea. Ia mati-matian memperoleh beasiswa itu karena ingin menemui Woo Sung, mahasiswa Korea yang pernah belajar di Jepang dan ia kenal waktu itu. Dulu, Junko berencana untuk mengungkapkan perasaan sukanya kepada Woo Sung ketika pria itu pulang ke Korea. Kini setelah Junko berada di Korea, ia mencari Woo Sung untuk melanjutkan usahanya dalam mengungkapkan perasaannya.
Di Korea, Junko tinggal di sebuah rumah kos yang penghuninya laki-laki semua. Bapak kos dan teman-teman kosnya sangat baik dan ramah kepadanya. Hanya satu orang pria, yaitu putra kandung sang bapak kos, Heo Jong Man (Park Ki Woong), yang selalu bersikap kasar dan galak terhadapnya. Itu terjadi karena sifat dasar Jong Man yang memang temperamen dan tengil, ditambah lagi dengan keadaan bahwa ia harus menyerahkan kamar tidur yang selama ini ditempatinya kepada Junko, karena Junko hanya menyukai dan menginginkan kamar tersebut. Namun demi uang, Jong Man harus menuruti kehendak Junko. Apalagi ayahnya juga mengancamnya.
Ternyata Jong Man dan Junko berkuliah di tempat yang sama. Lagi-lagi demi menambah uang, ayah Jong Man alias sang bapak kos memaksa Jong Man untuk menjadi guru privat Junko dalam mempelajari Bahasa Korea sehari-hari. Meskipun pada awalnya menolak mentah-mentah, pada akhirnya Jong Man terbiasa untuk mengajari Junko dan menghabiskan waktu bersama gadis itu. Seiring berjalannya waktu, mereka saling mengenal dan memahami satu sama lain. Bahkan mereka saling menghibur ketika salah satu sedang memiliki masalah. Seperti saat Junko menemukan Woo Sung dan mendapati bahwa pria itu adalah seorang lelaki hidung belang. Serta ketika Jong Man harus menghadapi trauma masa lalunya demi mencapai cita-citanya sebagai seorang atlet tinju.
Dengan perasaan di antara mereka yang semakin berkembang, sanggupkah Junko dan Jong Man saling mengakuinya? Cepat atau lambat Junko harus kembali ke Jepang, lalu bagaimana mereka akan menjalaninya? Film komedi romantis berdurasi 125 menit ini sangat kocak dan menghibur. Sifat Junko yang polos berpadu dengan apik dengan sifat Jong Man yang nakal. Beberapa adegan berhasil mengocok perut dan membuat penontonnya tertawa terbahak-bahak. Apalagi ketika Jong Man mengajari Junko istilah-istilah kotor dan kasar dalam bahasa pergaulan Korea yang membuat dosen Junko shock. Juga ketika mereka mengikuti sebuah kuis bersama dan berakhir dengan skor nol karena kesleboran mereka berdua.

Entah mengapa saya sangat tertarik dengan tokoh Jong Man dalam film ini. Meskipun dari luarnya sosok Jong Man terlihat suka seenaknya sendiri dan menyebalkan, namun ternyata di dalamnya ia adalah seorang yang penuh perhatian dan penyayang. Sikap Jong Man yang cuek dan spontan ini sanggup meluluhkan hati para penonton wanita. Apalagi penampilannya yang konyol sekaligus manis pada saat yang bersamaan. Jong Man memang bukan tipe pria yang akan langsung kita sukai pada pandangan pertama, atau bahkan kesan pertama. Namun ia adalah tipe pria yang akan kita sukai seiring dengan kebiasaan, pria yang akan selalu kita harapkan untuk bertemu dan bercanda setiap harinya, pria yang sanggup membuat kita merasa nyaman berada bersamanya. Indeed he’s a lovable man. Chemistry Jong Man dan Junko juga sangat terasa dalam film ini. They’re ridiculously sweet!


Wrote by Mashita Fandia
“Before the memories become distant and fleeting, I need a time machine.” –Girls’ Generation, Time Machine



Time is the most killing machine in the world. It goes on and on, always and never goes back. We can’t ever negotiate with time, because it has no tolerance. Unfortunately, there are some things in this world that make human want to turn back the time. Two of them are unfinished business, and regret. Dalam lagu “Time Machine” yang dibawakan oleh Girls’ Generation, atau yang juga dikenal sebagai SNSD (So Nyeo Shi Dae), ini mengisahkan tentang seseorang yang ingin memutar balikkan waktu. Ia ingin kembali ke masa lalu supaya dapat bertemu dengan kekasihnya yang telah lama berpisah, menuntaskan semua persoalan yang tertunda, dan menghapus rasa sesal yang menghantui.
Waktu mengubah banyak hal. “Alone in the room that is more spacious than usual. It’s over, guess it’s over. Time slows to a crawl when I’m by myself.” Kadang, setelah terjadi perpisahan, especially the worst one, akan ada banyak hal yang berubah dan terasa berbeda. Seperti tempat yang terasa lebih luang dan waktu yang berjalan lebih lambat. Semua terasa hampa dan kosong, karena ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang telah terbiasa ada. Sesuatu yang menimbulkan kekosongan yang tak dapat terganti oleh apapun lainnya.
Waktu membawa banyak hal. Bahkan untuk sesuatu yang tak pernah kita duga sekalipun, waktu dapat bertindak sangat kejam untuk menjadikannya kenyataan. “The story created by the two of us was also in vain. I can’t believe it could crumble so easily.” Bahkan sebuah hubungan yang telah dibina dan dipertahankan selama bertahun-tahun dapat hancur berantakan dalam sekejap mata. Setelah terjadinya perpisahan, biasanya akan muncul semacam rasa menyesal. Rasa menyesal timbul akibat rasa kecewa seseorang terhadap dirinya sendiri. Karena ia merasa tidak melakukan yang terbaik di masa lalu, atau merasa telah melakukan sebuah kesalahan yang besar. “One mistake, got a one regret.”
Ada beberapa hal di dunia yang tak lekang oleh waktu. Sekuat apapun ia, ada beberapa hal yang tak dapat dihilangkan oleh waktu. Salah satunya adalah luka, waktu terkadang tak sanggup menghilangkannya, hanya membuat kita terbiasa hidup dengan luka itu. “The pain won’t heal no matter what.” Memang tak semua luka tidak bisa terhapus oleh waktu. Hanya luka yang ditimbulkan oleh perasaan yang dalam. Luka yang timbul dari rasa kecewa. Luka yang mungkin masih menimbulkan rasa penyesalan dan unfinished business. “The last words that you left behind. Even now, I can’t stop replaying the refrain. My heart still hurts.” Selain luka, yang kadang tak lekang oleh waktu adalah rasa sayang. Mungkin rasa cinta telah hilang perlahan, namun rasa sayang tetap ada dan melekat di sana, diam dan terpendam, tak pernah pergi sampai kapanpun juga. Itu bukanlah sesuatu yang dapat kita kendalikan, karena hati kita yang merasakan. “Even now, I still love you selfishly.”
Pada akhirnya, manusia hanya mampu berharap bahwa mereka memiliki sebuah mesin waktu untuk kembali ke masa yang telah lalu. “Right now, if I could ride a time machine and go to meet you, I wouldn’t wish for anything else.” Kadang keinginan untuk menemui orang yang dulu kita sayangi bukan berarti ingin kembali bersama mereka. Kadang perpisahan yang terjadi dulu menyakitkan, sehingga menyisakan beberapa persoalan yang mungkin belum terselesaikan. An unfinished business. Maka dari itu, kadang seseorang ingin kembali ke masa lalu untuk menghindari atau menyelesaikan persoalan yang belum usai itu. Untuk mengatakan segala sesuatu yang belum sempat terucapkan. Sehingga tak ada lagi penyesalan di kemudian hari. “If I’m able to meet you passing through time and space, even if it’s heading to the same conclusion, I’m sure there won’t be any regrets remaining.”


“Time Machine” merupakan salah satu lagu SNSD yang dirilis dalam Bahasa Jepang. Lagu ini termasuk dalam studio album “Girls’ Generation: The Boys Repackage” versi Jepang yang dirilis di negeri sakura tersebut pada bulan Desember tahun 2011, menyusul studio album versi Jepang mereka pertama yang bertitel “Girls’ Generation”. “Time Machine” tidak dibuat dalam versi Bahasa Korea maupun Bahasa Inggris (setidaknya untuk saat ini), namun versi original demo dari lagu ini adalah dalam Bahasa Inggris (dibawah ini saya sertakan video versi original demo lagu "Time Machine"). Pada bulan Maret 2012, sebuah video klip dirilis untuk lagu ini. Video klip yang berdurasi sekitar 5 menit ini mengambil lokasi syuting di kota Tokyo, Jepang. Berbeda dari kebanyakan video klip SNSD sebelumnya, “Time Machine” menyajikan sebuah ‘cerita’ dalam video ini. Masing-masing personel menunjukkan ekspresi kesedihan dan kesepian yang berbeda-beda. All of them are sooo good looking in the music video, and of course, they act so great too in it.
Lagu “Time Machine” ini merupakan lagu pop semi-ballads yang bertempo lebih slow dari kebanyakan lagu SNSD lainnya. Menyesuaikan dengan irama musik lagu ini, dalam music video-nya tidak ditampilkan dance yang merupakan salah satu khas dari penampilan SNSD. Namun sebagai gantinya, penonton disuguhi dengan sisi mellow dan sendu dari seluruh personel SNSD. Lima orang vokalis utama SNSD menyanyikan bagian solo dari lagu ini, yaitu Taeyeon, Jessica, Sunny, Tiffany dan Seohyun. Their voices are really sounded beautiful both in Korean and Japanese. Sebagai orang yang mengikuti perkembangan mereka sejak awal, menurut saya lagu ini adalah sebuah pencapaian khusus dari SNSD. Lagu ini berhasil menunjukkan sisi kedewasaan mereka. Musik dan visualisasi lagu ini sanggup membuat para pendengarnya ikut merasakan kesedihan yang disampaikan oleh “Time Machine”. Sweet song, beautiful video, well done girls!



“Before the memories of us are forgotten, give me a time machine.” –Girls’ Generation, Time Machine




* Ditulis sambil mendengarkan lagu “Time Machine” oleh Girls’ Generation (SNSD). Huge thanks to my little brother, Wawa, for introducing me to this talented and wonderful Korean girlband. Saranghae~~~

* Kutipan lirik lagu “Time Machine”. Lirik lagu berupa romanisasi dari Bahasa Jepang, beserta dengan translasi lirik ke dalam Bahasa Inggris.

“Itsumoyori sukoshi hiroi heya tada hitori
(Alone in the room that is more spacious than usual)
It’s over, guess it’s over
Futari de tsukuri age ta story mo munashi ku
(The story created by the two of us was also in vain)
Konnani kantan ni kuzure teshimao nante
(I can’t believe it could crumble so easily)

One mistake, got a one regret
Daremo kanpeki janai te
(Nobody is perfect)
Sou iiki ka setemitemo
(Even if I try to say and hear it)
Naniwo shitemo kizu ha iyase nakute
(The pain won’t heal no matter what)

Ima time machine ni norikonde
(Right now, if I could ride a time machine)
Anatani ai ni iku
(And go to meet you)
Kotoga dekita nara mou nanimo negawa nai
(I wouldn’t wish for anything else)
Hakana ku te tohi kioku ninaru mae ni
(Before the memories become distant and fleeting)
I need a time machine, oh
I need a time machine, oh

Hitori de sugo su jikan ha osogu gite
(Time slows to a crawl when I’m by myself)
Ayamachi no batsuha amarinimo omoku
(The punishment for my mistake is severe)
Anata ga saigo ni nokoshita words
(The last words that you left behind)
Ima demozutto rifurein toma ranai mada mune ga itamu
(Even now, I can’t stop replaying the refrain, my heart still hurts)

Just one mistake, just one regret
Wagamamamo ima wa itoshi kute
(Even now, I still love you selfishly)

Jiku tobi koe te anatani ae tara
(If I’m able to meet you passing through time and space)
Tatoe onnaji ketsumatsu mukae tatoshitemokitto
(Even if it’s heading to the same conclusion, I’m sure)
Kui wa nokora nai hazu dakara
(There won’t be any regrets remaining)

Ima time machine ni norikonde
(Right now, if I could ride a time machine)
Anatani ai ni iku
(And go to meet you)
Kotoga dekita nara mou nanimo negawa nai
(I wouldn’t wish for anything else)
Hakana ku te tohi kioku ninaru mae ni
(Before the memories become distant and fleeting)
Yeah futari no omoide wasure teshimau mae ni
(Yeah, before the memories of us are forgotten)
Give me a time machine
Oh, give me a time machine
Oh, give me a time machine”
Wrote by Mashita Fandia
Newer Posts Older Posts Home

About Me

About Me
29 | music | movies | cultural studies

Featured post

Out of the Woods

Let’s analogizing a (romance) relationship as a tropical forest, with all of its maze of trees, wild animals, and dangerous gorges; t...


TSOGM - a fiction

TSOGM - a fiction
Click on the picture to read the stories. Enjoy! ;)
Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ►  2020 (8)
    • ►  March (4)
    • ►  February (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  September (2)
    • ►  June (1)
  • ►  2018 (199)
    • ►  November (21)
    • ►  October (18)
    • ►  September (19)
    • ►  August (18)
    • ►  July (17)
    • ►  June (17)
    • ►  May (20)
    • ►  April (17)
    • ►  March (19)
    • ►  February (15)
    • ►  January (18)
  • ►  2017 (223)
    • ►  December (18)
    • ►  November (23)
    • ►  October (18)
    • ►  September (18)
    • ►  August (23)
    • ►  July (17)
    • ►  June (17)
    • ►  May (17)
    • ►  April (23)
    • ►  March (17)
    • ►  February (15)
    • ►  January (17)
  • ►  2016 (38)
    • ►  December (16)
    • ►  November (6)
    • ►  October (1)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (5)
  • ►  2015 (189)
    • ►  November (14)
    • ►  October (20)
    • ►  September (17)
    • ►  August (17)
    • ►  July (18)
    • ►  June (18)
    • ►  May (17)
    • ►  April (17)
    • ►  March (19)
    • ►  February (16)
    • ►  January (16)
  • ►  2014 (199)
    • ►  December (16)
    • ►  November (18)
    • ►  October (18)
    • ►  September (16)
    • ►  August (16)
    • ►  July (17)
    • ►  June (16)
    • ►  May (17)
    • ►  April (16)
    • ►  March (17)
    • ►  February (15)
    • ►  January (17)
  • ►  2013 (195)
    • ►  December (16)
    • ►  November (15)
    • ►  October (17)
    • ►  September (15)
    • ►  August (16)
    • ►  July (17)
    • ►  June (18)
    • ►  May (16)
    • ►  April (16)
    • ►  March (16)
    • ►  February (17)
    • ►  January (16)
  • ▼  2012 (215)
    • ►  December (18)
    • ►  November (20)
    • ►  October (17)
    • ►  September (18)
    • ►  August (16)
    • ►  July (18)
    • ►  June (18)
    • ►  May (19)
    • ►  April (17)
    • ▼  March (20)
      • My Sassy Girl
      • Hello Ghosts!
      • Sad Movie
      • Do Re Mi
      • Finding Mr. Destiny
      • The Classic
      • Blue
      • My Tutor Friend's Lesson
      • If Only I Had a Time Machine
      • Estranged
      • The Nine-Tailed Fox and Me
      • Penny Pinchers
      • Cyrano: The Matchmaker
      • One Year Later
      • City Hunter
      • In Another Life
      • For the First Time
      • Jar of Hearts
      • On Rainy Days
      • Wild Trip to Monte Carlo
    • ►  February (18)
    • ►  January (16)
  • ►  2011 (18)
    • ►  December (13)
    • ►  November (5)

FOLLOW US @ INSTAGRAM

Copyright © 2016 pieces of me. Designed by OddThemes & Blogger Templates