Sunshine after the Rain
“I know how it feels, to let go of something that you want to keep. You
want to keep it so much, but you just can’t. In the end, only the brave can let
go. Sometimes you have to throw things out without leaving any regret.”
–The Husband (Come Rain Come Shine, 2011)
Aktor tampan dan berbakat Hyun
Bin rupanya cerdas dalam memilih film yang dibintanginya. Selain bermain dalam
drama fenomenal yang sangat komersial, yaitu “Secret Garden ”,
sebelum berangkat mengikuti wajib militer ia juga sempat membintangi sebuah
film berjudul “Come Rain Come Shine”. Film ini memang bukan jenis film
komersial, melainkan sebuah film ‘berat’ khas festival. Dan benar saja, film
ini terpilih dalam kompetisi utama di 60th Berlin Film Festival pada
bulan Maret 2011 kemarin.
“Come Rain Come Shine” adalah
sebuah film melodrama yang memiliki alur datar di dalamnya. Film ini
menceritakan tentang sepasang suami istri yang telah menikah selama lima tahun dan belum
dikaruniai anak. Pada suatu hari sang istri (Im Soo Jung) meminta cerai dari
suaminya (Hyun Bin) dan ingin pindah keluar dari rumah mereka, alasannya adalah
bahwa sang istri telah terpikat oleh pria lain. Sebagian besar cerita dalam
film ini mengambil setting pada hari
ketika sang istri mengemasi barang-barangnya sebelum pergi dari rumah mereka.
Segala sesuatu dapat terjadi dalam waktu sehari. Pada hari itu, hujan badai
turun sehingga sang istri tidak dapat langsung pergi pada hari itu juga.
Pada hari ketika sang istri
membereskan barang-barangnya, seluruh kenangan antara ia dan suaminya tiba-tiba
muncul kembali hanya dengan melihat barang-barang yang sudah lama tidak ia
lihat. Pada hari itu, seluruh problem antara ia dan suaminya pun muncul ke
permukaan. Menurut saya, masalah terbesar di antara mereka adalah komunikasi.
Sang suami adalah sosok pria yang tidak pernah marah, ia selalu menyembunyikan
perasaannya yang sesungguhnya di dalam hati. Bahkan ketika istrinya meminta
pisah darinya karena telah menyelingkuhinya dengan pria lain pun, ia tidak
marah, malah justru tetap berbuat baik pada istrinya serta membantunya
mengemasi barang-barangnya. Sedangkan sang istri sebenarnya tidak jauh berbeda
dari sang suami. Ia banyak menginginkan sesuatu dari suaminya, termasuk agar
suaminya marah padanya dan menahannya untuk pergi, namun ia tidak mengatakan
itu semua. Sang istri hanya memberikan kode-kode, kode-kode yang sayangnya
tidak dapat ditangkap oleh sang suami sebagai laki-laki.
Pada hari terakhir mereka
bersama, sang istri dan suami saling bersembunyi dari perasaan sedih mereka
masing-masing. Seluruh kejadian pada hari itu seperti sebuah ‘pertanda’ bagi
sang istri untuk tidak meninggalkan suaminya, bahwa suaminya adalah lelaki yang
paling baik untuknya. Namun pada akhir film ini, yang dapat saya katakan
sebagai akhir yang brilian, cerita seolah diberikan kepada penonton untuk
membuat akhirnya akan seperti apa. Sungguh sebuah film yang benar-benar khas
festival. Akting Im Soo Jung dan Hyun Bin dalam film ini patut diacungi jempol.
Ternyata selain berperan baik secara komikal dalam serial drama, Hyun Bin juga
merupakan aktor watak yang jempolan. Salut!
Ketika melihat film ini, mungkin
kita akan berpikir betapa membosankan dan membuat ngantuknya film ini, karena
tempo yang lambat dan datar. Namun apabila diresapi lebih dalam, mengapa film
ini sampai masuk dalam daftar festival film di Berlin, yaitu karena maknanya
yang sangat menyentuh. Perpisahan, tentunya merupakan sesuatu yang sangat berat
untuk dihadapi oleh sepasang manusia, apalagi bagi mereka yang telah hidup
bersama selama lima
tahun. Karena pernah mengalami hal yang serupa, saya sangat tersentuh dengan
apa yang diperlihatkan pasangan dalam film ini, terutama sang suami sebagai
pihak yang ditinggalkan. Alih-alih marah dan memperparah hubungan mereka, ia
justru memperlakukan sang istri seperti biasanya, bahkan ia mempersiapkan makan
malam terakhir dengan istrinya secara
istimewa, mungkin karena cintanya terlalu dalam pada sang istri. Dalam
film itu terlihat betul betapa sang suami sangat memahami istrinya. Ketegarannya
juga terlihat ketika ia memberikan telepon dari pacar sang istri kepada
istrinya, dan sekali lagi, tanpa terbawa emosi sama sekali.
Dalam film ini terlihat betapa
sang suami mencoba memberikan kesan perpisahan yang bahagia kepada istrinya.
Sungguh sebuah ketegaran dan sikap menghadapi perpisahan yang luar biasa.
Begitu juga dengan sang istri yang terus mengatakan kepada dirinya bahwa
semuanya akan baik-baik saja, sementara melalui ekspresi wajahnya terlihat
bahwa ia sendiri tidak yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. This painfully break up movie merely tells
us about how we would react on having our last day with someone we used to
love, or probably someone we still love. How would we throw the memories and
accept the fact that the love was not really meant to go on? Well, film ini
mampu memberikan sebuah gambaran kesedihan yang alami dengan sangat baik. Totally a heart-breaking movie.
1 komentar
Uraian yang panjang lebar dan mantap, salam kenal, mampir pula ke warung aku di http://chorddigital.blogspot.com atau http://dolananmusik.blogspot.com. Trims
ReplyDelete